MARIA DIKANDUNG TANPA NODA DOSA
PEMBACA YANG BUDIMAN
SYALOOM
SETIAP TANGGAL 8 DESEMBER, UMAT
KATOLIK MERAYAKAN PESTA MARIA DIKANDUNG TANPA NODA DOSA. DI BANYAK TEMPAT DIRAYAKAN MISA MERIAH UNTUK
MENGHORMATI PERISTIWA AGUNG “KEBIJAKSANAAN ALLAH YANG TELAH MEMILIH MARIA UNTUK
MENJADI BUNDA YESUS”. PERISTIWA YANG TELAH BERLANGSUNG BERABAD-ABAD LAMANYA
INI, DIIMANI OLEH UMAT KATOLIK, NAMUN MASIH BANYAK YANG BELUM MENGETAHUI
PENJELASAN TEOLOGISNYA.
SAYA HATURKAN KEPADA PEMBACA
TULISAN INGGRID LISTIATI TENTANG HAL YANG PENTING INI. SAYA PERCAYA BAHWA ANDA
AKAN MENDAPATKAN PENCERAHAN, DAN SAYA BERHARAP ANDA MENEMUKAN MUTIARA YANG
INDAH DI DALAMNYA. SELAMAT MEMBACA.
Maria Dikandung Tanpa
Noda: Apa Maksudnya?
Bunda Maria tanpa noda: apa maksudnya?
Berikut ini adalah cerita
yang tidak ada hubungannya dengan Dogma Maria tersebut, tetapi mungkin dapat
membantu kita untuk mengerti konsep dasarnya...
Suatu
hari, di suatu desa terpencil, ada seorang (sebut saja bernama Sukri) menemukan
kloset duduk yang dibuang di dekat jalan kampung. Ia tidak pernah melihat benda
itu seumur hidupnya, sehingga tidak tahu kalau itu adalah kloset (jamban). Dia
bahkan mengagumi benda itu, karena dipikirnya 'antik'. Sukri membawa pulang
kloset itu ke rumah dan dibersihkannya sampai 'kincrong'. Kebetulan esok
harinya Sukri berulang tahun dan berencana mengundang teman-teman satu
kampung. Dia berpikir, alangkah uniknya jika nasi tumpeng ulang tahunnya
diletakkan di dalam 'benda' itu (yaitu kloset), supaya 'penemuan baru'-nya ini
dapat dipamerkan kepada teman-temannya.
Sekarang,
bayangkanlah, jika anda termasuk di antara orang-orang yang datang ke pesta
Sukri. Anda pasti tahu kalau 'barang' itu adalah kloset. Apakah reaksi anda
begitu melihat nasi tumpeng yang ditempatkan di dalam kloset itu? Ada rasa aneh
dan tidak 'nyambung', bukan? Demikianlah, Yesus yang kemuliaan dan
kekudusanNya jauh melebihi semua, tidak mungkin lahir ke dunia melalui seorang
perempuan yang berdosa. Karena noda dosa itu jauh lebih buruk daripada kloset,
dan Yesus itu kemuliaannya jauh mengatasi dan tidak dapat dibandingkan dengan
nasi tumpeng; maka kesimpulannya, ada jurang yang tak terjembatani antara keduanya.
Nasi
tumpeng tak pernah klop diletakkan di dalam kloset; dan tentu,
Yesus yang Maha Kudus, tak mungkin dapat dikandung oleh rahim seseorang yang
tercemar dosa. Maka oleh kuasaNya, Allah menguduskan rahim itu, membuat ia
terbebas dari noda dosa. Karena Tuhan tidak dapat mengingkari diri-Nya sendiri
yang tanpa dosa, sama seperti Dia tidak dapat menjadi tidak setia (lih 2 Tim
2:13).
