IKAN MUJAHIR
Cerita ringan untuk pembaca yang budiman.....
Menjelang kedatangan tamu-tamu
dari Merauke, tuan rumah menyiapkan tempat penginapan, air minum dan kebutuhan
lainnya, agar para tamu dapat menikmati hidangan yang telah disajikan. Meskipun
yang mengurus rumah dan mempersiapkan kebutuhan makan minum adalah kaum bapa,
menu yang disajikan sungguh amat memadai, bahkan bisa dikatakan mengagumkan. Makanan
yang dihidangkan itu komplit.
Air minum yang tersedia adalah
air sumur yang telah difilter. Air sumur
itu memang tawar rasanya. Alat filter itu adalah alat peninggalan dari
misionaris sebelumnya. Di dalam alat itu ada batu putih yang berfungsi untuk menetralkan
mineral-mineral air. Ada membran-membran lain juga di alat itu, sehingga ketika
difilter menjadi air itu sudah layak untuk diminum. Alat itu tidak membutuhkan aliran listrik
untuk memproses air sumur untuk menjadi air layak minum. Maka, alat filter seperti ini amat cocok
untuk masyarakat yang tinggal di daerah-daerah yang belum ada aliran listrik.
Ketika makan malam, kepada kami
disuguhkan ikan mujahir 4 ekor yang besar-besar. Dari mana datangnya ikan-ikan itu ? Dua orang bapak dan seorang frater 2 hari
sebelumnya pergi mencari ikan di rawa.
Ternyata mereka tidak mencari ikan, tetapi mengambil ikan. Mengapa
demikian ? Ikan-ikan itu ada di
kolam-kolam kecil yang airnya hanya setinggi betis. Ikan-ikan itu terjebak di
sana, dan tidak bisa pindah ke tempat lain karena di tempat-tempat lain sudah
mulai surut airnya. Bahkan ada banyak ikan yang dalam posisi “tidur-tiduran di
air” karena air di rawa itu sudah tipis. Mereka memiringkan badannya, sehingga
tetap berada di dalam air. Dalam situasi yang demikian ini, para bapak tadi
tinggal memungut saja ikan-ikan itu dan memasukkannya ke dalam karung plastik.
Sedangkan ikan-ikan yang masih di
air setinggi betis, mereka tikam dengan menggunakan “kaluwai” (tombak yang
ujungnya bergerigi atau dibuat seperti pancing). Ikan yang tertikam tidak bisa
lari / tidak lepas lagi. Dalam waktu beberapa menit, mereka telah memperolah
ikan 3 karung. Satu karung kira-kira isinya 25 ekor. Ikan yang mereka tikam
adalah ikan mujahir. 1 ekor beratnya bisa lebih dari 1,5 kg - 2 kg. Sebetulnya
mereka ingin membawa pulang lebih banyak, namun kekuatan mereka juga terbatas, sehingga
mereka mengambil secukupnya.
Ikan-ikan itu hidup secara liar
di alam bebas, di rawa-rawa maupun di sungai-sungai yang airnya tawar atau
payau. Jumlahnya luar biasa banyak. Apalagi bila mulai musim panas, dan air di
rawa atau di sungai-sungai kecil sudah surut. Mereka dengan mudah mendapatkan
ikan-ikan itu. Ada yang beratnya 5 kg per ekor.
Memang kekayaan alam, dalam hal ini, pelbagai macam ikan di Papua sungguh
luar biasa. Tuhan menyediakan kebutuhan makan dan gizi bagi masyarakat secara
berlimpah-limpah.
Komentar