Kenangan 5 tahun uskup


Perjalanan 5 Tahun sebagai Uskup Agung Merauke


Tahun 2009 ini merupakan tahun kelima ulang tahun tahbisan uskup. Ada banyak pengalaman yang saya dapatkan selama kurun waktu 5 tahun itu.

Sebagai uskup baru, banyak hal yang belum saya ketahui dan belum biasa berhadapan dengan pelbagai urusan tentang keuskupan. Walau demikian, umat dan masyarakat tetap “uskup harus siap pakai: sehat, siap menerima tamu, menerima undangan, memberi sambutan, dan memberi bantuan finansial kepada pihak-pihak yang menyodorkan proposal”. Bulan Juli 04, ada banyak orangtua yang datang untuk minta bantuan / pinjaman karena anaknya mau masuk sekolah. Sedih juga saat mendengar kesulitan keuangan mereka itu, namun di sisi lain, tidak mungkin keuskupan memberikan bantuan kepada semuanya. Beberapa di antara mereka saya bantu.

Tahun pertama (Juli 2004 – Juli 2005) saya alami sebagai tahun yang sungguh berat. Saya baru memulai tugas besar sebagai uskup, harus mengenal banyak hal yang sebelumnya belum pernah saya kerjakan. Banyak pertanyaan yang belum saya sampaikan, namun Uskup Emeritus sudah pulang ke tanah air (Nederland) sehingga pertanyaan itu sering disampaikan via telpon atau via email. Syukurlah arsip-arsip amat lengkap dan tersusun rapih sehingga pertanyaan itu dengan lebih mudah dijawab. Syukur juga Mgr Emeritus tetap rela membantu saya dalam mencari jawaban atas pertanyaan itu.

17 Agustus 04 untuk pertama kalinya saya tampil bersama para pejabat kabupaten pada upacara peringatan Hari Kemerdekaan di Lapangan Pemda Merauke. Hari itu merupakan kesempatan untuk silaturahmi dengan para pejabat Negara, Kepala Dinas dari pelbagai instansi dan pejabat sipil lainnya. Kami juga ikut ke taman makam pahlawan, turut menghadiri acara remisi di Penjara Merauke. Saya ingin tahu dari dekat apa yang dilakukan di LP setiap tahunnya dalam rangka remisi tahunan itu. Sampai hari ini saya sudah 2 kali ikut acara itu.

Bulan September 04, saya ikut pertemuan para uskup MSC se dunia di Issoudun – Perancis. Bahagia rasanya bisa berada di tengah-tengah konfrater, bersama-sama sharing tentang pengalaman hidup sebagai uskup. Waktu itu, saya adalah yang termuda. Sekarang ini sudah ada uskup MSC yang lebih muda, dia berasal dari PNG dan kini menjadi Uskup Bereina: Mgr Rochus Tatamai MSC. Saya sudah 3 kali ketemu dia: 1) waktu seminar para uskup muda di Roma, 2) pada pertemuan kaum muda di Sydney dan 3) pada pesta 50 tahun kehadiran SMM di Kiunga, tgl 20 Juni 09 yang lalu.

Kami terbang dari Merauke ke Tanah Merah, lalu naik mobil 3 jam ke Asiki. Dari Asiki kami naik mobil, ke suatu tu pos di km 56, Turut hadir pada pesta itu: John Kandam, Cayetanus Tarong, Timoteus (pastor asiki), Bram Batman, Sr Feralinda, Sr. Feliksia PBHK, Sr. Flavia KYM, Sr Lusiana PRR dan Sr. Ambrosia PRR. Kami jalan kaki selama 2 jam, melewati hutan-hutan. Kami melihat pohon-pohon yang masih muda di sepanjang jalan. Pohon-pohon besar telah ditebang oleh Korindo. Syukurlah bahwa secara alamiah pohon-pohon itu tumbuh kembali sehingga hutan kita tidak habis. Di hutan itu, ada banyak lintah. Namun kami tetap jalan terus agar perjalanan tetap lancar.