Dogma Perawan Bunda Maria dikandung tidak bernoda
Pada
tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung
Tanpa Noda (Ineffabilis Deus), yang menyatakan bahwa Bunda Maria
dikandung tanpa noda dosa asal.[1]. Mungkin ada orang bertanya,
-terutama mereka yang bukan beragama Katolik- kenapa ada perlakuan khusus buat
Bunda Maria, bukankah Maria itu manusia biasa saja seperti kita? Lalu, kenapa
baru pada tahun 1854 diumumkan dogma ini, apakah ini pengajaran buatan manusia
saja (Paus dan pembantu-pembantunya) ataukah sungguh dari Allah? Mari kita
lihat, kenapa kita sebagai orang Katolik percaya bahwa pengajaran ini berasal
dari Allah, dan karenanya wajib kita yakini dan kita syukuri.
Bukan pengajaran 'kagetan' melainkan sudah diajarkan
oleh para Bapa Gereja sejak lama
Gereja
Katolik tidak pernah mengubah, menghapus, atau menambah pengajaran "deposit
of faith" yang ada padanya sejak dari Gereja awal, namun hanya menjaga
dan mempertahankannya. Perlu kita ingat bahwa Tradisi Suci dan Kitab Suci bagi
orang Katolik itu sama pentingnya, karena berasal dari sumber yang sama: Allah
sendiri. (Lihat artikel: Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan, Bagian
3) Dogma Perawan Maria dikandung tanpa noda ini telah dirintis oleh
Paus Sixtus IV (abad ke-15) yang diteruskan sampai ke jaman Paus Pius IX (abad
ke -19), tetapi sesungguhnya pengajaran tersebut sudah merupakan hal yang
diyakini oleh Gereja sejak abad awal, seperti dinyatakan oleh Santo Ephraem
(abad ke-4)[2] dan Santo Agustinus (abad ke-5)[3]dengan dasar pemikiran dari Santo Ireneus
(abad ke-2).[4]. Jadi Dogma tersebut bukan
pengajaran 'kagetan' atau innovasi dari Paus Pius IX di abad ke-19!
Bunda Maria sendiri menyatakan dirinya sebagai
"Immaculate Conception"
Empat
tahun setelah pengajaran yang diberikan oleh Paus Pius IX, Bunda Maria
menampakkan diri di Lourdes, Perancis (1858). Penampakan Bunda Maria di Lourdes
(di grotto Massabielle) terjadi selama 18 kali kepada Bernadette Soubirous,
seorang gadis desa yang yang waktu itu berumur 14 tahun. Penampakan Bunda Maria
di Lourdes ini sudah diakui oleh Gereja Katolik sebagai penampakan yang
otentik. Dalam penampakan itu (penampakan ke- 16), Bunda Maria menyatakan
dirinya sebagai “Perawan yang dikandung tanpa noda dosa”/ the Immaculate Conception kepada
Bernadette yang pada waktu itu tidak memahami makna “the Immaculate Conception“,
terutama karena ia adalah gadis desa yang buta huruf. Pernyataan dari Bunda
Maria ini mengkonfirmasikan ajaran dari Bapa Paus Pius IX, dan dengan demikian
juga membuktikan infalibilitas ajaran Bapa Paus tersebut.
Dasar dari Kitab Suci
Alasan
pertama Bunda Maria dikandung tanpa noda ini berhubungan dengan peran
istimewanya sebagai Ibu Tuhan
Yesus. Jadi, walaupun benar Maria manusia biasa, ia bukan manusia 'kebanyakan'
seperti kita. Sebab, memang rencana keselamatan itu terbuka untuk semua orang
(Yoh 3:16), tetapi Ia hanya memilih satu orang
untuk menjadi ibu-Nya, yaitu Maria. Kita tahu bahwa Allah adalah Kudus,
sempurna dan tak ada dosa di dalam Dia, maka sudah sangat layaklah bahwa ketika
memutuskan untuk dilahirkan di dunia, Yesus menguduskan terlebih dahulu
seseorang yang melaluinya Ia akan dilahirkan.
