PUISI ROMO


PEMBACA YANG BUDIMAN.

Saya mendapatkan puisi di bawah ini, beberapa saat setelah Arswendo tutup usia. Orangnya sudah pergi, namun tulisan yang merupakan ungkapan hatinya tetap hidup terus.  Saya merenungkannya, dan menjadi tema yang cocok untuk digali maknanya menjelang saya memperingati dan mensyukuri 15 tahun, rahmat tahbisan saya sebagai uskup.  Bahasanya sederhana, isinya lugas dan mudah dicerna. Itylah sebabnya, paling tidak, supaya tidak hilang, puisi itu saya munculkan di blog ini.  Semoga ketika anda membacanya, mendapatkan inspirasi di sana.

PUISI ROMO

oleh Arswendo Atmowiloto

aku mendamba Romo yang penuh kasih - bukan yang pilih kasih
aku mendamba Romo yang bajunya kadang kekecilan, kadang kegedean
itu berarti pemberian umat sebagai tanda cinta, tanda hormat

aku mendamba Romo, yang galak tapi sumanak
kaku pada dogma, tapi lucu kala canda
yang lebih sering memegang rosario
dibandingkan bb warna hijau
aku mendamba Romo yang lebih banyak mendengar, dibandingkan berujar

aku mendamba Romo yang menampung air mataku, - tanpa ikut menangisi
yang mengubah putus asa menjadi harapan
yang mengajarkan ritual sekaligus spiritual

duuuuh, damba dan inginku banyak, banyak sekali
tapi aku percaya tetap terpenuhi
karena Romoku mau dan mampu selalu memberi
- inilah damba dan doaku, Romoku

eee, masih ada satu lagi
sekali mengenakan jubah, jangan berubah
jangan pernah mengubah, walau godaan mewabah
bahkan sampai ada laut terbelah
kenakan terus jubahmu
itulah khotbah yang hidup
agar aku bisa menjamah
seperti perempuan Samaria pada Yesus Allah Tuhanku

aku mendamba Romo yang menatapku kalem
bersuara adem
"Berkah Dalem ..."


*) dibacakan saat dialog interaktif, di kompleks Gereja St. Fransiskus Asisi, Tebet,

Jakarta, 20 Juni 2010.


Saya memahami tulisan itu, sebagai suara umat. Di sana terkandung kekaguman akan martabat imamat yang diterima oleh orang-orang yang ditahbiskan.  Bahwa martabat itu, menghantar orang kepada suatu peran tertentu yaitu perantara Allah dan manusia.  Dia menyalurkan kasih Allah kepada sesamanya. Allah yang pengasih itu, serentak juga Allah yang murah hati, yang mau dekat dengan manusia ciptaan-Nya. Karena itu, para romo pun didambakan bermurah hati dan dekat dengan umatnya, termasuk ketika mendapatkan pakaian yang kegedean dan tetap mau memakainya.

Sebagaimana Allah yang dikenalkan Yesus adalah Allah yang mau disentuh, mau mengunjungi umat-Nya, demikian pula mereka ini diharapkan memahami dogma dengan baik namun tetap manusiawi, rela menyapa dan menampung air mata mereka yang datang kepadanya.

Komentar

Postingan Populer