35 TAHUN YAYASAN SANTO ANTONIUS - MERAUKE

PEMBACA YANG BUDIMAN....

SYALOOM DAN SELAMAT BERTEMU LAGI

Saya diundang oleh Sekretaris Yayasan Santo Antonius (Yasanto) Merauke, untuk memberikan “pandangan saya tentang kehidupan dan pelayanan Yasanto” sebagai salah satu “key note speaker” (pembicara yang memberikan gagasan-gagasan penting) dalam suatu lokakarya, dalam rangka ulang tahun 35 berdirinya Yayasan ini. . Ada pun tema yang dipilih oleh Panitia adalah “Peran Gereja dan Yayasan Katolik dalam Pembangunan di Kabupaten Merauke. Lokakarya itu diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 26 November 2015 di Bella Vista – Merauke.  Pembicara lain yang juga diundang pada kesempatan itu adalah Bp. Drs. Romanus Mbaraka MT (Bupati Merauke) dan Bp. Ir Leonardus Mahuze. Msi ( Ketua Yasanto ).  Namun, bupati berhalangan sehingga pembicara pada kesempatan itu hanya 2 orang yaitu Bp. Leo Mahuze dan saya.  Inilah beberapa pemikiran yang saya sampaikan pada kesempatan itu.

Hadirin yang terhormat
Para Tamu Undangan dan saudara-saudari sekalian.

Pada kesempatan lokakarya ini, Panitia telah memilih tema: “PERAN GEREJA DAN YAYASAN KATOLIK DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN MERAUKE”.  Judul / tema yang dipilih menurut terlalu luas, dan peran “Gereja” sebagai umat Allah menyangkut banyak hal. Dan tentu saja, tidak mungkin diuraikan pada kesempatan yang amat terbatas waktunya. Secara singkat, peran Gereja adalah menghadirkan kasih Allah di dunia ini, sehingga semua orang mengalami keselamatan, ketenteraman dan kebahagiaan.  Sedangkan peran “Yayasan Katolik” adalah mewujudkan kasih Allah itu secara lebih nyata melalui pelayanan sesuai dengan bidangnya masing-masing, agar manusia sungguh-sungguh mengalami kasih dan kehadiran Allah.

Mengingat tema / judul itu terlalu luas, saya mengajukan judul sbb:  “YAYASAN SANTO ANTONIUS TURUT AMBIL BAGIAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN MERAUKE”.   Yayasan ini didirikan di kompleks persekolahan yang dirintis oleh Bruder-bruder Tarekat & Kedukaan. Salah satu pendirikanya adalah Br. Jan Bouw CSD. Maka, ada banyaknya kita mengenal sejarah Tarekat ini.

Sejarah Singkat Tarekat Bruder 7 Kedukaaan ( Broeders van Onze Lieve van Zeven Smarten, dalam bahasa latin: Congregatio Septem Dolorem, yang disingkat CSD)

Tarekat ini dididrikan tahun 1851 di Amsterdam oleh Pater Petrus Johanes Hess Field (rektor Sekolah St. Aloysius) dan rekannya Pater Arnoldus Fentrop SJ, dengan tujuan: memberikan perhatian dan pembinaan kepada anak-anak yatim dan anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya ( anak-anak terlantar). Mereka dibekali dan dilatih di bidang pertanian melalui kehidupan di asrama. Dasar perutusan mereka adalah memperhatikan anak-anak yatim dan anak-anak terlantar, bukan hanya dengan kasih-kasih makan, tetapi memberkali mereka supaya mereka bertahan dalam hidup, mandiri dan mampu meraih masa depan.

