SUKU KURWAI MENDAPAT BANTUAN RUMAH

Ketika Aku telanjang, engkau memberi Aku pakaian, ketika Aku haus, engkau memberi Aku minum, ketika aku orang asing, kamu memberi Aku tumpangan (Mat 25: 42) Masuklah dalam bahagia tuanmu (Mat 25:21).

Kata-kata Yesus yang tertulis dalam Injil Matius ini bukan hanya tertuju kepada mereka yang agama Katolik dan Kristen tetapi kepada semua orang, pada saat ia berhadapan dengan Raja Segala Raja di alam keabadian. Tidak ada seorang pun yang akan bisa menghindarkan diri dan tidak ada seorang pun yang bisa main suap, KKN atau jalan-jalan pintas lainnya. Di sana setiap orang akan bertemu dengan sang Raja, muka dengan muka, sendiri / pribadi, dan disaksikan oleh segenap penghuni surga.

Kata-kata Yesus itu pun berlaku bagi semua orang yang telah melakukan segala sesuatu bagi sesamanya. Apa yang dibuat oleh mereka yang bekerja di pemerintahan pun, diperhitungkan oleh Sang Raja Kehidupan itu. Pemda Kabupaten Mappi ( jaraknya 3 hari perjalanan dengan kapal laut / 1 jam terbang dengan pesawat twin otter dari Merauke) telah membuat sesuatu bagi suku Kurwai.

Suku Kurwai tinggal di daerah terpencil, di Kecamatan Citak Mitak, sekitar 3 jam dari Kepi dengan speed-boat( ibukota Kabupaten Mappi). Mereka adalah salah satu suku terasing, yang sedang mengalami masa transisi. Sebagian sudah mau beradaptasi dengan masyarakat lain, yang sebagian lainnya masih tinggal di hutan-hutan. Jin, dari Arafura News, Rabu 16 Februari 2011, melaporkan kegiatan pemerintah Kabupaten Mappi bagi masyarakat Kurwai.

Setelah berbaur dengan suku lain di Kampung Basman, komunitas suku Korwai mulai tersentuh perubahan. Meski secara ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun peradaban lainnya masih tertinggal, namun pemahaman tentang menempati rumah yang dibuat di tanah kurang baik ketimbang rumah diatas pohon sudah mulai terkikis. Dan masyarakat ini dinyatakan siap menempati rumah bantuan Pemerintah Kabupaten Mappi yang saat ini tengah mulai dilakukan pembersihan lahan, yang lokasinya tidak jauh dari Kampung Basman.

“Sekarang, setelah Pemerintah menurunkan kami dari rumah tinggi dan membuatkan kami rumah, kami sudah tidak mau lagi tinggal di rumah tinggi, “ungkap salah seorang warga dari suku Korwai, Primus, saat ditemui PAPUA POS Mappi (Arafura News Group) di areal lahan pembangunan rumah bantuan Pemda itu. Menurut bapak empat anak ini, suku Korwai dulu lebih senang membuat tempat tinggal di atas pohon, karena dari atas pohon orang bisa melihat pemandangan alam kemana-mana. Sedangkan kalau tempat tinggal bawah (rumah di tanah) susah menyaksikan keindahan alam sekitar pada pagi atau sore hari dengan baik.

Selain Primus, beberapa rekannya juga mengaku mau menempati perumahan ini. Jumlah mereka yang tinggal di Kampung Basman kurang lebih 20-an keluarga, tetapi mereka yang lain masih banyak yang tinggal di hutan jauh. Dan kalau mau bertemu mereka di hutan perjalanannya bisa satu atau dua hari. Daud, salah seorang tokoh masyarakat suku Korwai, menjelaskan bahwa : ”Jumlah rumah yang akan dibuat ini ada 64 unit khusus suku Korwai. Dia juga mengatakan jangan ragu rumah-rumah yang dibangun itu nanti ditempati oleh semua masyarakat Korwai. Karena, banyak masyarakat Korwai yang masih berada di hutan dan akan dipanggil untuk dating”.

Bukan jabatan, bukan pula pangkat, bukan kedudukan duaniwi, dan bukan pula harta dan aneka ijasah yang dapat memberikan “kehormatan kepada setiap orang di hadapan Allah”, melainkan apa yang telah dia perbuat kepada sesamanya. Maka, apa yang telah dilaksanakan oleh mereka yang ada di Kab Mappi dan oleh Pemerintah Kabupaten Mappi (membangun rumah bagi masyarakat terpencil) merupakan “credit point” yang akan diperhitungkan Allah.

Komentar

Postingan Populer