BERCERITA


PEMBACA BLOG YANG BUDIMAN
SYALOOM....
Belum lama berselang, kami para MSC Indonesia kehilangan seorang senior kami, Pastor / Romo Widyo-Soewondo MSC. Beliau meninggalkan kami semua, beberapa waktu setelah merayakan pesta 50 tahun hidup membiara, tepatnya tanggal 8 September 2012 yang lalu. Kenangan terakhir bersama beliau, diceritakan secara tertulis oleh seorang rekan yang berada di Tanimbar. Cerita yang tertulis itu, saya ambil dan saya teruskan untuk anda.  Saya mengawali kisah itu dengan sebuah uraian tentang  "bercerita".
Bercerita, adalah salah satu kegiatan dalam hidup dan pergaulan manusia setiap kali berjumpa dengan sesama, alam atau pribadi yang lain ( Allah) sejak dulu, ketika manusia belum mengenal tulisan.  Pada jaman sekarang, meskipun huruf / tulisan, “bercerita” tetap merupakan bagian hidup yang terjadi di mana-mana.  Bercerita memang tidak perlu pengeras suara, tidak perlu alat-alat bantu lainnya.  Asal ada orang yang mau “mengungkapkan buah-buah pikirannya, apa yang dialaminya,  atau apa saja yang ada di hadapannya kepada orang lain atau pihak lain, bercerita itu secara langsung terjadi.

Memang “bercerita” secara lisan rasanya amat mudah, terlebih bagi mereka yang “mudah dan suka bercerita”, tetapi bagi mereka yang pendiam, bercerita amatlah berat, bahkan terasa sebagai beban. Dalam hal ini tulisan dapat membantu mereka yang pendiam untuk mengutarakan isi hati dan pikirannya kepada orang lain. Juga bagi mereka yang suka bercerita, tulisan dapat membantu mereka untuk lebih menyebarluaskan cerita itu kepada khalayak ramai, dan kepada mereka yang tinggal di tempat yang jauh.   Apalagi, dengan menggunakan sarana internet / imil, atau teknologi masa kini, cerita-cerita itu dapat dengan mudah menjangkau orang di benua lain, dan bisa diterjemahkan dalam bahasa-bahasa lain dalam waktu yang amat singkat.

Saya mendapat email, yang isinya “cerita pengalaman tentang kehadiran seorang pastor / romo yang sedang berlibur di Kei dan Tanimbar”. Nama beliau adalah Pastor Widyo-Soewondo MSC, dan sering dipanggil Romo Wid / Pastor Wid. Ketika sampai di Dobo, beliau mendadak sakit, dan kemudian meninggal di sana. Beliau adalah mantan dosen Kitab Suci di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng. Salah seorang mantan muridnya, yang sempat bersama beliau di Dobo, bercerita tentang kebersamaan dengan  beliau di sana.   Inilah "cerita yang tertulis dari Tanimbar itu":  

Romo Wid,

Romo, kenangan kami bersamamu minggu-minggu kemarin adalah kenangan indah yg terlupakan. Romo, kehadiranmu di daerah kepuluan seribu ternyata adalah pertama dan itu terakhir kali dalam hidupmu. Romo, mengapa memilih wilayah yang terdiri atas pulau-pulau yang luas ini sebagai tempatmu berlibur? Romo sendiri tahu jawabannya. Dalam agendamu kepulauan Tanimbar akan kau kunjungi, sabtu kemarin. Kami masih rindu menantimu di sini. Romo, kehadiranmu hari-hari kemarin masih sangat terasa di memori dan rasa kami. Kita makan bersama, berjalan bersama, bercanda (banyak joke) yang meluncur dari mulutmu siang itu di rumah pastor Igo. Sungguh sebuah persaudaraan yang sangat tulus.

Romo, engkau tidak pernah memberi nasehat apapun kepada kami para muridmu pada hari-hari kebersamaan itu akan tetapi saya mengakhiri sidang/rapat MSC Maluku pada pagi itu dengan mengatakan kepada seluruh peserta rapat untuk sejenak merenungkan apa yang tertulis pada kartu kenangan 50 tahun profesimu yang romo bagikan kepada kami masing-masing menjelang berakhirnya rapat MSC Maluku. Pada kartu itu tertulis "keinginan dan doaku kepada Tuhan yakni agar mereka semua diselamatkan". Kata-kata itu terulang lagi pada misa 50 tahun Imamat P Alex Welerubun. Pst Inno mengundang romo untuk tampil ke depan dan sambil memperkenalkan romo kepada seluruh umat, pst Inno mengutip lagi motto itu sekaligus menutup refleksinya.

Romo, mottomu itulah yang kau pesankan kepada kami semua muridmu dan saudara setarekat agar memaknai kehadiran kami;  agar mereka semua diselamatkan. Romo, Bumi Jargariya, kepulauan Aru adalah stasi terakhir dari seluruh ziarah hidupmu. Semoga saat ini "engkau telah melihat DIA dalam keadaan yang sebenarnya". Selamat jalan Romo, kau selalu di hati kami (Komunitas MSC Saumlaki).

Terima kasih kepada Jimmi balubun yang telah bercerita tentang kehadiran beliau di bumi 1000 pulau. Saya teruskan cerita itu, agar makin meluas dan menggerakkan hati manusia yang lain untuk memberikan “dirinya agar banyak orang diselamatkan”. Romo Wid, meskipun tidak bisa membaca email saya ini, atau blog saya ini secara manusiawi, namun Romo dari tempat abadi dapat memberikan doa dan dorongan agar makin banyak orang diselamatkan, melalui karya yang dipercayakan kepada MSC.  

Semoga Hati Kudus Jesus dicintai di mana-mana.....

Komentar

Postingan Populer