KUNJUNGAN KE MINDIPTANA
Hari Jumat,
tanggal 1 Agustus 2014, sesudah misa dan sarapan, kami bertolak dari
Asiki ke Mindiptana. Yang bersama saya adalah Tino, Fr. Diakon Ave,
dan sopir (bapak Adri). Kami melalui perkebunan sawit milik PT
Korindo, dengan rute yang baru sehingga lebih cepat di jalan poros
Merauke – Tanah Merah. Perjalanan ke Tanah Merah ditempuh dalam
waktu 1, 5 jam karena ada beberapa ruas jalan yang agak rusak.
Pastor Jhems
Kumolontang MSC (pastor paroki Tanah Merah) menyembut kedatangan kami
dengan sukacita. Kami bersama-sama minum teh dengan hidangan yang
sudah disiapkan, yaitu pisang goreng dan ubi. Suasana persaudaraan
yang baik itu kami rasakan, sehingga pisang dan ubi goreng yang
sebenarnya makanan biasa, rasanya tambah enak. Tino yang baru
pertama kali merasakan suasana keakraban yang demikian itu, merasakan
“kesejukan” setelah sekian lama “tidak mengalami suasana relasi
personal itu”. Dia mengaku cepat kerasan di tempat tugas yang
baru, meski baru 3 hari berada di tempat itu.
Sesudah
makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Mindiptana. Jarak antara
Tanah Merah – Mindiptana adalah 70 km. Perjalanan cukup lama,
karena banyak ruas jalan yang rusak akibat curah hujan yang telah
mengguyur daerah itu selama beberapa minggu terakhir. Kebetulan,
ketika sudah mendekati Mindiptana ada truk yang sarat dengan muatan,
terjebak di lumpur dan pas berada di jembatan darurat sehingga kami
harus menunggu kira-kira 30 menit. Syukurlah truk itu dengan ditarik
oleh truk besar bisa keluar dari kubangan itu, sehingga kami dapat
dengan leluasa melalui tempat itu. Hampir jam 5 sore kami tiba di
Mindipatana dan disambut oleh Pater Jan Sareta dan para suster PRR.
Hari minggu
sesudah misa, kami beranjang sana ke Waropko. Jaraknya kira-kira 35
km. Ternyata cuaca amat mendukung. Kami bisa mencapai tempat itu,
meski dengan agak susah payah karena jalan agak becek, ketika sudah
mendekati pusat paroki Waropko. Syukurlah ada beberapa umat yang rela
mendorong mobil kami yang terjebak di lumpur sehingga perjalanan
pergi pulang cukup lancar. Di mana-mana selalu saya temukan
orang-orang baik dan murah hati.
Selama
beberapa hari kami berada di Mindiptana, ternyata cuaca cukup cerah.
Hujan tidak turun, bahkan matahari bersinar sehingga kami bisa
berkunjung ke paroki Mokbiran ( 25 km dari Mindiptana ). Di sana umat
dengan sukacita menyambut uskup dan rombongan. Mereka menyambut uskup
dengan tarian adat, dan mengantar ke balai pertemuan. Di sana sudah
ada suguhan / hidangan yang mengagumkan: nagasari, kue / roti
panggang, pisang rebus dll. Wah, ternyata masyarakat kita meski hidup
di pedalaman sudah mengenal hidangan yang sehat. Mereka juga
menyediakan air minum kemasan: aqua botol. Luar biasa sambutan
mereka.
Sudah
beberapa kali dalam kunjungan kerja ke Mindiptana ( 500 km dari
Merauke) dan kampung-kampung sekitarnya, meski pun saat itu adalah
musim hujan, tokh hujan tidak turun selama beberapa hari. Kalau pun
turun hujan, itu terjadi pada malam hari sehingga tidak menghalangi
perjalanan. Pernah beberapa kali turun gerimis, namun saya katakan
itu hujan berkat. Pelayanan krisma dan kunjungan selalu berjalan
lancar dan semua terlayani sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
Ketika semua kegiatan sudah berlangsung dan saya meninggalkan
Mindiptana, hujan kembali turun dan mengguyur wilayah itu. Itulah
sebabnya, mereka memberikan kesaksian “setiap kali bapa uskup hadir
di Minditapa, kami mengalami berkat Tuhan yang begitu melimpah”.
Semua bisa terlaksana dan tidak ada halangan apa-apa.
Saya datang
ke Mindiptana memang bukan untuk jalan-jalan tetapi untuk pelayanan
kepada umat Allah. Itulah sebabnya Dia yang mengutus saya memberikan
perlindungan dan bukti kasih-Nya kepada mereka yang akan
dilayani-Nya. Saya hanyalah alat di tangan-Nya. Dia yang memberkati
dan menyapa umat-Nya.
Komentar