SAYANG, KALAU..........
PARA PEMBACA BLOG YANG BUDIMAN
SYALOOM.....
Beberapa waktu yang lalu, ketika saya mengadakan perjalanan pelayanan ke Tanah Merah dan Ikisi, ada 3 orang sahabat saya ( rekan-rekan dari Jakarta ) yang ikut serta. Saya mendorong rekan-rekan tersebut untuk membaca tulisan saya di blog, dan meminta komentar / tanggapan dari mereka. Salah seorang dari mereka ( ibu Rini ) memberikan tanggapannya. Saya merasa, sayang, kalau sharing / cerita pengalaman itu saya simpan sendiri dan hanya merupakan kenangan sesaat. Karena itu, saya hadirkan cerita dan kesaksian hidup itu untuk anda. Mari kita simak isinya:
Bapak Uskup ytk,
Terima kasih untuk tulisannya yang bukan saja indah, tetapi juga sarat dengan makna. Terutama untuk saya pribadi yang mengalami Kasih dan Kuasa NYA melalui pengalaman di Merauke selama 10 hari, khususnya perjalanan pergi pulang Merauke - Tanah Merah (TM) - Ikisi. Terima kasih Bapa Uskup telah mengajarkan saya arti dari sebuah keberanian dengan mengalahkan ketakutan / kekhawatiran. Keberanian itu membuat saya melangkah dengan iman dan percaya sepenuhnya kepada penyelenggaraan ILAHI waktu saya menempuh perjalanan dari TM - Ikisi pp dengan membonceng motor. Terima kasih juga untuk keramah tamahan, pelayanan, doa, support, kebersamaan Bapak Uskup dan semua selama kami di sana. Sehingga kami merasa seperti di rumah sendiri. Sungguh bukan kami yang melayani tapi dilayani oleh seorang Bapak Uskup yg sangat rendah hati namun penuh kharisma dan wibawa.
Atas peristiwa itu, saya teringat akan kutipan kitab suci ini: 1 Korintus 2:9 "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
Saya sungguh merasakan kehadiran TUHAN YESUS yang penuh Kasih. Terima kasih dengan penuh ucapan syukur sya haturkan kepada ALLAH TRI TUNGGAL dan Bunda Maria. Terimalah juga ucapan terima kasih saya kepada Bpk Uskup, Para Imam, Para Suster, bruder, semua rekan-rekan pengendara motor dan semua umat tanpa dapat saya sebutkan satu per satu, selama kami di Papua. Juga tentunya terima kasih kepada kedua sahabat dalam perjalanan yaitu ibu lily dan Ibu Lanny. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin. ( Rini )
Sekecil apa pun pengalaman itu, bila direnungkan dan dirasakan dalam ketenangan, akan memunculkan "pesan dan kekuatan yang luar biasa untuk hidup ini". Pesan dan kekuatan itu, sesungguhnya berasal dari "hati nurani" tempat Allah sendiri bertahta dan menyampaikan "suaranya kepada manusia". Di sana, ketika orang memberikan waktu kepada "hati nurani untuk berbicara" sesungguhnya dia bertemu dan berdialog dengan Sang Pemberi Hidup, Sang Sumber Kehidupan. Suara Hati menyatakan kebenaran atas hidup, maka mereka yang hidup dalam "ketidakbenaran" akan "goncang dan tidak damai" karena dia berjalan "tidak pada jalur kebenaran". Dia memilih jalannya sendiri, yang sering berlawan dengan kebenaran.
Ketika orang berjalan dalam "ketidakbenaran", akan muncullah "rupa-rupa usaha untuk menutupi ketidakbenaran itu". Makin lama makin banyak kebohongan yang dibuatnya, sehingga hidupnya makin tidak damai. Sementara itu, "suara hati" tetap mengingatkan dia untuk kembali kepada kebenaran, meskipun sulit. Ketika orang berani kembali kepada kebenaran, dan "kebenaran itu" telah diuji dengan cara minta pendapat orang-orang bijak dan mereka menyetujuinya, dan terbukti membawa kedamaian batin, "dia menang atas dirinya dan menemukan hidup yang sesungguhnya".
