INVESTASI DIRI

PARA PEMBACA BLOG YANG SETIA

SYALOOM.....

Telah sekian minggu saya absen dari hadapan anda. Mohon maaf sebesar-bersarnya.....atas ketida hadiran saya  di halaman ini. Maklum, ada begitu banyak kegiatan yang harus saya laksanakan di luar kota Merauke. Kegiatan itu tidak memungkinkan saya untuk menulis.....karena badan sudah capek akibat kegiatan sepanjang hari, dan..... saluran internet juga tidak tersedia.

Kini saya hadir lagi dengan menyajikan "pengalaman melayani umat pada saat Natal tahun 2012 yang lalu". Penulisnya seorang frater (calon imam). Dia saya minta untuk menuliskan pengalamannya selama liburan di Merauke, dan selama melayani natal di sebuah kampung.   Inilah ceritanya:


REFLEKSI LIBURAN NATAL 2012

OLEH : FR. EDHO 

Masa Natal kali ini membuat saya lebih merasakan arti dan bahagia Natal. Pada tanggal 18 Desember 2012 untuk pertama kalinya saya melihat dan menginjakkan kaki di suatu kota kecil, yang selalu saya banggakan “Merauke”. Inilah kota yang menjadi idaman saya. Kali  ini saya bersama dengan teman-teman mendapat kesempatan untuk berlibur di keuskupan. Selama perjalanan dari Jayapura ke Merauke banyak yang terlintas dalam pikiran saya ini. Saya mengalami sesuatu hal yang baru saat berada di Merauke khususnya di keuskupan. Hal yang tidak akan saya lupakan yakni saya bisa tinggal bersama-sama dengan Uskup saya. Saya makan bersama dalam satu ruangan dan yang lebih menyenangkan lagi, saya bisa makan bersama dengan uskup saya dalam satu meja makan. Hal ini adalah hal yang sangat luar biasa dalam hidup saya. Selama beberapa hari saya berada di keuskupan banyak hal yang saya dapatkan dari uskup saya. Saya dapat belajar banyak tentang suatu perjuangan yang berarti.

Kunjungan ke stasi Nasem
Nasem adalah suatu tempat di pinggiran kota Merauke. Jaraknya kira-kira 25 km.  Jarak yang cukup jauh untuk mencapai tempat ini tidak pernah membuat semangat dari Bapa Uskup saya menjadi pudar. Waktu itu kami diajak ke Nasem. Atas hal ini saya dapat membandingkannya dengan keuskupan yang lain bahwa Uskup kami adalah orang yang sangat baik. Walaupun capek Uskup saya tetap mengajak saya dan teman-teman dan menunjukkan tempat-tempat yang baru. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih bapak uskup. Peristiwa ini mendorong saya untuk selalu berusaha untuk menjadi seorang abdi Tuhan, seorang imam yang di kemudian hari dan selalu setia pada Bapak.

Hidup baik
Selama masa liburan di keuskupan banyak hal yang saya petik dari prinsip Uskup, dan ini adalah hal yang paling membuat saya terkesan. Bapa Uskup mengajarkan saya dan teman-teman untuk selalu kerja keras, disiplin, dan punya kepribadian baik dalam hidup ini. Banyak sekali yang saya peroleh untuk kehidupan saya selama berada di keuskupan. Hal yang diajarkan adalah etiket dalam berbicara dan  bergaul, ketepatan waktu makan, kepekaan sosial dan lain-lain.

Asistensi natal
Sesudah kurang lebih empat hari saya berada disini, akhirnya tiba saatnya bagi saya dan teman-teman untuk mendapat tugas dari Uskup kami yakni menjalankan asistensi Natal. Tempat asistensi Natal ditentukan berdasarkan undian. Pada saat diundi, saya mendapat tugas di daerah Kumbe, akan tetapi karena alasan kesehatan dari teman saya dan akhirnya saya memutar haluan untuk bertugas di Muting dan teman saya di Kumbe. Kami tukar tempat.

