PAUS FRANSISKUS PERTAMA
PEMBACA YANG
BUDIMAN
SYALOOM....
Setelah absen
beberapa waktu, saya hadir kembali untuk mengunjungi anda. Kali ini, saya ingin
bersharing kepada anda, berkaitan dengan Paus Benediktus XVI dan Paus
Fransiskus I. Beginilah kisahnya:
Waktu itu, saya
baru saja mengadakan pelayanan di beberapa wilayah pedalaman, di paroki Okaba.
Sudah hampir 1 minggu kami melayani 4 stasi ( 4 kampung ) dalam rangka
penerimaan sakramen krisma. Di daerah itu signal telkomsel tidak ada, sehingga
sulit untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Informasi yang bisa kami perloleh
adalah berita-berita dari siaran RRI. Atau kalau kebetulan singgah di keluarga
yang mempunyai televisi, barulah kami mendapatkan berita yang terbaru.
Selama 1 minggu itu, berita dari luar amat kurang kami dapatkan.
Ketika kami tiba
di pusat paroki Okaba, barulah kami bisa mendapatkan berita dari pelbagai
belahan dunia. Pada saat kami nonton tv, di layar televisi itu ada "kata
berjalan" yang memberikan informasi bahwa Paus Benediktus XVI,
mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Pada hari berikutnya diperoleh
berita lebih lanjut bahwa beliau akan mengundurkan diri secara resmi tanggal 28
Februari 2013.
Sebagai pelayan /
pastor / uskup, kami tentu kami terkejut atas berita itu, sambil mencoba untuk
mencari informasi lebih lanjut tentang keputusan beliau itu. Memang usia beliau
juga sudah tidak muda lagi (87th). Siapa pun orangnya pada usia yang sudah
demikian tinggi itu, sudah mulai berkurang kekuatannya, kesehatannya,
kelincahannnya, gerak fisiknya dll, dan tentu juga mental dan psikisnya juga
tidak se-prima seperti ketika masih berusia 60-an. Banyak reaksi yang
muncul dari para pemimpin negara atau pun pemimpin agama dari seluruh dunia
atas keputusan pengunduran diri itu.Meskipun ada banyak reaksi, satu hal yang
telah diterima umum, bahwa beliau sudah berusia lanjut dan memahami bahwa beban
yang beliau tanggung amat berat, sehingga amat manusiawi "merelakan beliau
untuk pensiun".
Tidak lama,
setelah pengunduran diri secara resmi itu, para kardinal bersidang (mengadakan
konklaf) di Roma. Ternyata, seorang kardinal yang namanya tidak pernah
disebut-sebut sebagai calon kuat, terpilih menjadi Paus Baru. Dalam majalan
HIDUP no 10 terbitan 10 Maret 2013, terpampang foto 9 orang kardinal. Nama
kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ sama sekali tidak muncul di sana. Perhitungan
dan pengamatan manusia, amat berbeda / amat jauh dari perhitungan dan
pengamatan Yang Ilahi. Kekosongan jabatan paus, telah berakhir dengan
terpilihnya kardinal Bergoglio yang mengambil nama baru sebagai Paus:
Fransiskus I.
Inilah komentar
seorang wartawan tentang beliau:
Paus
Baru.
Wouw..., adalah
reaksi pertama mendengar Paus Baru telah terpilih: Kardinal Bergoglio dari
Argtentina, Paus Fransiskus I.
Paus
Yesuit pertama. Paus pertama dari Amerika Latin. Paus pertama yang mengambil
nama Fransiskus. Ini saja sudah merupakan tanda-tanda yang baik tentang a new
way of being pope (cara baru menjadi Paus). Ia meminta lebih dahulu doa dari
umat supaya Tuhan memberkatinya, sebelum ia menyampaikan berkatnya kepada umat.
Itu adalah contoh dari kerendahan hati yang sangat terasa.
Dalam
beberapa menit saja, Vatikan sudah mengumumkan bahwa salah satu agenda pertama
Paus baru adalah audiensi pada hari Sabtu dengan 5000 wartawan yang meliput
konklav.
Ketika
nama Bergoglio disebutkan setelah habemus papam, kita semua tertegun.
Dua hari lalu saya telah menulis bahwa saya mendengar nama kardinal Jorge
Bergoglio namanya semakin disebutkan sebagai calon kuat. Sehingga dalam daftar
papabilis saya, ia termasuk yang di atas. Namun terpilihnya Paus Baru hanya
dalam waktu singkat ini mengejutkan saya. Itu berarti bahwa namanya dipilih
bukan sebagai suatu kompromi dari para kardinal setelah melewati beberapa
seleksi yang ketat, melainkan ia memang menjadi pilihan banyak kardinal ketika
memasuki konklav.
Sebagai
uskup agung Boenos Aires, Argentina, ia sudah dikenal dengan gaya hidup yang
sangat sederhana. Ia tidak tinggal di istana keuskupan, melainkan di suatu
apartement sederhana. Ia tidak memiliki sopir pribadi, melainkan memilih naik
bis. Ia bahkan memasak makanannya sendiri.
Sebagai
seorang komunikator, ia bukan tipe pengkhotbah yang superstar, dan kita
menyaksikannya dalam penampilan perdana di balkon Vatikan tadi malam. Ia
berkomunikasi melalui sikap dan gerakan, melalui doa dan
keputusan-keputusannya. Kesederhanaan akan menjadi kuncinya. Beberapa keputusan
pertamanya akan sangat menarik untuk disimak: siapa saja yang akan dipilih
sebagai kepala-kepala dalam dicasteri Vatikan, dan apakah ia akan menjalankan
beberapa reformasi yang sudah disampaikan oleh para kardinal beberapa minggu
terakhir ini.
Paus
baru juga akan membuat beberapa rencana, termasuk (kita yakin)
kunjungan-kunjungan pastoralnya. Dan jika Paus akan berkunjung ke Brasil untuk
Hari Pemuda sedunia pada bulan Juli nanti, jangan kaget kalau Paus akan singgah
di Argentina.
John
Thavis
(Thavis is a
journalist, author and speaker specializing in Vatican and religious affairs.
He is known in the trade as a “Vaticanista,” a calling that became clear only
after a circuitous career path.)
Komentar