SYALOOM.....
Beberapa waktu yang lalu, ketika saya mengadakan perjalanan pelayanan ke Tanah Merah dan Ikisi, ada 3 orang sahabat saya ( rekan-rekan dari Jakarta ) yang ikut serta. Saya mendorong rekan-rekan tersebut untuk membaca tulisan saya di blog, dan meminta komentar / tanggapan dari mereka. Salah seorang dari mereka ( ibu Rini ) memberikan tanggapannya. Saya merasa, sayang, kalau sharing / cerita pengalaman itu saya simpan sendiri dan hanya merupakan kenangan sesaat. Karena itu, saya hadirkan cerita dan kesaksian hidup itu untuk anda. Mari kita simak isinya:
Bapak Uskup ytk,
Terima kasih untuk tulisannya yang bukan saja indah, tetapi juga sarat dengan makna. Terutama untuk saya pribadi yang mengalami Kasih dan Kuasa NYA melalui pengalaman di Merauke selama 10 hari, khususnya perjalanan pergi pulang Merauke - Tanah Merah (TM) - Ikisi. Terima kasih Bapa Uskup telah mengajarkan saya arti dari sebuah keberanian dengan mengalahkan ketakutan / kekhawatiran. Keberanian itu membuat saya melangkah dengan iman dan percaya sepenuhnya kepada penyelenggaraan ILAHI waktu saya menempuh perjalanan dari TM - Ikisi pp dengan membonceng motor. Terima kasih juga untuk keramah tamahan, pelayanan, doa, support, kebersamaan Bapak Uskup dan semua selama kami di sana. Sehingga kami merasa seperti di rumah sendiri. Sungguh bukan kami yang melayani tapi dilayani oleh seorang Bapak Uskup yg sangat rendah hati namun penuh kharisma dan wibawa.
Atas peristiwa itu, saya teringat akan kutipan kitab suci ini: 1 Korintus 2:9 "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
Saya sungguh merasakan kehadiran TUHAN YESUS yang penuh Kasih. Terima kasih dengan penuh ucapan syukur sya haturkan kepada ALLAH TRI TUNGGAL dan Bunda Maria. Terimalah juga ucapan terima kasih saya kepada Bpk Uskup, Para Imam, Para Suster, bruder, semua rekan-rekan pengendara motor dan semua umat tanpa dapat saya sebutkan satu per satu, selama kami di Papua. Juga tentunya terima kasih kepada kedua sahabat dalam perjalanan yaitu ibu lily dan Ibu Lanny. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin. ( Rini )
Sekecil apa pun pengalaman itu, bila direnungkan dan dirasakan dalam ketenangan, akan memunculkan "pesan dan kekuatan yang luar biasa untuk hidup ini". Pesan dan kekuatan itu, sesungguhnya berasal dari "hati nurani" tempat Allah sendiri bertahta dan menyampaikan "suaranya kepada manusia". Di sana, ketika orang memberikan waktu kepada "hati nurani untuk berbicara" sesungguhnya dia bertemu dan berdialog dengan Sang Pemberi Hidup, Sang Sumber Kehidupan. Suara Hati menyatakan kebenaran atas hidup, maka mereka yang hidup dalam "ketidakbenaran" akan "goncang dan tidak damai" karena dia berjalan "tidak pada jalur kebenaran". Dia memilih jalannya sendiri, yang sering berlawan dengan kebenaran.
Ketika orang berjalan dalam "ketidakbenaran", akan muncullah "rupa-rupa usaha untuk menutupi ketidakbenaran itu". Makin lama makin banyak kebohongan yang dibuatnya, sehingga hidupnya makin tidak damai. Sementara itu, "suara hati" tetap mengingatkan dia untuk kembali kepada kebenaran, meskipun sulit. Ketika orang berani kembali kepada kebenaran, dan "kebenaran itu" telah diuji dengan cara minta pendapat orang-orang bijak dan mereka menyetujuinya, dan terbukti membawa kedamaian batin, "dia menang atas dirinya dan menemukan hidup yang sesungguhnya".
Komentar