Mungkin
hal ini tidak terbayangkan oleh kita, karena kita manusia tidak bisa
melakukannya. Kita tidak bisa memilih ibu kita sendiri, apalagi membuat dia
kudus dan sempurna sebelum kita lahir. Tetapi, Allah bisa, dan itulah yang
dilakukan-Nya. Mengapa Tuhan melakukan ini? Karena Ia tidak dapat mengingkari
jati DiriNya sebagai Allah yang Kudus. Mari kita lihat kebesaran Allah melalui
apa yang dilakukanNya terhadap Bunda Maria seperti yang ditulis dalam Alkitab.
1. Bunda
Maria disebutkan pada awal mula, sebagai 'perempuan' yang keturunannya akan mengalahkan ular (iblis) (Kej 3:15).
Di sini,
perempuan yang dimaksud bukanlah Hawa, tetapi Hawa yang baru ('New Eve').
Para Bapa Gereja membaca ayat ini sebagai nubuatan akan kelahiran Yesus (Adam
yang baru) melalui Bunda Maria (Hawa yang baru). Hal ini sudah menjadi
pengajaran Gereja sejak abad ke-2 oleh Santo Yustinus Martir, Santo Irenaeus
dan Tertullian, yang lalu dilanjutkan oleh Santo Agustinus.[5] Sayangnya, memang dalam terjemahan
bahasa Indonesia, pada ayat ini dikatakan 'perempuan ini', seolah-olah menunjuk
kepada Hawa, namun sebenarnya adalah 'the woman'(bukan this woman)
sehingga artinya adalah sang perempuan, yang tidak merujuk kembali ke lakon
yang baru saja dibicarakan.[6]
Ungkapan
'woman' ini yang kemudian kerap diulangi pada ayat Perjanjian Baru,
misalnya pada mukjizat di Kana (Yoh 2:4)[7] dan di kaki salib Yesus, saat Ia
menyerahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid kesayanganNya (Yoh 19:26).[8]Pada kesempatan tersebut, Yesus mau
menunjukkan bahwa Maria adalah 'sang perempuan' yang telah dinubuatkan pada
awal mula dunia sebagai 'Hawa yang baru'. 'Hawa yang baru' ini berperan
berdampingan dengan Kristus sebagai 'Adam yang baru'. Santo Irenaeus,
mengatakan, “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan
karena ketaatan Maria” sehingga selanjutnya dikatakan, "maut (karena
dosa) didatangkan oleh Hawa, tetapi hidup (karena Yesus) oleh Maria."[9] Oleh karena itu, sudah selayaknya Allah
membuat Bunda Maria tidak tercemar sama sekali oleh dosa, supaya ia, dapat
ditempatkan bersama Yesus di tempat utama dalam pertentangan yang total melawan
Iblis (lih. Kej 3:15).
2. Bunda
Maria sebagai Tabut Perjanjian yang Baru.
Di dalam
Kitab Perjanjian Lama, yaitu di Kitab Keluaran bab 25 sampai dengan 31, Kita
melihat bagaimana ’spesifik-nya’ Allah saat Ia memerintahkan Nabi Musa untuk
membangun Kemah suci dan Tabut Perjanjian. Ukurannya, bentuknya, bahannya,
warnanya, pakaian imamnya, sampai seniman-nya (lih. Kel 31:1-6), semua ditunjuk
oleh Tuhan. Hanya imam (Harun) yang boleh memasuki tempat Maha Kudus itu dan ia
pun harus disucikan sebelum mempersembahkan korban di Kemah suci (Kel
40:12-15). Jika ia berdosa, maka ia akan meninggal seketika pada saat ia
menjalankan tugasnya di Kemah itu (Im 22:9). Hal ini menunjukkan bagaimana
Allah sangat mementingkan kekudusan Tabut suci itu, yang di dalamnya diletakkan
roti manna (Kel 25:30), dan dua loh batu kesepuluh perintah Allah (Kel 25:16),
dan tongkat imam Harun (Bil 17:10; Ibr 9:4).
