MUSYAWARAH PASTORAL TAHUN 2014
PEMBACA
YANG BUDIMAN
Musyawarah Pastoral (muspas) Keuskupan tahun 2014, berlangsung tanggal 12 sore hingga tanggal 17 November 2014. Semua berjalan dengan baik dan lancar, karena kasih Tuhan, kerja keras Panitia dan tentu saja partisipasi seluruh peserta. Inilah sambutan saya, ketika membuka muspas itu.
- Kebahagiaan dan kesejahteraan bapak, ibu dan anak-anak
- Persekutuan dan kerukunan hidup keluarga bersama dengan para tetangga dan masyarakat sekitarnya
- Kedamaian hidup sebagai orang beriman dalam melaksanakan perutusannya
- Damai dan sejahtera dalam hidup di alam dan lingkungan hidup yang terpelihara, bersih dari limbah, indah dan penuh dengan pelbagai makhluk hayati.
Musyawarah Pastoral (muspas) Keuskupan tahun 2014, berlangsung tanggal 12 sore hingga tanggal 17 November 2014. Semua berjalan dengan baik dan lancar, karena kasih Tuhan, kerja keras Panitia dan tentu saja partisipasi seluruh peserta. Inilah sambutan saya, ketika membuka muspas itu.
SAMBUTAN
USKUP PADA MUSPAS 2014
Bapak
Bupati
Para Kepala
Dinas
Para
Undangan / utusan dari Instansi Mitra kerje Keuskupan
Para
pastor, Bruder, Suster, Petugas Gereja
Syaloom
Selamat
Datang pada Pembukaan Musyawarah Pastoral (muspas) Keuskupan Agung
Merauke, yang dilaksanakan tanggal 13 – 18
Oktober 2014. Musyawarah Pastoral Keuskupan adalah Rapat Tahunan para
petugas pastoral paroki, yaitu mereka yang terlibat secara langsung
dalam pelayanan pastoral di Paroki. Pada tahun-tahun sebelumnya, para
peserta muspas adalah uskup dan perangkatnya (vikjen sekretaris dan
ketua-ketua komisi), para pastor, petugas gereja, perwakilan
paroki-paroki, dan ketua-ketua komisi keuskupan, serta perwakilan
tarekat-tarekat yang berkerja di keuskupan. Mulai tahun 2014, para
peserta muspas adalah uskup dan perangkatnya, para pastor dan para
petugas gereja yang diangkat sebagai administrator paroki serta
petugas gereja yg melaksanakan tugas pastoral paroki.
Fokus
perhatian dan sekaligus menjadi tema dari muspas tahun ini adalah
“KELUARGA SEBAGAI INTI KOMUNITAS BASIS GEREJANI”. Melalui tema
ini, keuskupan hendak menggali kekayaan dasar dari keluarga-keluarga
kristiani, yang merupakan persekutuan hati, pikiran, jiwa dan raga
antara bapak, ibu dan anak-anak seumur hidup dalam iman akan Kristus
untuk mencapai kebahagiaan hidup. Kekayaan dasar yang ditemukan itu,
hendak disadari, diakui, dihidupi dan dikembangkan dalam
komunitas-komunitas basis, agar kebahagiaan yang dicita-citakan oleh
masing-masing anggota keluarga diteguhkan dan dengan demikian dapat
tercapai dengan lebih sempurna.
SITUASI
MASA KINI
Di dalam
dunia dan masyarakat yang sudah sedemikian maju dan berkembang di
belahan dunia yang satu, masih ada banyak negara dan masyarakat yang
dengan susah payah mengikuti perkembangan itu. Namun, negara dan
masyarakat ini seakan-akan dituntut untuk mengikuti semua
perkembangan itu, segera. Maka, terjadilah gejolak dan kepincangan
serta penyelewengan yang dirasakan di mana-mana.
Dalam
suratnya, yang diterjemahkan ke dalam 8 bahasa termasuk Arab, Jerman
dan Polandia, Paus Fransiskus memperingatkan bahwa “Gereja
dipanggil untuk mewartakan Injil dengan menghadapi kebutuhan pastoral
yang baru dan mendesak yang dihadapi keluarga.”
Beliau
menjelaskan sinode tentang keluarga tahun 2014 ini merupakan
“pertemuan penting” yang “akan melibatkan semua Umat Allah –
uskup, imam, religius pria dan wanita, serta umat awam dari
Gereja-gereja partikular di seluruh dunia – yang semuanya aktif
berpartisipasi dalam persiapan untuk pertemuan melalui saran-saran
praktis dan dukungan doa.” Paus meminta keluarga-keluarga berdoa
untuk pertemuan di Vatikan tersebut, yang menekankan panggilan dan
misi Gereja dalam masyarakat Anda, tantangan pernikahan, kehidupan
keluarga, pendidikan anak-anak, dan peran keluarga dalam kehidupan
Gereja.”
TANGGUNG
JAWAB SEJARAH:
Seratus
sepuluh tahun yang lalu, Gereja hadir untuk membantu sesama manusia
yang mau berkembang sebagai manusia yang bermartabat. Misi ini tetap
diemban hingga saat ini oleh kita semua orang melalui pembinaan
keluarga, pembinaan kaum muda dan anak-anak. Tanggung jawab ini
melekat pada kita sekalian, dan menjadi pertimbangan penting bagi
pelayanan dan pengembangan umat Allah pada masa kini dan masa
mendatang. Itulah sebabnya, kita sekalian berkumpul agar dapat
terbantu dalam membaca tanda-tanda jaman, kebutuhan-kebutuhan umat
pada sekarang, dan menentukan tindakan kongkrit yang sesuai dengan
harapan mereka.