Semua persiapan untuk asistensi Natal telah saya siapkan. Hari ini 22 Desember adalah hari keberangkatan saya ke Muting. Inilah hari pertama saya dari kota Merauke ke Muting. Begitu banyak hal-hal baru yang saya lihat selama dalam perjalanan. Setelah kurang lebih 4 jam saya bersama-sama dengan rombongan, akhirnya bisa tiba di tempat yang disebut Muting.

Ketika tiba di Muting, saya disambut baik oleh Pastor paroki tersebut. Banyak hal yang dia ceritakan kepada kami tentang pengalamannya selama berada di daerah masyarakat Dayak (Kalimantan). Selama berada di paroki Muting saya merasa sangat tertarik dengan kehidupan pastor paroki. Beliau dapat menghimpun umat dengan sangat baik. Semua ini membuat saya untuk lebih tertarik lagi dan bisa merasakan kehidupan yang lama lagi di Muting. Saya ingin mendengar sharing itu lebih lama lagi, akan tetapi saya harus melaksanakan tugas saya yakni asistensi Natal di stasi Selow.

Perjalanan ke stasi Selow
Hari ini 23 Desember 2012 saya berangkat dari Muting ke stasi Selow. Hari ini juga merupakan hari pertama saya naik johnson ( speedboat yang bermotor tempel 40 PK).  Saya merasakan bahwa saya akan berada di tempat yang sangat asing bagi saya. Dalam perjalanan ini, saya melewati kali (sungai) Bian.  Hal yang membuat saya merasa takut yakni kekhawatiran mungkin di kali Bian ini terdapat buaya-buaya. Akan tetapi saya membuat diri saya untuk tidak merasakan hal-hal yang menakutkan. Dengan cara ini saya mencoba untuk tidur dalam johnson selama perjalanan ini. Selama masa perjalanan ini saya tetap dihantui rasa takut sehingga saya tidak dapat beristirahat. Oleh sebab itu saya membuat keputusan untuk bisa menikmati pemandangan yang ada. Sesudah perjalanan kurang lebih lima jam, kami dapat tiba di tempat yang dituju dengan selamat.

Saya keliru
Ternyata kampung yang di hadapan saya ini bukanlah kampung yang dituju. Kami harus berjalan lagi melewati hutan dengan jarak yang agak jauh. Selama dalam perjalanan kami melewati hutan. Banyak pikiran yang membuat saya tidak merasa nyaman yakni bayangan / kekhawatiran adanya penembakan seperti yang seringkali terjadi di Jayapura. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama saya kembali dikejutkan oleh realitas yang berbeda. Sebenarnya yang saya harapkan adalah saya tiba di kampung, akan tetapi yang saya temui adalah rawa-rawa.

Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, saya dan rombongan tiba di tempat yang menjadi kerinduan saya “SELOW”. Tempat ini tidak terlalu ramai, jauh dari hal-hal yang bernuansa kota. Saya dijemput dan disambut oleh orang-orang Selow bagaikan Raja. Sebenarnya saya belum pantas untuk disambut dengan begitu meriah. Saya dihantar ke Gereja, di sana saya melihat kondisi gereja yang tidak lagi layak, akan tetapi semangat dari umat membuat gereja menjadi hal yang tidak terlalu menjadi persoalan bagi siapa saja yang berkunjung ke stasi ini. Pada malam pertama ini saya diminta untuk membawakan ibadat tiga hari sesudah kematian, banyak sekali yang saya rasakan. Malam ini juga saya harus beristirahat, setelah ada begitu banyak kesibukan yang saya lalui hari ini.

Pelayanan natal
Hari ini tanggal 24 Desember 2012, saya merasa tidak nyaman. Mengapa ? karena kandang Natal dan semua persiapan-persiapan belum dibuat, tetapi atas kerja sama yang baik dengan para dewan stasi dan tokoh pemerintah kami menghias gereja dengan membuat kandang Natal.
Ternyata penilaian saya semuanya salah.  Segala persiapan telah dibuat sebelumnya, hanya belum ada kerjasama yang baik selama ini dari para umat. Di stasi saya ini banyak sekali hal-hal yang membuat umat tersebut kurang aktif dalam gereja, salah satu penyebabnya adalah kurangnya tenaga rohaniwan / pelayan gereja.