Betapa
lebih istimewanya perhatian Allah pada kekudusan Bunda Maria, Sang Tabut
Perjanjian Baru, karena di dalamnya terkandung PuteraNya sendiri, Sang Roti
Hidup (Yoh 6:35), Sang Sabda yang menjadi manusia (Yoh 1:14), Sang Imam Agung
yang Tertinggi (Ibr 8:1)! Persyaratan kekudusan Bunda Maria -Sang Tabut
Perjanjian Baru- pastilah jauh lebih tinggi daripada kekudusan Tabut Perjanjian
Lama yang tercatat dalam Kitab Keluaran itu. Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian
Baru, harus kudus, dan tidak mungkin berdosa, karena Allah sendiri masuk dan
tinggal di dalam rahimnya. Itulah sebabnya Bunda Maria dibebaskan
dari noda dosa oleh Allah.
3. Bunda
Maria dikatakan sebagai 'penuh rahmat' pada saat menerima Kabar Gembira.
Pada saat
malaikat Gabriel memberitakan Kabar Gembira, ia memanggil Maria sebagai, '...hai engkau yang dikaruniai', Tuhan menyertai engkau.'
(Luk 1:28) ("Hail, full of grace...", - RSV Bible) Kata, 'Hail,
full of grace' ini tidak pernah ditujukan kepada siapapun di dalam Alkitab,
kecuali kepada Maria.[10] Kepada Abraham yang akan menjadi Bapa
para bangsa, ataupun kepada Musa salah satu nabi terbesar, Allah tidak pernah
menyapa mereka dengan salam. Kepada Maria, Allah bukan saja hanya memberi
salam, tetapi juga memenuhinya dengan rahmat (grace), yang adalah lawan
dari dosa (sin). Dan karena dikatakan 'full of grace', maka
para Bapa Gereja mengartikannya bahwa seluruh keberadaan Maria dipenuhi dengan
rahmat Allah dan semua karunia Roh Kudus, sehingga dengan demikian tidak ada
tempat lagi bagi dosa, yang terkecil sekalipun, sebab hadirat Allah tidak
berkompromi dengan dosa. Artinya, Bunda Maria dibebaskan dari noda dosa asal.
4. Dasar
dari Kitab Wahyu
Kita
mengetahui dari Kitab Wahyu, bahwa Bunda Maria-lah
yang disebut sebagaiperempuan yang melahirkan seorang Anak laki-laki, yang
menggembalakan semua bangsa... yang akhirnya mengalahkan naga yang
adalah Iblis (Why 12: 1-6). Kemenangan atas Iblis ini dimungkinkan karena dalam
diri Maria tidak pernah ada setitik dosa pun yang menjadi 'daerah kekuasaan
Iblis'.
Dasar dari Tradisi Suci
Berikut ini adalah
pengajaran para Bapa Gereja yang menyatakan bahwa Bunda Maria tidak bernoda:
1.
St. Irenaeus (180): “Hawa, dengan
ketidaktaatannya [karena berdosa]mendatangkan kematian bagi dirinya dan seluruh
umat manusia, ... Maria dengan ketaatannya [tanpa dosa]mendatangkan keselamatan
bagi dirinya dan seluruh umat manusia.... Oleh karena itu, ikatan ketidaktaatan
Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan
Hawa dilepaskan oleh iman Maria.”[11]
2.
St. Hippolytus (235): “Ia adalah
tabut yang dibentuk dari kayu yang tidak dapat rusak. Sebab dengan ini ditandai
bahwa Tabernakel-Nya dibebaskan dari kebusukan dan kerusakan.”[12]
3.
Origen (244): “Bunda Perawan
dari Putera Tunggal Allah ini disebut sebagai Maria, yang layak bagi Tuhan,
yang tidak bernoda dari yang tidak bernoda, hanya satu satunya”[13].
4.
Ephraim (361): ”Engkau
sendiri dan Bunda-Mu adalah yang terindah daripada semua yang lain, sebab tidak
ada cacat cela di dalam-Mu ataupun noda pada Bunda-Mu...[14]
5.
St. Athanasius (373), “O, Perawan
yang terberkati, sungguh engkau lebih besar daripada semua kebesaran yang lain.