HAL-HAL
YANG PERLU DICERMATI:
Pada dawasa
ini, realita realita perkembangan ilmu dan teknologi, pertemuan
banyak budaya, pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat yang
lain, masuknya alat-alat transportasi dan alat-alat berat, banjirnya
barang-barang kebutuhan hidup, dialami oleh masyarakat di seluruh
dunia. Kita patut bersyukur bahwa kita bisa juga menikmati
kemajuan-kemajuan itu. Banyak hal dan pekerjaan menjadi lebih mudah
untuk dikerjakan. Kita patut juga berterima kasih kepada mereka yang
telah memungkinkan semuanya ini ada di kota Merauke dan di
pedalaman-pedalaman.
Di sisi
lain, lain kita mengalami pula hal-hal ini:
- Keberagaman budaya yang bisa mengakibatkan orang kehilangan budayanya sendiri
- Lemahnya SDM dalam bidang pendidikan, keahlian, dan menejemen
- Cepatnya perubahan / pembangunan sedangkan masyarakat lokal tidak / belum siap
- Infrastruktur tidak ada / terbatas sehingga banyak hal menjadi terhambat dan terlambat
- Kurang / tidak ada pembina umat dan masyarakat yang purna waktu atau paruh waktu
- penyalah gunaan narkoba
- Penyakit-penyakit baru: AIDS, Ebola, Virus Arab Saudi
- Rusak / hilangnya lingkungan hidup
- Perkawinan campur
- Jumlah kaum penganggur yang begitu besar
- Banyak sekali anak-anak jalanan korban aibon, dan obat-obat perangsang lainnya
PESAN PAUS
FRANSISKUS PADA SINODE TENTANG KELUARGA
Paus
Fransiskus membuka Sinode para uskup dari seluruh dunia pada Minggu
(5/10) di Vatikan - dengan mengingatkan tentang “gembala yang
buruk” yang terlalu membebani umat beriman. Paus Fransiskus
berbicara dalam homili pada Misa pembukaan Sinode di Basilika Santo
Petrus yang berfokus pada perjuangan kehidupan keluarga modern.
Mengacu pada bacaan Misa untuk hari itu dan peringatan Nabi Yehezkiel
tentang gembala yang memikirkan diri mereka sendiri, bukan domba
mereka, Paus mengatakan sejumlah gembala juga tergoda oleh
“keserakahan demi uang dan kekuasaan.”
“Untuk
memenuhi keserakahan ini “gembala yang buruk” meletakan beban
yang berat di pundak orang lain, yang mereka sendiri menolak,” kata
Paus Fransiskus. Paus juga menjelaskan tentang tujuan Sinode itu
diadakan. “Sinode ini tidak dimaksudkan untuk membahas ide-ide yang
indah dan cerdas, atau melihat siapa yang lebih cerdas,” kata Paus
Fransiskus. Menurutnya, “Sinode ini dimaksudkan untuk memelihara
kebun anggur Tuhan dengan lebih baik, membantu mewujudkan mimpi-Nya,
rencana-Nya, mencintai umat-Nya.”
ARTI
KELUARGA
Keluarga (bahasa
Sanskerta:
"kulawarga"; "ras" dan "warga" yang
berarti "anggota")[1]adalah
lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah.[1]
Keluarga
sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,
memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban,
tanggung jawab di antara individu tersebut.[1]
Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.[2]
Menurut
Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih
dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan.[3]
(Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Keluarga-keluarga
katolik dibentuk atau lahir melalui perkawinan katolik. Sudah
berabad-abad lamanya diajarkan dan diterima dengan hati damai bahwa
perkawinan katolik itu bersifat monogam, tidak dapat diceraikan dan
sakramental. Saudara-saudara kita yang non katolik pun telah memahami
dan menerima serta memperjuangkan supaya perkawinan itu monogam dan
tidak diceraikan. Mengapa perkawinan itu dikehendaki dan
diperjuangkan tetap monogam dan tak terceraikan ?
Ada
5 nilai yang sekaligus merupakan tujuan yang dikehendaki,
diperjuangkan dan dihidupi oleh pasangan suami istri, dan
keluarga-keluarga:
-
Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup pasangan suami istri - Kebahagiaan dan kesejahteraan bapak, ibu dan anak-anak
- Persekutuan dan kerukunan hidup keluarga bersama dengan para tetangga dan masyarakat sekitarnya
- Kedamaian hidup sebagai orang beriman dalam melaksanakan perutusannya
- Damai dan sejahtera dalam hidup di alam dan lingkungan hidup yang terpelihara, bersih dari limbah, indah dan penuh dengan pelbagai makhluk hayati.
Marilah
kita hadir dan aktif berpartisipasi dalam muspas ini. Kita berdoa
agar semua yang kita bahas mengenai keluarga dan permasalahannya, dan
langkah-langkah yang akan kita ambil merupakan tanda rahmat yang
besar bagi umat di seluruh keuskupan.
Merauke,
12 Oktober 2014
Mgr.
Nicholaus Adi Seputra MSC
Komentar