Malam Natal ini saya merasa sangat gembira bisa bersama-sama dengan umat stasi ini.  Ada begitu banyak kegiatan yang kami lakukan dan buat selama Natal. Saya mengadakan pertandingan volley antar lingkungan dan resepsi pada Natal bersama-sama dengan umat, banyak umat yang menyambut baik hal ini, akan tetapi dalam perayaan ibadat saya tidak pernah melihat keaktifan dari para pemuda yang berada di kampung atau stasi ini. Selama berada di stasi ini, banyak hal yang ingin saya lakukan, akan tetapi tidak begitu disambut baik oleh para pemuda dan pemudi. Entahlah mengapa demikian. Keaktifan, semangat dari para orang tua membuat saya semakin merasa nyaman berada di tempat ini.

Namun berlalunya hari demi hari, berarti pelayanan dalam rangka natal sudah selesai. Saya harus kembali ke paroki. Hari ini tanggal 26 Desember 2012 saya diantar oleh semua umat saya ke pelabuhan. Banyak sekali air mata yang keluar dari wajah-wajah umat saya. Dengan ini saya dikuatkan akan suatu hal bahwa saya harus berjuang, karena saya sangat dibutuhkan. Saya merasakan begitu banyak hal-hal yang baru dalam libur Natal ini. Saya banyak sekali belajar dari alam sekitar saya tentang makna dan kehidupan saya ini.

Pengembangan diri
Saya merasa malu dengan diri saya karena saya adalah seorang yang agak kurang sopan dalam aturan. Karena itu saya akan berusaha untuk lebih giat lagi dalam mengatur hidup saya untuk bisa menjadi seorang calon imam yang dapat merubah dan membuat keuskupan saya ke arah yang lebih baik. Melalui peristiwa ini, saya mulai berpikir atasperjuangan saya. Sebagai seorang calon imam harus lebih berusaha yang lebih lagi mempunyai semangat yang baik.  Saya merasa sangat malu dengan diri saya yang tidak mempunyai perjuangan.  Saya mendapatkan arti dan makna hidup dan pelayanan dari teladan yang ditunjukkan oleh uskup saya.

Ketika beberapa hari berada di tempat asistensi dan membandingkan dengan kehidupan saya, saya mulai sadar akan keterpurukan hidup saya ini. Sering kali saya merasa diri bahwa saya tidak harus membuat sesuatu yang baik. Natal telah membawa penyegeran dan pembaharuan dalam hidup saya. Dengan berbekal pengalaman saya ini, saya akan menerapkan sikap dan kehidupan yang ditanamkan oleh uskup saya. Saya bertekad akan lebih tekun dalam studi saya. Kehidupan di keuskupan saya, tentang tenaga rohaniwan yang sangat minim, dan kebutuhan lainnya akan saya jawab. Saya akan berusaha keras untuk mengembangkan kepribadian saya agar kelak dapat menjadi seorang imam yang berguna bagi keuskupan saya.

Refleksi merupakan jalan masuk untuk mengenal diri, dan "investasi diri". Melalui kegiatan / tindakan refleksi orang akan terbantu untuk "memperpeka perasaan, budi bahasa, dan suasana batin" sehingga lebih mudah untuk menangkap "signal-signal" yang dipancarkan oleh Yang ilahi dan sesama manusia, alam dan makhluk ciptaan lainnya.  Investasi diri terhadap keutamaan-keutamaan merupakan tindakan pembekalan agar makin kuat dan tahan bantingan dalam menghadapi perjalanan hidup ini. Kemantapan diri dan kebertahanan dalam menghadapi kehidupan dan dinamikanya, merupakan "kesaksian hidup yang baik dan benar" yang amat dibutuhkan oleh manusia jaman ini.



Komentar

Postingan Populer