Sebab siapakah yang sama dengan kebesaranmu, O tempat kediaman Sang Sabda
Allah? Kepada ciptaan mana, harus kubandingkan dengan engkau, O Perawan? Engkau
lebih besar daripada semua ciptaan, O Tabut Perjanjian, yang
dilapis dengan kemurnian, bukannya dengan emas! Engkau adalah Tabut
Perjanjian yang didalamnya terdapat bejana emas yang berisi manna yang sejati,
yaitu: daging di mana Ke-Allahan tinggal.”[15]
6.
Ambrose (387): “Angkatlah
tubuhku, yang telah jatuh di dalam Adam. Angkatlah aku, tidak dari Sarah,
tetapi dari Maria, seorang Perawan, yang tidak saja tidak bernoda, tetapi
Perawan yang oleh rahmat Allah telah dibuat tidak bersentuh dosa, dan bebas
dari setiap noda dosa."[16].
7.
St. Gregorius Nazianza (390):
Ia [Yesus] dikandung oleh seorang perawan, yang terlebih dahulu telah
dimurnikan oleh Roh Kudus di dalam jiwa dan tubuh, sebab seperti ia yang
mengandung layak untuk menerima penghormatan, maka pentinglah bahwa ia yang
perawan layak menerima penghormatan yang lebih besar. [17]
8.
St. Augustine (415): Kita harus
menerima bahwa Perawan Maria yang suci, yang tentangnya saya tidak akan
mempertanyakan sesuatupun ketika ia kita membicarakan tentang dosa, demi hormat
kita kepada Tuhan; sebab dari Dia kita mengetahui betapa berlimpahnya rahmat
untuk mengalahkan dosa di dalam segala hal telah diberikan kepadanya, yang
telah berjasa untuk mengandung dan melahirkan Dia yang sudah pasti tidak
berdosa[18]
9.
Theodotus (446): "Seorang
perawan, yang tak berdosa, tak benoda, bebas dari cacat cela, tidak tersentuh,
tidak tercemar, kudus dalam jiwa dan tubuh, seperti setangkai lili yang
berkembang di antara semak duri." [19].
10.
Proclus dari Konstantinopel (446):
"Seperti Ia [Yesus] membentuknya [Maria] tanpa noda dari dirinya sendiri,
maka Ia dilahirkan daripadanya tanpa meninggalkan noda.[20]
11.
St. Severus (538): "Ia
[Maria] ...sama seperti kita, meskipun ia murni dari segala noda, dan ia tanpa
noda."[21]
12.
St. Germanus dari Konstantinopel
(733), mengajarkan tentang Maria sebagai yang “benar- benar terpilih, dan di
atas semua, … melampaui di atas semua dalam hal kebesaran dan kemurnian
kebajikan ilahi, tidak tercemar dengan dosa apapun.”[22]
Jika Maria tanpa noda dosa, apakah dia membutuhkan
Kristus untuk menyelamatkannya?
Jawabnya
tentu: YA! Karena segala keistimewaan yang diberikan kepadanya
hanya mungkin diperoleh melalui Keselamatan yang diberikan oleh Kristus
sendiri. Duns Scotus (1264- 1308) seorang Franciskan mengatakan hal ini dengan
indahnya, "Malah Maria, melebihi siapapun membutuhkan Kristus sebagai
Penyelamatnya, sebab ia dapat tercemar oleh noda dosa asal seandainya rahmat
dari Sang Penyelamat tidak mencegah hal ini."[23] Keistimewaan rahmat yang membuat Maria
dibebaskan dari noda dosa asal adalah bentuk penghormatan Yesus kepada Maria
ibu-Nya, sesuatu yang menjadi hak-Nya sebagai Tuhan.
Apa pentingnya Dogma ini buat kita?
Bunda
Maria yang tidak bernoda, tubuh dan jiwanya, tidak dimaksudkan 'hanya' untuk
melukiskan keistimewaan Maria, tetapi untuk memberi gambaran bagi
Gereja.[24] Seperti Maria, Gereja juga dikatakan
sebagai 'tidak bernoda.' Hal ini juga dikatakan oleh Rasul Paulus yang
mengatakan bahwa Kristus akan menempatkan Gereja di hadapanNya dengan cemerlang
tanpa cacat atau kerut ...supaya GerejaNya kudus dan tidak bercela" (Ef
5:27). Jadi, kita sebagai anggotaGereja diajak untuk melihat Maria sebagai
teladan. Kita harus berjuang 'mengalahkan' bujukan Iblis setiap hari,
dengan mengandalkan kekuatan Roh Kudus.
