NATAL DAN HAK-HAK AZASI MANUSIA
PEMBACA BLOG
YANG BUDIMAN
SYALOOM
SELAMAT
NATAL saya haturkan kepada anda sekalian pembaca setia blog ini. Saya
mengawali tulisan saya ini, dengan memunculkan komentar yang saya
dapatkan sesudah perayaan natal 25 Desember 2014. Maklum, pada
hari-hari raya tersebut, saya malah tidak punya kesempatan untuk
membuka blog, apalagi menulis. Dengan agak memaksakan diri untuk
duduk di depan laptop, saya menyajikan tulisan ini untuk anda.
Pada bulan
September 2012, saya menulis cerita / pandangan saya tentang MIFEE.
MIFEE adalah kependekan dari MERAUKE INTEGRATED FOOD AND ENERGY
ESTATE. Gagasan / cita-cita yang terkandung di dalamnya adalah
“Merauke dijadikan lumbung pangan dan energi”, tentu saja dalam
skala besar. Disediakan lahan 2 juta hektar untuk keperluan itu.
Tanah yang akan dikelola adalah tanah milik adat / tanah ulayat milik
penduduk asli Papua. Tanah itu merupakan ibu yang memberi makan dan
kehidupan kepada anak cucu dari generasi ke generasi. Meski hasilnya
“tidak dapat dilihat dengan kasat mata, namun pelbagai jenis kayu
untuk keperluan rumah, perahu, dan kebutuhan lain selalu terpenuhi.
Begitu pula, hutan melestarikan secara alami pelbagai jenis binatang,
termasuk binatang buruan, dan memberikan kehidupan kepada pelbagai
jenis burung.
Ketika
perusahaan-perusahaan besar (baca para investor) masuk, situasi dan
lingkungan hidup berubah. Tanah disewa dengan harga Rp.10.000 per ha
per tahun. Menurut SK Gubernur Papua, kayu-kayu yang kualitasnya
bagus, dihargai Rp. 12. 500 per M3 sementara di pasaran umum, kayu
gergajian harganya Rp. 3 – 5 juta. Kayu-kayu campuran dihargai Rp.
4.500 per M3, sedangkan harga umum kayu gergajian jenis ini per M3
adalah Rp 1,5 juta – Rp. 2,5 juta. Dengan demikian menjadi jelas,
bahwa masyarakat pemilik tanah dan kayu, amat dirugikan. Kehadiran
investor karena tidak dirundingkan dengan baik dan transparan, dengan
semua pihak, bukannya membawa berkah tetapi musibah.
Atas tulisan
itu, muncul komentar ini: “Bagus sekali tulisan Bpk Uskup. Saya
sangat tertarik membacanya. Mohon maaf saya baru baca ketika
sekarang berdinas di Merauke” ( komentar atas tulisan saya: MIFEE
BERKAH ATAU MUSIBAH – 14 September 2012 ).
Moga-moga
akan banyak orang yang “terbuka hati nuraninya” untuk membela
kehidupan masyarkat lokal, baik di Papua maupun di belahan Indonesia
lainnya”. Tulisan yang bagus itu, akan menjadi berguna dan
bermakna bila diwujudkan dan membawa perubahan yang signifikan bagi
kehidupan masyarakat kecil. Problem di Papua dan di banyak tempat,
menurut saya, adalah problem ketidakadilan, pemerasan dan peminggiran
penduduk lokal. Mereka amat sedikit diberi kemungkinan dan bantuan
untuk maju. Mereka dibiarkan tergantung pada pihak lain. Ketergantung
mereka memang menjadi “tambang emas” bagi pihak-pihak yang ingin
mengeruk keuntungan materiil sebanyak-banyaknya. Investasi model ini
adalah investasi tanpa nurani. Tindakan seperti ini adalah tindakan
yang melawan hukum Allah, atau bahkan melawan Allah sendiri. Karena
itu tindakan itu bisa dikatakan sebagai tindakan yang melanggar
hak-hak azasi manusia.
Pesta Natal
sesungguhnya merupakan tindakan kepedulian dan pembelaan Allah kepada
manusia yang martabatnya telah rusak karena dosa. Dosa bisa
diakibatkan oleh kesalahannya sendiri, oleh lingkungannya, atau oleh
komunitasnya. Perayaan Natal merupakan saat pemulihan martabat, dan
penghapusan dosa serta pemulihan hak-hak azasi manusia. Jesus datang
bukan untuk orang-orang kristen, karena pada waktu itu tidak ada umat
kristen baik katolik mau pun protestan. Dia datang untuk umat
manusia.
Maka, setiap
kali ada perayaan Natal, manusia digugah dan diminta untuk memulihkan
martabatnya, menghentikan perbuatan dosa, dan kembali kepada Allah.
Dengan demikian, hidup manusia akan penuh damai, karena tidak ada
lagi pelanggaran hak-hak azasi manusia. Yang telah dirugikan
mendapatkan santunan, yang diperlakukan tidak adil mendapatkan
jaminan hidup yang layak, yang bersalah menerima hukuman yang
setimpal. Dan manusia mengalami kedamaian dan kesejahteraan hidup
bersama dengan sesamanya, dalam perjalanan ziarah menuju ke surga.
Manusia
diciptakan oleh Tuhan yang mahabaik, di dalam hatinya ada begitu
banyak kebaikan, berniat untuk hidup baik, diberi rahmat agar
berjuang untuk mendapatkan kebaikan yang sejati. Namun, mengapa masih
tetap banyak orang yang suka dan berkubang dalam “ketidak baikan
(kejahatan) ?
Komentar