Uskup Kiunga (Mgr. Gilles Cote SMM) telah menyiapkan 2 buah speedboat untuk kami. Kami naik speed boat selama 7 jam dari kali kecil sampai di pelabuhan Kiunga. Di sepanjang kali, pemandangannya amat berbeda dengan di wilayah kita. Air sungai kelihatan kelabu dan pohon-pohon sepanjang sungai banyak yang mati dan kering. Rupanya ini akibat dari racun / limbah dari perusahaan tambang emas di Tabubil yang dibuang ke sungai selama bertahun-tahun. Tentang hal ini memang masih perlu dilakukan survey yang akurat sehingga berdasarkan data itu, kita dapat berbicara dan mengajukan keberatan kepada pihak perusahaan. Kali-kali kecil di wilayah Indonesia sudah kena dampaknya.

Selain hal-hal tadi, yang patut saya renungkan dan saya syukuri :

Di bidang personalia

Pada bulan Oktober 2004, Pius Manu ditahbiskan menjadi imam. Dialah imam pertama yang saya tahbiskan. Dialah imam kedua yang berasal dari Kimaam, sedangkan imam pertama adalah Soter Nauce, yang kemudian mengundurkan diri dan telah meninggal tahun 2006. Pius Manu mendapat tugas pertama di paroki St. Theresia Buti.

Pada awal tahun 2005, ada perpindahan besar-besaran di lingkungan MSC. Kapitel Provinsi MSC Indonesia memutuskan adanya “rolling” atas para anggotanya. 5 orang MSC pindah dari Merauke: Yuliono, Yos Santoso, Nelles Yamlean, Bob Rarun, Paul Praptanda, dan 1 orang mengundurkan diri (Bas Redan Werang) pada awal Januari dan Februari. Sementara penggantinya belum juga datang. Banyak paroki terpaksa kosong, dan untuk sementara waktu umat tidak mendapatkan pelayanan sakramen-sakramen.

Syukurlah menjelang pesta 100 tahun Gereja Katolik di Merauke (14 Agustus 2005), ada bantuan 1 tenaga imam Projo dari Palembang (Pst. Niko Joko), 1 dari Purwokerto (Martinus Ngarlan), dan pada bulan Oktober 2005, 1 imam MSC yang direncanakan bertugas di Merauke mulai tiba (Pst. Pius Heljanan MSC), serta 1 pastor Fransiskan (Amatus Mil OFM). Pastor Niko bertugas di Kimaam, dan pastor Martinus bertugas di SP7 Tanah Miring, P. Pius Helyanan di Woropko, dan Amatus Mil di Bade.

Menjelang akhir tahun 2005, 3 suster ALMA memulai komunitas mereka di Merauke. Mereka kemudian memilih wilayah di paroki Sang Penebus sebagai komunitas pertama mereka. Ketiga suster itu adalah: Sr. Martina, Sr.Yustina dan Sr. Evarista. Dengan kekuatan mereka sendiri, mereka membangun komunitas itu guna memberikan pelayanan kepada orang-orang cacat. Sampai hari ini sudah lebih dari 200 anak cacat yang mereka layani. Sekitar 15 anak mereka tampung di rumah mereka, sedangkan yang lainnya, mereka layani sambil berkeliling. Mereka merawat anak cacat fisik, bisu tuli, autis, penderita hidrocaepalus dll. Mereka dengan amat gembira diterima oleh umat paroki S. Penebus. Mereka juga membantu pelayanan sekolah minggu dan kegiatan lainnya di paroki. Bulan Oktober 2005, Lukas Sugeng ditahbiskan menjadi imam di paroki Bampel.

Beberapa bulan kemudian, awal tahun 2006 datanglah para suster dari Kongregasi Suster-suster Fransiskanes Santa Lucia (4 orang): Sr. Agustine, Sr. Roberta, Sr. Brigitta, dan Sr. Carola yang berkomunitas di ex rumah Br Piet Kok MSC dan para suster Kasih Yesus & Maria (2 orang): Sr. Louise Marie dan Sr. Flavia yang bertempat tinggal di ex biara para Bruder 7 Kedukaan. Tahun 2006, Keuskupan Bandung memberikan bantuan 1 tenaga imam projo, P. Rusbani Budi Setiawan dan bertugas di paroki Bampel.