Kesimpulan:
Dogma
Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa Asal (Ineffabilis Deus/ The Immaculate
Conception) adalah pengajaran yang berdasarkan atas kebijaksanaan Allah
yang tak terselami, yang membebaskan Bunda Maria dari dosa asal, sebab ia telah
dipilih Allah sejak semula untuk menjadi Ibu PuteraNya Yesus Kristus.
Pengajaran yang telah berakar lama dalam Gereja ini mengajak kita untuk melihat
Bunda Maria sebagai teladan kekudusan, agar kitapun dapat berjuang hidup kudus
setiap hari dengan mengandalkan rahmat Tuhan. Jadi fokus utama dogma ini bukan
semata- mata untuk meninggikan Maria, tetapi untuk menyatakan kerahiman Tuhan
yang tiada terbatas untuk menguduskan Maria sebagai ibu yang mengandung dan
melahirkan Tuhan Yesus di dunia ini. Karena itu, Maria adalah model
bagi Gereja dan teladan bagi kita masing-masing dalam hal kekudusan.
CATATAN
KAKI:
1. Pada
tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung
Tanpa Noda (Ineffabilis Deus), yang bunyinya antara lain sebagai
berikut: Dengan inspirasi Roh Kudus, untuk kemuliaan Allah Tritunggal, untuk
penghormatan kepada Bunda Perawan Maria, untuk meninggikan iman Katolik dan
kelanjutan agama Katolik, dengan kuasa dari Yesus Kristus Tuhan kita, dan Rasul
Petrus dan Paulus, dan dengan kuasa kami sendiri: "Kami menyatakan,
mengumumkan dan mendefinisikan bahwa doktrin yang mengajarkan bahwa Bunda
Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai
janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan
yang Maha Besar, oleh karena jasa-jasa Kristus Penyelamat manusia, dibebaskan
dari semua noda dosa asal, adalah doktrin yang dinyatakan oleh Tuhan dan
karenanya harus diimani dengan teguh dan terus-menerus oleh semua umat
beriman." [↩]
2. Santo
Ephraem dalam "Nisibene Hymns",
27, (dikutip dan diterjemahkan dari bukuThe Teachings of the Church Fathers,
ed. John R Willis, S.J., Ignatius Press, San Francisco, 2002 reprint, edisi
asli Herder and Herder, New York, 1966 h. 361) menulis, "Sungguh Engkau,
Tuhan, dan BundaMu adalah hanya satu-satunya yang cantik sempurna di dalam
segala hal; sebab, Tuhan, tidak ada noda di dalam-Mu dan jugatidak ada noda
apapun di dalam BundaMu…" [↩]
3. Santo
Agustinus, dalam "On Nature and Grace",
Chap. 36:42, (dikutip dan diterjemahkan dari buku The Teachings of the
Church Fathers, Ibid., h. 265) menulis, "Kita harus menerima Perawan
Maria yang kudus, tentangnya saya tidak akan pernah mempertanyakan jika kita
membahas tentang dosa, karena hormatku kepada Tuhan, sebab dari Dia kita tahu
akan betapa berlimpahnya rahmat untuk mengalahkan dosa sampai
sekecil- kecilnya, telah diberikan kepadanya(Bunda Maria) yang
telah dipercayakan untuk mengandung dan melahirkan Dia (Yesus) yang sudah pasti
tidak berdosa…" [↩]
4. Santo
Irenaeus, dalam "Against Heresies, V,
The New Creation in Christ" (dikutip dan diterjemahkan dari buku Early
Christian Fathers, ed. Cyril C. Richardson, Touchstone, Simon &
Schuster, NY, 1996) hl. 389-390, menyebutkan Maria sebagai Hawa yang baru,
"Seluruh umat manusia berada dalam kuasa maut melalui perbuatan seorang
perawan (Hawa), maka seluruh umat manusia juga diselamatkan melalui seorang
perawan (Maria, Hawa yang baru) dan karenanya, ketidaktaatan seorang perawan
diimbangi oleh ketaatan perawan yang lain." Dari sini, para Bapa Gereja
