KUNJUNGAN 3 SUSTER TAREKAT FSE
PEMBACA SETIA BLOG INI
SYALOOM......
Setelah absen beberapa waktu, saya mengunjungi anda kembali. Kali ini saya hendak menyajikan peristiwa kunjungan 3 orang suster dari Tarekat Fransiskanes St. Elisabeth - yang berpusat di Medan. Ketiga suster kita itu bernama Sr. Wilfrida Simbolon FSE, Sr. Mariana Sitepu FSE dan Sr. Godelive Simbolon FSE. Mereka mengadakan kunjungan di Keuskupan Agung Merauke tanggal 10 - 15 Mei 2012.
Tanggal 10 Mei 2012 pagi dengan menumpang pesawat Merpati, mereka tiba di Merauke, setelah sebelumnya terbang panjang jam , selama 8 jam. Mereka berangkat tanggal 19 Mei 18.00 dari Medan... Karena itu, setelah menikmati hidangan ala kadarnya di wisma uskup Merauke, mereka istirahat. Istirahat adalah bagian penting dari kehidupan yang patut juga diperhatikan, agar kondisi kesehatan dan kelancaran pekerjaan dapat lebih terjamin.
Sore hari setelah beristirahat, mereka menikmati aneka tanaman di kebun keuskupan. Di sana ada sayur-sayuran, seperti bayam, kangkung, sawi, cabe rawit, terong dll. Ada juga pohon pepaya, mangga, jambu merah, kelapa dan matoa. Di salah satu sudut yang lain, ada juga persemaian tanaman rambutan, durian, jeruk sunkis, pepaya dan karet. Sebagian sudah mulai tumbuh / bertunas. Di halaman yang cukup luas itu tumbuh pelbagai tanaman dan sayuran. Selain menambah sukacita, tumbuhan itu juga amat berguna bagi kesehatan karena menggunakan pupuk organik.
Setelah makan mala, kami berdiskusi tentang rencana perjalanan ke beberapa tempat yang hendak dikunjungi. Tujuan utama adalah ke Muting, sebuah pusat kecamatan yang letaknya 280 km di sebelah timur laut Merauke. Jalanan saat ini cukup baik, sehingga jarak yang demikian itu dapat ditempuh dalam waktu 5 - 6 jam. Kami singgah di Erambu ( 145 km dari Merauke ) dan Bupul ( 220 km dari Merauke ). Di Erambu kami bertemu dengan pastor John yang sedang merehab gedung gereja. Tukang-tukang lokal mampu menangani sendiri pekerjaan rehab itu. Di Bupul pastor Lukas, sedang sendirian di pastoran. Kami serahkan barang-barang milik paroki Bupul, dan kemudian kami makan siang bersama di susteran PBHK Bupul.
Singgah di dua tempat itu juga merupakan kebutuhan bagi kaki untuk "meluruskan kaki" setelah 2 jam lebih duduk di mobil non ac. Singgah juga merupakan pertemuan meski hanya sejenak untuk "melihat, mengenal dan bertemu dengan sahabat kenalan di tempat tertentu. Kehadiran sementara pun dapat merupakan tanda perhatian dan simpati, serta dukungan moril bagi orang yang dijunjungi. Ternyata, singgah juga merupakan saat untuk "mendapat kesegaran" setelah "jenuh / monoton di jalan" tetapi juga kegembiraan ketika melihat wajah-wajah yang penuh sukacita waktu bertemu dengan kami. Singgah ternyata juga merupakan berkat.... kami memberkati dan kami pun diberkati. Ketika peristiwa itu terjadi, yang dialami adalah damai, kegembiraan dan kelegaan.
Kemudian perjalanan di lanjutkan ke Muting. Ketika kami sudah hampir memasuki desa simpati, ada mobil suzuki yang terjebak di lumpur. Sudah beberapa waktu mereka berusaha untuk keluar dari jebakan lumpur itu namun tidak berhasil. Mobil kami membantu mengeluarkan mobil tersebut dengan menggandengnya dengan tali baja dan menarik mundur - ke belakang. Dalam hitungan menit, mobil itu sudah bebas, lalu ancang-ancang lagi, menerobos lumpur dan berhasil.....dia dapat melanjutkan perjalanan. Mobil kami tidak mengalami kesulitan ketika melewati lumpur itu, karena mobil kami lebih tinggi dan dobel gardan.