Menyusul setelah itu, tahun 2007, 2 orang bruder MTB: Br. Yunus dan Br. Yulianus MTB yang berkomunitas di kompleks KPG. Keuskupan Tanjung Karang memberikan bantuan tenaga 1 orang: pastor Frans Supomo. Pada bulan September 2007, Silvester Tokio ditahbiskan menjadi imam di Kepi. Setelah melayani 6 bulan di Kepi, dia kini bertugas di Kimaam. Dialah putra asli dari wilayah Arare.

Februari 2008, Dominikus Rahangkey, seorang frater kita yang sedang menjalani tahun rohani di Tegal meninggal karena sakit kanker getah bening. Dia dimakamkan di Kaliori – Banyumas – Jawa Tengah. Dia yang tidak pernah mengeluh sakit, tiba-tiba mengalami sesak nafas dan sakit di bagian lever. Ternyata via pemeriksaan di Elisabeth Semarang, dia dinyatakan kena kanker getah bening stadium 4. Sementara itu, Fr. Abel setelah beberapa bulan di tahun rohani, mengundurkan diri dari seminari.

13 April 2008, ditahbiskan 3 orang imam MSC di SP7 Tanah Miring. Mereka adalah Anselmus Amo, Herman, dan Timoteus. Herman kemudian bertugas di keuskupan Purwokerto, sedangkan Amo di Aboge, dan Timoteus di Asiki.

bulan Juni 2008 hadir pula di Merauke, dengan menumpang kapal laut 4 orang Suster Tarekat Maria Mediatrix: Sr. Willibordi, Sr. Pauline, Sr. Edhita, Sr. Alexandrina yang berkomunitas di Buti, sedangkan pada bulan Juli 2008 tiba di Merauke dengan kapal laut 2 Suster YMY: Sr. Angela Rompas dan Sr. Agustine Sumaraw untuk sementara waktu tinggal di ex rumah kepala sekolah di Jln Kimaam. Biara mereka saat ini sedang dalam pembangunan.

Juli 2008, Sonny Walewowan mulai bertugas di Seminari Yerusalem Baru Abepura guna mendampingi para calon imam projo 5 keuskupan di Papua bersama dengan John Bunay, imam projo keuskupan Jayapura. 4 orang frater calon imam projo Merauke tiba di Jayapura setelah menjalani tahun rohani di Tegal – Jawa Tengah.

Januari 2009, Donatus Wea setelah kembali dari studi bertugas sebagai dosen hukum gereja di STFT Fajar Timur. Februari 2009 pastor James Sabon MSC seorang pastor senior, mulai berkarya di Meauke dan mendapat tugas di Buti menggantikan Pius Manu. Pius Manu saat ini bertugas di paroki Kuper, sedangkan Hengky Kariwop MSC kini purna waktu sebagai ketua YPPK Merauke. Saya sendiri per 1 Juli 2009 berhenti sebagai Ketua Sekolah Tinggi Katolik St. Yakobus dan digantikan oleh P. Alo Batmyanik MSC yang telah selesai studi di Manila di bidang Pastoral Theologi.

Mereka yang datang ke Merauke membantu keuskupan dan Yayasan untuk menata bidang persekolahan dan kesehatan. Bebgerapa suster telah menjadi kepala sekolah di SD dan SMP YPPK. Suasana belajar dan mengajar menjadi lebih tertib. Dana BOS dan BOP betul-betul dimanfaatkan untuk kemajuan sekolah. Bangunan sekolah dan bangku yang rusak dengan lebih cepat diperbaiki. Guru-guru menjadi lebih rajin mengajar dan datang pada waktunya.

Perbengkelan

Perbengkelan yang kami kelola dengan baik, meski tidak memberikan andil banyak telah meringankan beban pengeluaran untuk kendaraan, perbaikan dan renovasi berat bagi bangunan-bangunan keuskupan. Benny Tjiu selain bertugas sebagai koster Katedral juga kami tugaskan sebagai manager di bengkel missi. Usaha produksi batu bata sedang kami mulai. Lokasinya di sekitar tugu Murdani. Moga-moga usaha ini dapat memberikan pemasukan 10 juta per bulan kepada keuskupan.