menyimpulkan bahwa ketaatan total Maria dimungkinkan oleh ketotalan
kemurniannya tanpa dosa asal. [↩]
5. John R
Willis, S.J. ed., The Teachings of the Church Fathers, Ignatius
Press, San Francisco, 2002 reprint, edisi asli Herder and Herder, New York,
1966 h. 356 [↩]
6. "Aku
akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini,
antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan
engkau akan meremukkan tumitnya." (Kej 3:15). [↩]
7. John 2:4,
RSV Bible, "O Woman, what have you to do with me? My hour
has not yet come." Diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia, "Mau
apakah engkau dari pada-Ku,ibu? Saatku belum tiba." [↩]
8. John
19:26-27, RSV Bible, "When Jesus saw his mother, and the disciple
whom he loved standing near, he said to his mother, "Woman, behold,
your son! Then he said to the disciple, "Behold, your mother!" diterjemahkan
di dalam bahasa Indonesia: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang
dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, "Ibu,
inilah anakmu! Kemudian kata-Nya kepada murid-muridNya: "Inilah
ibumu!" [↩]
9. Lihat Lumen
Gentium 56, S. Ireneus, "dengan taat Maria menyebabkan
keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia" Maka … para
Bapa zaman kuno, … menyatakan bersama Ireneus: "Ikatan yang disebabkan
oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat
oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria
karena imannya" Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria
"bunda mereka yang hidup". Sering pula mereka (St. Jerome, St.
Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus)
menyatakan: "maut melalui Hawa, hidup melalui Maria." [↩]
10.
Lihat, Defining the Dogma of the Immaculate conception, Ineffabilis
Deus, par. The Annunciation, "They (the Church Fathers) thought
that this singular and solemn salutation, never heard before, showed that the
Mother of God is the seat of all divine graces and is adorned with all gifts of
the Holy Spirit…" [↩]
11.
Lihat St. Irenaeus, Against Heresies, 189
AD, 3:22:24 [↩]
12.
St. Hippolytus, Orations Inillud, Dominus
pascit me [↩]
13.
Origen, Homily 1 [↩]
14.
St. Ephraim, Nisibene Hymns 27:8 [↩]
15.
St. Athanasius, Homily of the Papyrus of
Turin, 71:216 [↩]
16.
St. Ambrose, Commentary on Psalm 118:
Sermon 22, no.30, PL 15, 1599 [↩]
17.
St. Gregorius, Sermon 38 [↩]
18.
St. Augustine, Nature and Grace 36:42
[↩]
19.
Theodotus, Homily 6:11 [↩]
20.
Proclus, Homily 1 [↩]
21.
St. Severus, Hom. cathedralis, 67, PO 8, 350 [↩]
22.
Germanus dari Konstantinopel, Marracci in S.
Germani Mariali [↩]
23.
Diterjemahkan dari New Catholic Encyclopedia,
The Catholic University of America, Washington D.C., 1967, Book VII, p. 381. [↩]
24.
Lihat Hugo Rahner, SJ, Our Lady and the Church,
(Zaccheus Press, Bethesda, 1968, reprint 1990), p. 17, "But this
mystery of the Immaculate Conception of Mary is not only a personal priviledge
granted to her who was to become the Mother of God. Mary thereby become the
figure of the Church…" and p. 20, "The word 'immaculate'
indeed sums up the mystery of our own spiritual life. We are members of the
Church, and in us the Church's mystery must be accomplished; it begins with
Mary Immaculate, and we in turn, by the power of the Holy Spirit, must once
more become immaculate. In each of us the victory over the serpent must be
achieved…." [↩]
Komentar