KUNJUNGAN 5 USKUP DI TANAH MERAH
Para pembaca yang budiman,
Saya hadirkan sebuah cerita untuk anda, tentang kunjungan
para gembala umat di Tanah Merah. Kunjungan
ini terjadi tanggal 21 – 23 Februari 2017 yang lalu. Selamat menikmati...dan
mendapatkan inspirasi.
Lima uskup dari Tanah Papua: Mgr. Leo Laba Ladjar OFM (Uskup
Jayapura), Mgr. Datus Lega (Uskup Manokwari Sorong), Mgr. Aloysius Murwito OFM
(uskup Agats), Mgr. John Saklil (Uskup
Timika), dan Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC (Uskup Agung Merauke) mengadakan
rapat tahunan di Tanah Merah. Tiap-tiap
uskup secara bergilir menjadi tuan rumah untuk rapat tahunan itu. Tahun 2016
rapat diselenggarakan di Agats, dan tahun 2017 ini Tanah Merah. Mgr Niko (
demikian uskup Merauke biasanya dipanggil) menjadi tuan rumah.
Tanah Merah adalah ibukota Kabupaten Boven Digoel. Letaknya
420 km di sebelah utara Merauke. Untuk mencapai tempat ini, masyarakat bisa naik
mobil selama 8 – 9 jam, naik pesawat Trigana selama 50 menit, naik pesawat Susy
Air selama 1 jam 5 menit, atau naik kapal selama 5 – 6 hari. Biaya perjalanan dengan mobil Rp. 700 ribu,
dengan pesawat Rp. 1,2 juta, dengan kapal Rp. 200 rb.
Mgr. Niko sudah tiba lebih dulu di Tanah Merah, karena
beberapa hari sebelumnya telah mengadakan pelayanan krisma di Waropko, dan
pemberkatan klinik di Mindiptana. Waropko letaknya 530 km dari Merauke
sedangkan Mindiptana letaknya 500 km dari Merauke. Saat ini kondisi jalan sedang buruk, sehingga
jarak tempuh dari Tanah Merah ke Mindiptana harus ditempuh dengan waktu 2 jam
atau lebih, bahkan kalau jalanan terlalu buruk (berlumpur dan berair) bisa 1
hari penuh. Padahal bila jalanan bagus dan kering hanya perlu waktu 1 jam.
Tgl 21 Februari 2017, 4 uskup mendarat dengan pesawat AMA di
bandara Tanah Merah. Mereka disambut
oleh Mgr. Niko, Bupati dan Wakil bupati Boven Digoel, Kapolres Tanah Merah,
Dandin, Dansatgas dan para pejabat teras Kab. Boven Digoel. Tidak ketinggalan,
anak-anak sekolah, para guru dan pegawai pemerintah serta masyarakat pada
umumnya tumpah ruah di sekitar bandara. Anak-anak sekolah sudah sejak 8 pagi
bersiap diri di sepanjang jalan menuju bandara dengan memakai pakaian seragam
sekolah.
Para uskup mendapatkan pengalungan bunga, disambut para
pejabat daerah, umat dan masyarakat dengan antusias dan amat meriah. Sesudah
berganti jubah, setiap uskup naik di bak mobil terbuka dan konvoi diarak dari
Bandara menuju ke pastoran. Sebetulnya jarak itu hanya 1 km, namun karena
begitu meriahnya sambutan dari umat dan masyarakat, perjalanan perarakan itu
memakan waktu 30 menit. Mobil dari dinas
Informasi dan Komunikasi memperdengarkan lagu-lagu rohani untuk mengiringi
perjalanan arak-arakan ini. Umat dan masyarakat yang ada di kiri dan kanan
jalan melambaikan tangan / bendera Vatikan dan bendera merah putih, serta tersenyum
bahagia dan penuh sukacita.
“Kami rindu para gembala kami. Apalagi belum pernah terjadi
bahwa 5 gembala dari Tanah Papua, mengunjungi tanah kami, ini untuk yang
pertama kali, dan bagi kami kunjungan ini adalah berkat” demikian ungkapan
banyak orang dan wakil umat ketika memberikan sambutannya. Mereka menyampaikan hal itu ketika ada ramah
tamah di gereja stasi Wet, Gereja katolik kilometer 1 dan di gereja katolik
kilometer 6.
Kunjungan para uskup bukan saja dilihat sebagai kunjungan pemimpin
gereja setempat (keuskupan masing-masing), namun sebagai “gembala” umat katolik
di mana pun mereka berada. Umat Allah disatukan oleh para gembala dalam iman,
harap dan kasih. Melalui para uskup, umat Allah disatukan oleh Kristus sendiri,
sebagai gereja (umat Allah) yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Dalam Kristus
dan Gereja Katolik, uskup dari tempat
lain adalah uskup / gembala bagi umat setempat juga. Dan melalui para uskup, Gereja
Setempat disatukan dengan Gereja Roma. Dengan demikian, gereja setempat adalah
bagian dan satu kesatuan utuh dengan Gereja Universal yang dipimpin oleh Paus. Itulah
sebabnya, berkat yang diterima oleh umat Allah diyakini makin berlimpah karena
kehadiran 5 uskup itu mewakili berkat dari seluruh Gereja Lokal.
Para uskup juga membagikan pengalaman mereka pada saat ada
pertemuan umum dengan umat Allah di 6 tempat ( Umat Tanah Merah, Umat Wet, Umat
Kilo satu, Umat Kilo Enam, Umat Wakariop, Umat Mindiptana). Di tiap-tiap tempat, jumlah umat yang hadir
sangat luar biasa. Umat mengalami berkat, para uskup pun mengalami berkat Tuhan
yang tersalur dari diri umat-Nya. Ketika memberikan sambutan, Mgr Leo
mengatakan: “Satu kata yang bisa saya ungkapkan pada saat ini adalah LUAR BIASA”.
Memang para uskup disambut dalam suasana
luar biasa. Makan minum tersedia dengan amat baik, bagaikan hidangan yang
dibeli di restoran, padahal semuanya disiapkan oleh umat Tanah Merah.
“Barang siapa menyambut seseorang dalam nama-Ku, dia
menyambut Aku. Dan barang siapa menyambut Aku, dia menyambut Bapa yang mengutus
Aku”.
Komentar