Para donatur dalam negeri juga sudah mulai lumayan, khususnya di Jakarta. Ada kelompok donatur peduli kemanusiaan di Papua. Lewat brosur dan pertemuan yang kami buat, jumlah mereka bertambah banyak. Meski sumbangan mereka kecil, namun tetap, tokh ada arti yang cukup besar juga untuk keuskupan.

Melalui perjalanan selama 5 tahun ini, menjadi amat nyata bahwa Tuhan membimbing dan melengkapi apa yang masih kurang dalam diri saya. Sungguh luar biasa dan amat banyak bila disebut satu-per satu. Ada begitu banyak orang yang diutus untuk menjadi rasul di Keuskupan Agung Merauke, baik biarawan maupun awam.

3. Seminari Menengah Pastor Bonus

Dulu Andy Fanumbi saya minta untuk memulai seminari ini. Namun dia sering kali punya kegiatan di luar, sehingga anak-anak terlantar. Administrasi dan keuangan juga tidak beres. Maka itu, saya menunjuk Lucas Sugeng untuk menjadi rector di seminari ini, menggantikan Andy. Andy kini bertugas di paroki Wendu. Anak-anak seminari berjumlah 18 orang. Bahkan ada 1 yang datang dari Arso. Lucas Sugeng dibantu Fr. Fabby, calon imam projo Merauke. Kalau tidak ada halangan, Fabby akan ditahbiskan diakon pada bulan Desember 2009.

4. Frater di STFT

Jumlah fr calon imam projo Merauke yang studi di STFT kini berjumlah 20 orang. Paska Sarjana 1 orang, di tingkat II-IV dan 14 orang tingkat I. 14 orang ini berasal dari Atambua, Timor dan Sumba dan telah menyelesaikan tahun rohani. Pada bulan April yang lalu saya promosi di Tahun Rohani Atambua, setelah mendapat restu dari Uskup Agung Kupang.

5. Frater Tahun Rohani

Frater tahun rohani tamatan dari Merauke: 1 orang, dari Langgur 1 orang. Keduanya akan mengikuti pembinaan rohani di Nabire dan diasuh oleh para imam Jesuit. 5 uskup Papua sepakat bahwa pembinaan itu dilaksanakan di Nabire, karena para pembina yang kebanyakan adalah pastor-pastor Jesuit dan jumlahnya cukup meminta kami untuk membuka di Nabire. Merauke masih punya 5 frater di tahun rohani Atambua. Maka jumlah seluruhnya (Nabire dan Atambua) 7orang.

6. AMA

Sejak Januari 09, Yayasan AMA telah berubah menjadi PT AMA dengan ijin komersiil dari Dirjen Perhubungan Udara. Para uskup adalah pemegang saham, dan dikelola secara professional oleh Badan Pengurus AMA. Bpk Hardus Desa kini sebagai direktur AMA. Para pastor di pedalaman, diminta bantuannya untuk menyediakan tenaga/ pengurus tiket. Untuk sementara waktu, yang dilayani adalah Kepi, T.Merah, Bade. Masih akan dicoba ke Wanam (perusahaan ikan). Kami masih memilih tempat-tempat komersial mengingat tiket AMA tidak mendapat subsidi dari pemerintah sehingga terkesan agak mahal.

7. Poliklinik

Dalam rangka memantapkan amanat Temu Pastoral 2008: Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak, KA Merauke telah membuka poliklinik di Buti (TMM), Gudang Arang (YMY), Kurik (KYM), Semangg II (KYM) dan Poli Nasem-Bokem-Ndalir (1 tenaga keuskupan), dan Tanah Miring, Kuper, Urum dan Wendu ( 1 tenaga Keuskupan ). Saya masih punya 2 tenaga perawat yang siap diterjunkan ke pinggiran kota untuk melayani masyarakat pinggiran yang sering kali kurang mendapat pelayanan.

