WOROPKO

WOROPKO adalah nama sebuah desa (di Papua disebut Kampung) kecil dan sekaligus pusat Kecamatan (= Distrik). Letaknya 110 km di sebelah timur laut Tanah Merah, atau 30 km di sebelah utara Mindiptana. Dalam keadaan bisa (musim panas dan jalanan kering) kita bisa mencapai ke Woropko dengan kendaraan Avanza, atau mobil kijang dan sejenisnya, dalam waktu 3 jam. Tetapi bila dalam keadaan hujan, jalanan rusak dan berlumpur, apalagi bila ada truk yang terbenam di lumpur, kita siap-siap bermalam di tengah jalan.

Penduduk Woropko tidak banyak, hanya 400 jiwa. Di sana ada SD Negeri dan SD Katolik, serta ada 1 SMP Negeri. Tanah-tanahnya berbukit-bukit, maklumlah daerah ini adalah daerah perbatasan antara daerah rawa-rawa dengan deerah pegunungan. Di daerah ini rambutan, durian, matoa dan buah-buahan yang biasanya tumbuh di pegunungan, amat banyak dan subur.

Waropko adalah pusat paroki, ada seorang pastor paroki yang tinggal di sana. Pelayanan ke umat yang tersebar di 12 stasi dilaksanakan dengan naik sepeda motor. Syukurlah dalam 3 bulan terakhir ini, jalanan kering dan sudah diratakan sehingga bila ada keperluan di pusat kevikepan di Mindiptana, pastor bisa naik motor dalam waktu 1 jam sudah tiba di Mindiptana. Pada umumnya, bila mengadakan perjalanan, pastor selalu siap dengan bensin cadangan sebanyak 5 liter. Bensin itu diisi di jirigen dan digantung pada badan sepeda motor. Di banyak tempat, tidak ada kios yang menjual bensin, sehingga bila ada keperluan mendadak, atau ada teman yang membutuhkan bantuan bbm, bantuan bisa segera diberikan.

Tanggal 11 Desember yang lalu, telah dilaksanakan penerimaan sakramen krisma kepada 64 orang muda di sana. Pastor Yakob Taufan MSC (pastor paroki)dan pastor Yanto Yusuf MSC mendampingi Uskup Niko, untuk memberikan sakramen krisma itu. Mereka yang telah mempersiapkan diri, pada sore hari menjelang penerimaan krisma, mendapat wejangan / persiapan terakhir oleh bapa uskup. Mereka dilatih untuk membuat doa sebelum makan, agar setiap kali makan, bukan hanya tanda salib saja yang dibuat, tetapi ada doa pribadi sebagai tanda syukur dan mohon berkat atas makanan yang telah tersedia.

Petang menjelang penerimaan sakramen krisma, 1 ekor babi besar dipotong untuk pesta. Bapa-bapa yang memotong-motong dagingnya, sedangkan ibu-ibu yang memasak. Rekan-rekan saya yang datang dari luar Papua berkomentar, ternyata ibu-ibu di Woropko bisa memasak yang enak. Masakan mereka tidak kalah dengan yang ada di kota.

Semua yang telah terjadi itu adalah buah-buah kasih dan pengorbanan para mksionaris, para guru dan para petugas di lapangan yang telah memberdayakan mereka dan membuat mereka mampu mengerjakan dan mempersiapkan hal-hal penting dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka adalah saksi-saksi hidup, bahwa apa yang telah ditaburkan itu tidaklah sia-sia. Kasih telah membuahkan kasih.

Komentar

Postingan Populer