TALUD OKABA

PEMBACA YANG BUDIMAN

SYALOOM......

Setelah beberapa waktu absen, saya hadir kembali untuk mengunjungi dan menyapa anda. Ini salah satu cerita yang saya suguhkan buat anda. Selamat menikmati.
 
Pada tanggal 3-4 Maret 2013, angin kencang dan ombak dahsyat telah menghantam pantai barat Okaba. Okaba adalah sebuah kecamatan yang jaraknya kira-kira 150 km dari Merauke. Jalan ke sana, sudah ada namun sebagian besar rusak, dan berlubang-lubang. Beberapa di antaranya bahkan ditumbuhi pohon / semak-semak liar dan rumput-rumput yang tinggi, sehingga jalan itu tampak amat sempit. Hanya sepeda motorlah yang sering lalu lalang melintasi jalan itu. Untuk mencapai Okaba, diperlukan waktu 4 – 5 jam dengan kendaraan sepeda motor, biaya perjalanan rp. 500.000 atau 6 jam dengan speed-boat via laut dengan biaya Rp. 1 juta. Seminggu sekali atau dua kali, ada penerbangan pesawat twin otter dengan lama penerbangan 20 menit.  Biaya perjalanan dengan pesawat Rp. 150.000 ,-  Namun sering pesawat batal terbang ke wilayah ini, sehingga masyarakat lebih sering menggunakan sepeda motor.

Tanggal 6 Maret, pastor Okaba meluncur ke Merauke untuk menemui uskup. Beliau bercerita tentang apa yang terjadi di Okaba, akibat hantaman ombak dan angin kencang. Pohon-pohon kelapa tumbang, pantai tergerus, dan sebagaian besar bibir pantai yang tidak ada pelindungnya itu gugur. Kuburan umum juga kena hantaman ombak. Beberapa nisan telah terbongkar dan tengkorak manusia muncul di pinggir pantai. Dengan penuh hormat, tengkorak itu dikuburkan kembali di tempat yang lain. Pasir-pasir pantai hanyut ikut ke laut. Keadaan ini sangat membahayakan gedung gereja dan pastoran yang letaknya tinggal 25-30 meter dari pantai. Umat meminta bantuan uskup untuk mencarikan bantuan, agar keadaan darurat itu dapat diatasi.

Sambil berdoa, rekan-rekan di Merauke dan di luar Merauke dikontak baik via sms maupun telpon dan bbm. Dalam waktu singkat berita itu tersebar ke mana-mana, dan bantuan pun datang dari mana-mana. Hingga saat ini telah terkumpul bantuan sebesar Rp. 200-an juta. Bantuan itu telah dipergunakan untuk membeli karung-karung plastik, biaya pengangkutan, dan biaya pengerjaan talud (bendungan). Ketika melihat orangtua mereka bekerja, anak-anak sekolah pun turut ambil bagian dalam mengisi karung-karung itu.

SEBAGAIAN PANTAI OKABA sepanjang 300 meter telah dilindungi oleh karung-karung plastik yang diisi lumpur. Masyarakat setempat bekerja keras untuk mengisi karung-karung plastik itu yang jumlahnya  20.000 lembar. Syukurlah lumpur-lumpur itu dapat diambil dari lokasi setempat. Meskipun begitu, karena jumlahnya banyak, truk milik kecamatan (distrik) pun dipakai untuk mengangkut karung-karung yang telah berisi lumpur padat. Komandan untuk pengerjaan pengisian karung-karung itu adalah bpk Jeremias Yolmen, dan pastor paroki Okaba.

Mula-mula karung-karung itu diletakkan/ disusun begitu saja. Bagi mereka yagn penting, bibir pantai terlindungi. Maklum, mereka selain belum pengalaman, tetapi juga pada waktu itu ombak dan angin sudah reda sehingga mereka kurang memperhitungkan ketinggian air. Mereka memasang bambu-bambu yang diikat dengan tali. Sayangnya, ketika ombak datang dan menghantam, bambu-bambu itu pun pelan-pelan tercabut. Sekarang ini, karung-karung itu telah disusun dengan rapih dan saling menindih sehingga lebih kuat dan tidak mudah digeser ombak.

Pada akhir Juli yang lalu, Pastor John Mitakda dan Sr. Rosina PBHK dan rombongan sedang mengadakan kunjungan ke Okaba. Mereka meninjau lokasi bendungan. Mereka melihat dari dekat dan naik di bendungan sederhana itu. Sr Rosina dengan cekatan mengambil kameranya dan mengambil foto-foto dari pantai yang telah dibendung itu. Itulah foto-foto yang saya tampilkan di blog ini.

Talud / bendungan sederhana yang telah melindungi pantai Okaba adalah wujud solidaritas dan tanda kasih dari umat Allah yang berada jauh dari lokasi abrasi. 300 meter pantai telah terlindungi. Gereja dan pastoran dapat dikatakan aman dari hantaman ombak pada periode berikutnya. Moga-moga pemerintah daerah akan melihat kebutuhan akan perlindungan pantai, dan segera bergerak untuk membangun talud yang permanen. Talud yang sama juga merupakan ucapan syukur kepada Tuhan, dan ucapan terima kasih kepada para donatur yang telah berbagi dengan mereka.

Kepada anda sekalian yang telah membantu terwujudnya talud untuk masyarakat / umat Okaba, saya mengucapkan banyak terima kasih. Bersama Santo Paulus saya menghaturkan ungkapan ini untuk anda: “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil (dan kemurahan hatimu) mulai dari hari pertama sampai sekarang ini (Efesus 1: 3-5)”.  Semoga anda semain diberkati dan menjadi saluran rahmat bagi banyak orang.  Berkat Tuhan menyertai anda sekalian.

Komentar

Postingan Populer