Kami tiba di Muting jam 17.15 setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 6 jam. Kami disambut oleh pastor Pius yang memang sudah sejak siang hari menanti kedatangan kami. Kami mengalami berkat Tuhan yang luar biasa, karena meskipun cuaca kurang bersahabat namun kami tidak kehujanan di jalan. Perjalanan amat lancar dan kami bahkan bisa menolong kendaraan lain yang membutuhkan bantuan. Sementara itu, di kedua tempat yang telah kami kunjungi diiguyur hujan lebat sejak kami meninggalkan mereka, hingga sepanjang malam. Mereka menyangka kami kehujanan di jalan dan mendapatkan kesulitan ketika menyebarang di salah satu jembatan Sungai Kumbe yang sering kali tergenang air. Ketika kami melewati jembatan itu, semuanya kering dan aman.
Di pastoran pun, makan malam sudah disiapkan oleh pastor Pius. Ikan nila yang beratnya 2 kg, ikan kakap rawa, dan ikan mujahir besar sudah dibakar dan terhidang untuk kami. Ikan-ikan itu ditangkap di sungai, gemuk-gemuk dan segar. Ikan-ikan itu tidak pernah diberi makan oleh tangan-tangan manusia, tetapi bisa besar dan gemuk. Mereka punya makanan cukup di sungai dan di rawa.... makanan mereka disediakan oleh Sang Pencipta.....secara berlimpah-limpah. Manusia tinggal panen, tanpa harus bersusah payah memelihara mereka. Mereka siap untuk disantap ketika sudah tiba waktunya....
Syukur Tuhan atas berkat-Mu bagi kami....yang kami terima sepanjang hari perjalanan kami hari itu. Terima kasih saudara dan saudariku yang telah memungkinkan kami mengadakan perjalanan selama 6 jam dari Merauke sampai ke Muting. Terima kasih pula saya sampaikan kepada anda sekalian yang telah mendoakan kami. Berkat Tuhan untuk anda sekalian. Amin.
SYALOOM......
Setelah absen beberapa waktu, saya mengunjungi anda kembali. Kali ini saya hendak menyajikan peristiwa kunjungan 3 orang suster dari Tarekat Fransiskanes St. Elisabeth - yang berpusat di Medan. Ketiga suster kita itu bernama Sr. Wilfrida Simbolon FSE, Sr. Mariana Sitepu FSE dan Sr. Godelive Simbolon FSE. Mereka mengadakan kunjungan di Keuskupan Agung Merauke tanggal 10 - 15 Mei 2012.
Tanggal 10 Mei 2012 pagi dengan menumpang pesawat Merpati, mereka tiba di Merauke, setelah sebelumnya terbang panjang jam , selama 8 jam. Mereka berangkat tanggal 19 Mei 18.00 dari Medan... Karena itu, setelah menikmati hidangan ala kadarnya di wisma uskup Merauke, mereka istirahat. Istirahat adalah bagian penting dari kehidupan yang patut juga diperhatikan, agar kondisi kesehatan dan kelancaran pekerjaan dapat lebih terjamin.
Sore hari setelah beristirahat, mereka menikmati aneka tanaman di kebun keuskupan. Di sana ada sayur-sayuran, seperti bayam, kangkung, sawi, cabe rawit, terong dll. Ada juga pohon pepaya, mangga, jambu merah, kelapa dan matoa. Di salah satu sudut yang lain, ada juga persemaian tanaman rambutan, durian, jeruk sunkis, pepaya dan karet. Sebagian sudah mulai tumbuh / bertunas. Di halaman yang cukup luas itu tumbuh pelbagai tanaman dan sayuran. Selain menambah sukacita, tumbuhan itu juga amat berguna bagi kesehatan karena menggunakan pupuk organik.
