PUSAT PERTANIAN NASEM
PEMBACA YANG BUDIMAN
INI CERITA KEDUA BUAT ANDA. SILAKAN ANDA MEMBACANYA.....
INI CERITA KEDUA BUAT ANDA. SILAKAN ANDA MEMBACANYA.....
NASEM
adalah nama sebuah desa di bagian selatan Merauke. Untuk mencapai desa ini,
masyarakat bisa naik mobil umum, atau naik sepeda motor, malah ada yang jalan
kaki. Kalau santai-santai, naik kendaraan bermotor ke tempat itu diperlukan
waktu 1 jam. Di sepanjang jalan, akan
dijumpai pohon-pohon yang biasanya tumbuh di rawa-rawa, pelbagai jenis bunga
teratai dan rumput-rumputan.
Sering
juga di antara pohon-pohon “bus” (pohon yang kuat kayunya dan dapat dijadikan
bahan bangunan) terdapat beberapa jenis anggrek. Anggrek-anggrek itu tumbuh liar
di hutan-hutan. Bila hujan turun dalam beberapa hari, rawa-rawa itu penuh
dengan air, di air itu hidup aneka jenis ikan: mujahir, kakap, lele, betik,
gabus dan udang rawa. Entah dari mana datangnya, ikan-ikan dan udang itu sudah
besar-besar. Penduduk tinggal menangkapnya dengan jaring atau memancing.
Saya
teringat sebuah lagu yang digubah dan
dinyanyikan oleh kelompok Koes Plus yang syairnya sbb:
Bukan
lautan hanya kolam susu
Kail
dan jala cukup menghidupimu
Tiada
badai tiada taufan kau temui
Ikan
dan udang menghampiri dirimu
Orang
bilang tanah kita tanah surga
Tongkat
kayu dan batu jadi tanaman
Jauh
sebelum lagu itu lahir, ribuan tahun yang silam, di kitab Keluaran telah
dicatat apa yang dialami oleh bangsa yang dekat dengan Allah, dan menerima
janji ini: “ Aku menuntun mereka ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu
negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya” ( Kel 3: 8). Tanah yang
berlimpahkan susu dan madu ( tanah yang membawa kemakmuran), ternyata tidak
hanya diberikan kepada bangsa tertentu, tetapi kepada semua orang yang dekat
dengan Allah, dan mau menerima berkat itu serta “mewujudkannya dengan
mengolahnya”.
Tanah
di Nasen adalah satu dari sekian bukti atas janji Allah itu. Sebelumnya
masyarakat di sana memang hanya menanam sedikit, namun di bawah asuhan dan
dorongan pastor Ansel SVD, tanah itu menjadi tanah surga. Sejak bulan Maret
2013 telah diusahakan pengolahan tanah, penanaman aneka macam sayuran dan
tanaman pakan ternak. Tanah di kompleks pastoran yang dulunya hanya ditumbuhi
rerumputan liar, kini telah diolah dan mulai ditanami aneka tanaman jangka
pendek dan tanaman untuk pakan ternak.
50
ekor ayam kampung telah diternakkan di dalam kandang. Mereka di dalam kandang
terus menerus, dan diberi makan “makanan yang diramu sendiri”. Ternyata
ayam-ayam itu gemuk-gemuk dan jinak-jinak. Meski kandangnya dekat rumah, tetapi
tidak berbau. Lalat-lalat pun tidak kelihatan. Lantainya disemen, dan ditaburi
serbuk gergaji atau sekam (kulit padi). Kotoran ayam dengan sengaja dibiarkan
jatuh di atas sekam. Setiap 3 hari sekam-sekam yang bercampur kotoran ayam itu
disemprot EM-4, dan setelah 3 bulan kotoran itu dikumpulkan untuk pupuk.
Ayam-ayam
itu kini banyak yang sudah bertelur. Telurnya banyak sekali dan siap untuk
ditetaskan. Berdasarkan pengalamannya, ketika menetas, anak-anak ayam itu
sebelum turun dari sarangnya segera dipisahkan dari induknya. Sang induk
dicelupkan ke dalam air, setelah 3 hari induk itu dimandikan lagi sehingga suhu
badannya yang panas itu segera turun. Setelah turun suhunya, dia sudah lupa
“mengasuh anak-anaknya” dan 1 minggu kemudian sudah bisa bertelur lagi.
Rerumputan
dan aneka dedaunan semuanya dimanfaatkan untuk bahan pembuatan pupuk organik.
Juga kepala-kepala ikan, dan ikan-ikan yang sudah agak membusuk pun
dimanfaatkan untuk bahan pupuk organik. Semuanya dipakai, kecuali
plastik-plastik yang memang tidak bisa busuk. Masyarakat setempat
sungguh-sungguh bergairah untuk bercocok tanam dengan menggunakan pupuk alami. Sebagian
masyarakat yang tinggal di kompleks gereja telah membuka kebun percontohan, dan
yang lainnya didorong agar menanam sayuran dan tanaman pakan ayam di halaman
mereka sendiri.
Pastor
Ansel dengan dibantu oleh seorang tenaga terampil dari Flores bertekad, dalam
waktu 1 tahun, Nasem akan dipromosikan sebagai pusat perkebunan tanaman /
sayuran organik. Tekad ini amat beralasan karena di Nasem terdapat areal
pertanian yang amat luas, tanahnya subur, dan masyarakat juga sudah biasa
bercocok tanam. Sedangkan hasil laut adalah hasil tambahan. Sayuran adalah
tanaman jangka pendek, dan setiap hari dibutuhkan masyarakat baik di kota
maupun di desa. Jarak dari Nasem ke
Merauke juga tidak jauh. Karena itu, pemasaran hasil pertanian dari daerah itu
pun tidak sulit.
Apa
yang dilakukan pastor Ansel dkk merupakan bukti kepedulian akan kehidupan
masyarakat lokal yang bisa diberdayakan dan diajak bekerja sama untuk membangun
kehidupan mereka yang lebih baik, sehat dan mudah. Merauke membutuhkan
orang-orang yang mau peduli pada masyarakat setempat yang memiliki tanah yagn
begitu luas dan subur, namun miskin di tanah mereka sendiri.
Sudah
banyak orang yang berkomentar bahwa masyarakat Papua itu malas dan maunya
menikmati hasil. Tentu masih banyak komentar lain lagi yang “ternyata tidak
membuat perubahan apa pun”. Yang
diperlukan adalah kehadiran, kebersamaan, kerja keras, ketekunan, kejujuran,
kesetiaan, ketulusan hati dan pelatihan berkesinambungan demi kesejahteraan
mereka. Dan ternyata, ketika mendahulukan kepentingan mereka, usaha itu pun
tidak pernah mati / bangkrut.
Dia
yang di atas sana tahu, bahwa setiap orang butuh hidup yang layak, karena itu
semua orang diberkati agar menjadi berkat bagi orang lain. Membantu sesama
adalah tugas perutusan yang diembankan kepada semua orang, sebagaimana Yesus
Sang Putera Allah telah menegaskan “Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani. Juga Dia mengajak murid-murid-Nya untuk meyakini kata-kata ini:
“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka segalanya akan
ditambahkan kepadamu”.
Moga-moga
dalam waktu dekat, Nasem menjadi Pusat Pertanian yang akan mengangkat martabat
masyarakat setempat. Pastor Ansel maju terus. Tuhan mencurahkan berkat-Nya
untuk kalian semua di Nasem.
Komentar