PEKERJAAN RUMAH TANGGA
PEMBACA YANG BUDIMAN
SAYALOOM
Saya haturkan cerita ini untuk
anda. Cerita ini merupakan kisah nyata dan terjadi belum lama ini ( 19 Februari
2016 ). Semoga anda termotivasi dan memperoleh pencerahan ketika membacanya.
Selamat menikmati.
Mengepel, menyapu, menyiapkan
pakaian, menyiram bunga sebetulnya adalah pekerjaan yang biasa dan ringan. Semuanya itu adalah pekerjaan rumah tangga. Tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi. Tidak perlu kursus tertentu. Semua orang, bahkan
anak SD pun bisa melalukannya. Alat-alat yang dipergunakan juga biasa dan
sederhana, bisa didapat di mana-mana. Kalau dikerjakan sendiri, tentu tidak
perlu biaya. Kalau minta tolong orang lain pun ongkosnya murah. Maka, kalau
pemilik rumah tidak bisa melakukan pekerjaan ini sendiri, dia bisa minta
bantuan orang lain. Itulah sebabnya orang lain yang pekerjaannya membantu
melakukan pekerjaan ini disebut pembantu rumah tangga (PRT). Karena tidak perlu
/ menuntut keahlian tertentu, tidak perlu sekolah, dan tidak perlu mikir
banyak, hanya perlu tenaga saja, pembantu rumah tangga pada umumnya dibayar /
diberi upah yang murah.
Mereka yang punya pekerjaan
banyak dan tidak bisa melakukannya sendiri, sering butuh PRT lebih dari 1
orang. Itulah sebabnya, rumah, kebun, dapur, cucian dan ruangan-ruangan lainnya
bisa teratur, rapih dan bersih. Tamu-tamu dan sehabat kenalan yang berkunjung
ke rumah mereka, ikut menikmati keindahan, keteraturan dan kebersihan rumah
itu. Mereka bergembira bisa melepaskan lelah, bergurau, menikmati hidangan yang
disajikan, memandang kebun dan halaman yang bersih dan indah. Semuanya itu
berkat sentuhan tangan dan ketekunan
para PRT.
Tidak mengherankan bahwa bila
para PRT ini libur atau pulang kampung lebih dari 3 hari, mereka yang terbiasa dibantu PRT amat repot. Mereka
amat berharap bahwa para PRT yang sudah mereka kenal dan bekerja dengan baik,
segera kembali dan bekerja seperti biasa. Paling tidak, pada waktu-waktu
seperti itu, banyak aktivitas yang terpaksa ditunda / dikurangi. Bahkan ada juga yang “berani mengeluarkan
biaya ekstra untuk membayar para PRT pengganti” supaya pekerjaan mereka bisa tetap
berjalan dengan normal dan lancar. Tidak jarang pula bahwa di banyak tempat ada
para PRT yang mengalami KDRT, dimarahi, dipotong atau tidak dibayar gajinya, dan
ditelantarkan. Kisah tentang mereka ini, bisa dibaca di koran atau banyak kali
ditayangkan di televisi.
Menjadi PRT sering kali adalah
pilihan terakhir bagi mereka yang sudah kesulitan untuk mencari pekerjaan,
tetapi banyak juga merupakan pilihan utama, karena mereka ini tidak punya
ketrampilan dan pengalaman apa-apa.
Mereka mau menerima upah berapa pun jumlahnya, bahkan ada yang bertahan
meskipun diperlakukan kasar dan tidak adil, karena mereka butuh uang untuk
hidup. Mereka mendiamkan saja apa yang mereka alami, demi hidup dan kehidupan
orang-orang yang mereka cintai.
Yesus mengajar murid-murid-Nya
untuk berjiwa melayani seperti selalu ditelandankan kepada mereka. Dia
mengatakan: “ Anak Manusia datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang." ( Mat 2 0:28).
Melakukan pekerjaan dan kegiatan
apa pun dan di mana pun, jiwa / semangat yang mendorong mereka adalah kasih
kepada Tuhan dan sesama. Di mata Tuhan, apa yang mereka kerjakan dengan sukacita
atau dengan bersungut-sungut kepada sesama, sesungguhnya mereka lalukan secara
langsung kepada Tuhan.
Ada
pertanyaan tentang hubungan pelayanan kepada sesama dan kepada Tuhan: “Tuhan,
bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus
dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang
asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi
Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat
Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari
saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” ( Mat 25: 37- 40).
Para
guru, bidan, perawat, dokter, biarawan-biarawati, imam, petugas gereja, bahkan
uskup sering mengerjakan sendiri pekerjaan rumah tangga. Keadaan setempat,
medan pelayanan, kebutuhan dalam perjalanan sering menuntut mereka “harus tahu
dan harus bisa melakukan serta harus mau banyak hal”. Kalau tidak demikian
banyak hal akan terhambat, atau malah tidak dikerjakan sama sekali. Demi umat Allah yang demikian banyak dan
tersebar di tempat-tempat terpencil “membekali diri dengan banyak pengetahuan
dan ketrampilan serta didorong oleh semangat pelayanan tanpa pamrih” merupakan
semangat dasar yang perlu dimiliki. Hal yang demikian ini akan membuat hidup
ini menjadi indah, penuh sukacita dan pelayanan akan berjalan lancar serta
selesai pada waktunya.
(Keterangan foto: Mgr. Alo Murwito OFM - uskup Agats - sedang membereskan jas-jas hujan yang sebelumnya dipakai oleh para tamu).
Melakukan pekerjaan PRT ternyata
menyenangkan dan membuat hidup ini sederhana, menarik dan membahagiakan. Bahkan
dalam keadaan-keadaan yang luar biasa, dia bisa membantu dan meringankan beban
orang lain yang membutuhkan pertolongan. Dengan melakukan pekerjaan itu,
sesungguhnya orang itu membekali, memperkaya
dan meneguhkan semangat / keutamaan-keutamaan dalam dirinya, dan menjadi “tabah
/ tahan uji” ketika mengahadapi kesulitan atau tantangan.
Komentar