Setelah makan mala, kami berdiskusi tentang rencana perjalanan ke beberapa tempat yang hendak dikunjungi. Tujuan utama adalah ke Muting, sebuah pusat kecamatan yang letaknya 280 km di sebelah timur laut Merauke. Jalanan saat ini cukup baik, sehingga jarak yang demikian itu dapat ditempuh dalam waktu 5 - 6 jam. Kami singgah di Erambu ( 145 km dari Merauke ) dan Bupul ( 220 km dari Merauke ). Di Erambu kami bertemu dengan pastor John yang sedang merehab gedung gereja. Tukang-tukang lokal mampu menangani sendiri pekerjaan rehab itu. Di Bupul pastor Lukas, sedang sendirian di pastoran. Kami serahkan barang-barang milik paroki Bupul, dan kemudian kami makan siang bersama di susteran PBHK Bupul.
Singgah di dua tempat itu juga merupakan kebutuhan bagi kaki untuk "meluruskan kaki" setelah 2 jam lebih duduk di mobil non ac. Singgah juga merupakan pertemuan meski hanya sejenak untuk "melihat, mengenal dan bertemu dengan sahabat kenalan di tempat tertentu. Kehadiran sementara pun dapat merupakan tanda perhatian dan simpati, serta dukungan moril bagi orang yang dijunjungi. Ternyata, singgah juga merupakan saat untuk "mendapat kesegaran" setelah "jenuh / monoton di jalan" tetapi juga kegembiraan ketika melihat wajah-wajah yang penuh sukacita waktu bertemu dengan kami. Singgah ternyata juga merupakan berkat.... kami memberkati dan kami pun diberkati. Ketika peristiwa itu terjadi, yang dialami adalah damai, kegembiraan dan kelegaan.
Kemudian perjalanan di lanjutkan ke Muting. Ketika kami sudah hampir memasuki desa simpati, ada mobil suzuki yang terjebak di lumpur. Sudah beberapa waktu mereka berusaha untuk keluar dari jebakan lumpur itu namun tidak berhasil. Mobil kami membantu mengeluarkan mobil tersebut dengan menggandengnya dengan tali baja dan menarik mundur - ke belakang. Dalam hitungan menit, mobil itu sudah bebas, lalu ancang-ancang lagi, menerobos lumpur dan berhasil.....dia dapat melanjutkan perjalanan. Mobil kami tidak mengalami kesulitan ketika melewati lumpur itu, karena mobil kami lebih tinggi dan dobel gardan.
Kami tiba di Muting jam 17.15 setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 6 jam. Kami disambut oleh pastor Pius yang memang sudah sejak siang hari menanti kedatangan kami. Kami mengalami berkat Tuhan yang luar biasa, karena meskipun cuaca kurang bersahabat namun kami tidak kehujanan di jalan. Perjalanan amat lancar dan kami bahkan bisa menolong kendaraan lain yang membutuhkan bantuan. Sementara itu, di kedua tempat yang telah kami kunjungi diiguyur hujan lebat sejak kami meninggalkan mereka, hingga sepanjang malam. Mereka menyangka kami kehujanan di jalan dan mendapatkan kesulitan ketika menyebarang di salah satu jembatan Sungai Kumbe yang sering kali tergenang air. Ketika kami melewati jembatan itu, semuanya kering dan aman.
Di pastoran pun, makan malam sudah disiapkan oleh pastor Pius. Ikan nila yang beratnya 2 kg, ikan kakap rawa, dan ikan mujahir besar sudah dibakar dan terhidang untuk kami. Ikan-ikan itu ditangkap di sungai, gemuk-gemuk dan segar. Ikan-ikan itu tidak pernah diberi makan oleh tangan-tangan manusia, tetapi bisa besar dan gemuk. Mereka punya makanan cukup di sungai dan di rawa.... makanan mereka disediakan oleh Sang Pencipta.....secara berlimpah-limpah. Manusia tinggal panen, tanpa harus bersusah payah memelihara mereka. Mereka siap untuk disantap ketika sudah tiba waktunya....
Syukur Tuhan atas berkat-Mu bagi kami....yang kami terima sepanjang hari perjalanan kami hari itu. Terima kasih saudara dan saudariku yang telah memungkinkan kami mengadakan perjalanan selama 6 jam dari Merauke sampai ke Muting. Terima kasih pula saya sampaikan kepada anda sekalian yang telah mendoakan kami. Berkat Tuhan untuk anda sekalian. Amin.
Komentar