BERDAMAI
PARA PEMBACA SETIA BLOG INI
SYALOOM.....
Sudah beberapa waktu saya tidak mengunjungi anda. Rasanya ada rasa kangen juga. Saya harap anda saat ini dalam suasana gembira dan semoga tulisan ini juga menambah kegembiraan anda. Kali ini, saya ingin bercerita kepada anda apa yang saya alami sekitar 3 hari yang lalu. Saya membaca kutipan Kitab Suci: "Damai Sejahtera Kutinggalkan bagiku. Damai sejahtera-Ku Ku-berikan kepadamu" (Yohanes 14: 27). Mengherankan.......yang ditinggalkan Yesus bukan tahta, bukan harta, atau pangkat atau pun kedudukan, tetapi damai sejahtera. Dia tahu, dan kita pun mengalami bahwa biarpun ada banyak harta, punya tahta dan pangkat, namun hidupnya tidak damai, tidak sejahtera.....semuanya itu percuma.
Ternyata, pengalaman pada jaman Yesus tetap berlaku pada orang-orang yang hidup pada jaman moderen ini. Berdamai baik dengan diri sendiri ( dan ini memang paling utama, sekaligus paling sulit ) dan dengan sesama dan Tuhan, amat dibutuhkan. Pengalaman istimewa ini muncul juga dari seorang tokoh nasional yang belum lama ini meninggalkan kita semua. Beliau adalah ibu Endang Rahayu Sedyaningsih, mantan mentri kesehatan RI. Sebagai seorang manusia, meski pun beliau adalah seorang dokter, "perjuangan untuk mengalahkan ketakutan dan kecemasan, adalah bagian dari kehidupan. Namun, apa yang beliau tinggalkan bagi kita ? Inilah hikmat yang patut kita simak:
Penggalan kata sambutan Menteri Kesehatan RI dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH bertanggal 13 April 2011, yang ditulisnya menyambut penerbitan buku " Berdamai dengan Kanker". ".
" Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker paru stadium 4 baru ditegakkan 5 bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapis saya tidak bertanya "Why me ??". Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini : hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan 2 putera dan 1 puteri yang alhamdulillah sehat, cerdas dan berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan. " So .... Why not? " Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kenker paru ? Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa SIAP untuk menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.
Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerahNya dengan bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan .... jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu.
Saya teringat pepatah lama yang berbunyi: "Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama". Nama baik, tentunya yang ditinggalkan. Nama ini dikenang karena kebaikannya, keluhuran budi pekertinya, dan keunggulan teladan kehidupannya. Manusia-manusia yang demikian ini, sebenarnya "menghadirkan keluhuran Allah yang mau mengerti manusia dan kehidupan mahluk ciptaan-Nya". Maka, ketika manusia melihat dan mengalami kebaikan dalam kehidupan mereka melalui sesamanya, orang itu sebenarnya telah mengalami kebaikan Allah sendiri".
SYALOOM.....
Sudah beberapa waktu saya tidak mengunjungi anda. Rasanya ada rasa kangen juga. Saya harap anda saat ini dalam suasana gembira dan semoga tulisan ini juga menambah kegembiraan anda. Kali ini, saya ingin bercerita kepada anda apa yang saya alami sekitar 3 hari yang lalu. Saya membaca kutipan Kitab Suci: "Damai Sejahtera Kutinggalkan bagiku. Damai sejahtera-Ku Ku-berikan kepadamu" (Yohanes 14: 27). Mengherankan.......yang ditinggalkan Yesus bukan tahta, bukan harta, atau pangkat atau pun kedudukan, tetapi damai sejahtera. Dia tahu, dan kita pun mengalami bahwa biarpun ada banyak harta, punya tahta dan pangkat, namun hidupnya tidak damai, tidak sejahtera.....semuanya itu percuma.
Ternyata, pengalaman pada jaman Yesus tetap berlaku pada orang-orang yang hidup pada jaman moderen ini. Berdamai baik dengan diri sendiri ( dan ini memang paling utama, sekaligus paling sulit ) dan dengan sesama dan Tuhan, amat dibutuhkan. Pengalaman istimewa ini muncul juga dari seorang tokoh nasional yang belum lama ini meninggalkan kita semua. Beliau adalah ibu Endang Rahayu Sedyaningsih, mantan mentri kesehatan RI. Sebagai seorang manusia, meski pun beliau adalah seorang dokter, "perjuangan untuk mengalahkan ketakutan dan kecemasan, adalah bagian dari kehidupan. Namun, apa yang beliau tinggalkan bagi kita ? Inilah hikmat yang patut kita simak:
Penggalan kata sambutan Menteri Kesehatan RI dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH bertanggal 13 April 2011, yang ditulisnya menyambut penerbitan buku " Berdamai dengan Kanker". ".
" Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker paru stadium 4 baru ditegakkan 5 bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapis saya tidak bertanya "Why me ??". Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini : hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan 2 putera dan 1 puteri yang alhamdulillah sehat, cerdas dan berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan. " So .... Why not? " Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kenker paru ? Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa SIAP untuk menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.
Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerahNya dengan bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan .... jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu.
Saya teringat pepatah lama yang berbunyi: "Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama". Nama baik, tentunya yang ditinggalkan. Nama ini dikenang karena kebaikannya, keluhuran budi pekertinya, dan keunggulan teladan kehidupannya. Manusia-manusia yang demikian ini, sebenarnya "menghadirkan keluhuran Allah yang mau mengerti manusia dan kehidupan mahluk ciptaan-Nya". Maka, ketika manusia melihat dan mengalami kebaikan dalam kehidupan mereka melalui sesamanya, orang itu sebenarnya telah mengalami kebaikan Allah sendiri".
Komentar