Dalam rangka peningkatan mutu kesehatan, saya sudah menyekolahkan 1 anak laki-laki D3 keperawatan di Semarang, memberi beasiswa kepada mahasiswa kedokteran (Semester IV Univ Kristen Jkt), dan 2 mahasiswa kedokteran gigi di Unsrat - Manado (semester II dan IV).

8. PHC

Drg Didik, dari RS Dian Harapan, diminta oleh Cordaid menjadi coordinator PHC untuk seluruh Papua. Kantor pusatnya di Abepura. Dalam rangka itu, KA Merauke juga memulai PHC dalam kerja sama dengan Perdhaki Jakarta dan Dinas Kesehatan Merauke. Perdhaki Jakarta telah mengutus 1 dokter dan bertugas di Okaba. Gaji dokter dan tiket ditanggung oleh Dinas Kesehatan Merauke, berdasarkan SK Kepala Dinkes sedangkan kegiatan pelayanan PHC bisa berjalan bersama-sama ketika pastor turne. Cordaid siap memberikan dana lebih untuk penyuluhan, pembuatan buku saku sederhana, pengobatan, makanan tambahan dll.

10. Gua Wendu

Di Wendu telah mulai dibangun gua Maria, yang kami beri nama Bunda Hati Kudus. Sejumlah dana dari donatur telah dikeluarkan untuk biaya perbaikan gedung, pembelian tanah, pembuatan gua dll. Lokasi yang dipilih adalah di pinggir pantai, di antara bangunan pastoran lama dengan aula Samkai. Tanahnya cukup luas dan banyak pohon sehingga terasa sejuk.

11. SMP baru

Demi meningkatkan mutu pendidikan, dan pemerataan kesempatan bersekolah, keuskupan bekerja sama dengan TMM membangun 1 SMP baru. SMP ini akan memakai nama “Johanes Arts” di bawah Yayasan TMM. Moga-moga akan muncul sekolah yang bisa menjadi contoh dan unggul dalam iman, pengetahuan, kedisiplinan dan kebijaksanaan. Lokasi SMP ini di Kampung Baru, di sebelah TK Yolenta.

12. MSC

MSC telah memulai karya kategorial, yaitu Panti Asuhan, suatu bentuk kepedulian yang nyta bagi masyarakat kecil. Tanah seluar 2 ha telah dibeli, dan pembangunan sedang dimulai. Lokasinya di Kuda Mati. Harap tahun ini mereka bisa masuk rumah baru.

13. Bangunan ALMA

Para suster ALMA sedang memulai pembangunan rumah biara dan panti asuhan untuk anak cacat. Lokasinya di Kampung Domba seluas 1000 M2. Bupati telah memberikan dana untuk pembelian tanah tambahan seluas 1.000 M2, sehingga total luas tanah 2.000 M2.

14. Biara YMY

Tanah di pinggir kali Maro, di belakang gereja baru Gudang Arang seluas 4000 M2 telah saya beli. Di tanah itu kini sedang dibangun biara YMY. Moga-moga dalam 3 bulan mendatang, biara itu sudah selesai. Poliklinik sudah lama selesai dibangun tahun 2008 lalu, dan dikelola oleh Sr. Agustine YMY.

Dari tulisan tersebut beberapa pokok dapat dipetik:

1. Relasi yang baik dengan para pemimpin Tarekat dan uskup-uskup lain serta para mitra kerja, baik Pemerintah maupun Swasta akan mempermudah dialog dalam rangka mendapatkan bantuan tenaga

2. Keuskupan memerlukan tenaga-tenaga handal untuk mengelola begitu banyak karya

3. kemampuan manajemen memang perlu dimiliki oleh para fungsionaris

4. Laporan pembangunan kepada para donatur tetap perlu dilaksanakan dengan baik dan dikirimkan pada waktunya

5. Kerja sama yang baik dengan para mitra kerja secara internal maupun external

6. Perlu ketenangan, ketekunan, keuletan dan ketabahan serta transparansi dari para fungsionaris dalam melaksanakan tugas, dan berani menghadapi kesulitan serta berusaha mencari solusi yang baik

7. Di atas semuanya itu, perlu doa dan pembaharuan diri serta kepasrahan pada bimbingan dan penyertaan Tuhan



Komentar

Postingan Populer