VINCENT MAHUZE

PEMBACA YANG BUDIMAN

SAYA HADIRKAN CERITA YANG SATU INI UNTUK ANDA. SELAMAT MENIKMATI "GETARAN-GETARAN HATI YANG ADA DI DALAMNYA":


Sederhana penampilannya, dan tampak biasa-biasa saja. Dialah Vincent Mahuze. Seorang anak yatim, yang ditinggalkan ayahnya ketika dia masih duduk di bangsku SD. Ketika itu, tahun 2009, dia baru saja lulus SMP John XXIII - Merauke, sebuah sekolah katolik yang cukup dikenal. Letak sekolah itu di Jalan Kimaam - Merauke, hanya beberapa menit dari wisma keuskupan.




Nilai-nilai raportnya cukup, dan tidak masuk ranking, namun dia ingin meniti masa depannya. Ketika ditanya apakah cita-citanya ?  Jawabannya jelas: "Saya ingin menjadi ahli ekonomi".  Atas dasar itu, dia bersama 2 orang temannya saya beri beasiswa untuk sekolah di SMA Rex Mundi - Manado. Ternyata, nilai dan prestasinya meningkat. Selain mendapat ranking di kelasnya, dia pun menjadi bintang di sekolahnya. Dia pandai main "basket, sepakbola dan futsal". Selama 3 tahun  berturut-turut SMA Rex Mundi panen piala kejuaraan, karena tim-nya sering menang.   Dia pun sering dicari oleh para penggemar bakset dan futsal supaya bergabung di tim mereka.

Setelah tamat SMA Rex Mundi, "dia menghilang"  entah ke mana........ Tidak ada berita sepotong pun yang saya dengar.  Teman sekolah yang saya beri beasiswa pun, tidak tahu di mana rimbanya..... 

Tanggal 22 Desember 2012, saya mendapat tamu seorang yang masih muda. Dia berpakaian seragam lengkap dengan tanda-tanda dan atribut lainnya yang menempel di baju seragam itu. Wajahnya saya kenal, namun namanya saya lupa. Saya betul-betul "pangling". Ketika kami berjabat tangan, saya bertanya siapakah namanya ?   Dia adalah Vincent Mahuze.   Pakaian seragamnya menunjukkan bahwa dia adalah Mahasiswa STPDN ( Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ) - Jakarta. Anak hilang itu telah saya temukan kembali.....dengan penampilan yang lebih istimewa. 

Saya hanya bisa bersyukur atas prestasi dan "masa depan / karir untuk hidup yang telah dipilihnya itu".  Dia bersharing tentang proses  rekrutmen dan dukungan dari banyak pihak yang telah memungkinkan dia menjadi mahasiswa STPDN itu.  Dia memberikan kenang-kenangan berupa Kalender Tahun 2013 yang diterbitkan oleh sekolahnya, sambil mengatakan: "Bapa, baru hal yang sederhana inilah yang bisa saya berikan kepada  bapa yang telah membantu saya dan memberikan beasiswa".

Saya teringat akan cerita dalam kitab suci, ketika Yesus menyembuhkan 10 orang kusta. Dari sekian yang disembuhkan, hanya 1 orang yang kembali dan mengucapkan terima kasih. Saya mengalami bukan hanya 1 tetapi lebih dari 1 orang yang datang untuk mengucapkan terima kasih, bahkan rela mengabdikan diri mereka, untuk tugas pelayanan di bawah payung keuskupan.

Saat ini saya sedang menyekolahkan putra-putri Papua di beberapa tempat:

1. 1 orang Mahasiswi  di Akademi Kesekretariatan ( D3) di Yogya, semester terakhir.

2. 4 orang mahasiswi Akademi Keperawatan (D3) Tomohon - Manado - Semester IV.

3. 6 orang mahasiswi Akademi Keperawatan (D3) Tomohon - Manado - Semester II.

4. 1 orang mahasiswa Kedokteran UKI - Jakarta     ( co-ass ) - semester terakhir.

5. 1 mahasiswa STIPAN - Jakarta  semester IV

6. 1 mahasiswa Sos-pol  UKI  - Jakarta   semester IV  

7. 1 mahasiwa Akademi Maritim Nasional - Cilacap  Semester IV.


Tahun Akademik 2013 - 2014, saya merencanakan memberikan beasiswa pendidikan kepada putri-putri Papua yang ingin studi menjadi bidan. Beasiswa yang ditawarkan ini untuk 4 - 5 orang. Diperkirakan seluruh biaya pendidikan sampai selesai menjadi bidan ( 3 tahun )  adalah Rp. 50 juta, plus tiket pp dan keperluan lain-lain Rp. 10 juta.  Bila ada pembaca yang ingin memberikan bantuan / beasiswa kepada anak-anak yang akan saya studikan ini, silakan menghubungi saya di nikoadi@yahoo.com  atau ke no telp: 0971 321011.


Atas kebaikan anda untuk turut "mencetak tenaga-tenaga terampil yang akan membangun tanah dan masyarakat mereka sendiri", saya ucapkan banyak terima kasih.

Komentar

Postingan Populer