Misi ke Luar Negeri

-         1936 atas undangan uskup di China,  mereka mengutus beberapa bruder ke China. 
-         1949 karena di China ada gerakan komunisme, mereka dilarang bekerja di sana dan dipaksa harus meninggalkan negeri itu
-         1948 mereka diundang oleh Mgr. Jacobus Grent MSC untuk melayani Irian Barat
-         1949 mereka mulai bekerja di Langgur
-         1956 mereka mulai membuka Sekolah Teknik, dan latihan / kursus pertanian di Merauke
-     1956 – memulai kursus pertanian di Kepi. Kegiatan ini ditutup tahun 1980
-         1957 memulai kursus pertanian di Mindiptana
-         1980 memulai pelayanan di Sampit dan Manado
-         1989, di Merauke masih ada Bruder Cayetanus, Br. Liborius, Bro Jan Baow, dan Br. Pangky.
-         1991  - 1992 Br Pangky pindah ke Kelapa Lima
-  1993  Br Pangky kembali ke Belanda. Sejak saat itu, di Merauke tidak ada lagi Bruder 7 Kedukaan.



Tekad Baru

-         1979 Yasanto,  didirikan oleh 4 relawan, yaitu P. Daniel Siga SVD (+), Bp. Markus, J. Fofied, Bpk. Frans Tjia (+) dan Br. Jan Bouw CSD (+) tahun 1979 untuk menjawab kebutuhan kaum muda akan supaya punya bekal dan ketrampilan di bidang teknik. 
-         1980 Yayasan ini memayungi Sekolah Teknik Menengah yang masih ada sampai sekarang.
-         1994 didirikan BPKM ( Badan Pengembangan Kesehatan Masyarakat ) sebagai tanda kepedulian untuk turut ambil bagian dalam pelayanan kepada para korban HIV / AIDS
-         2004 didirikan Politeknik untuk membekali kaum muda agar makin mantap untuk turut berperan dalam pembangunan masyarakat.  Sekolah ini telah menghasilkan kaum muda yang telah bekerja di banyak tempat untuk turut serta membangun wilayah selatan Papua.  

Lembaga ini, sejak awal kehadirannya di Merauke hingga saat ini tetap “setia pada nafas dan tujuan awal yang dirintis oleh para pendirinya” yaitu memperhatikan dan memperhatikan anak-anak / kaum muda agar mandiri dan dapat meraih masa depan yang cerah.

Beberapa catatan penting
1.  Badan Pengurus yang mengawal lembaga ini adalah orang-orang yang berpengalaman lebih dari 25 tahun.  Mereka termasuk orang-orang yang mengenal dari dekat perjuangan, kesulitan dan keberhasilan lembaga ini. Kepada mereka semua patut diucapkan banyak terima kasih.  Di sisi lain, perlu juga tambahan tenaga-tenaga baru dan profesional, usia 35 – 40 an yang duduk di jajaran pengurus, agar misi awal yang dilahirkan oleh lembaga ini dapat selalu menjawab tantangan dan kebutuhan jaman. Di lembaga ini, perlu ada revitalisasi, restrukturisasi, regenerasi dan langkah-langkah inovatif.

2.  Gedung dan Sarana yang dimiliki Yasanto sudah memadai.  Saya berpendapat bahwa melalui bangunan dan sarana yang sudah ada dan sedang dibangun, masih harus tetap membara serta ditumbuhkembangkan “jiwa dan semangat misioner” dari kaum awam dan anak-anak bina lembaga ini.  Tidak adanya kantor-kantor perwakilan Yasanto di Kepi, Kimaam, Mindiptana dan Muting merupakan indikator bahwa jiwa dan semangat misioner perlu dibangkitkan kembali. Saat ini, di wilayah-wilayah itu, sedang terjadi “peralihan kehidupan” secara cepat dan besar-besaran. Di kampung-kampung itu, kehadiran Yasanto dan pelatihan serta pembekalan yang dulu pernah dirintis oleh para Bruder Kedukaan, dan dilanjutkan oleh para voluntir dari Inggris, Australia, Belanda dll perlu dilanjutkan oleh para voluntir dari negeri sendiri.

Dulu, saya kenal Yasanto sebagai lembaga pelayanan dan pengembangan bidang sosial ekonomi dengan secara langsung terlibat dalam kegiatan perkaretan, jambu mete. Di Kimaam, selama beberapa tahun Suzanne banyak kali datang untuk mengadakan pelatihan dan evaluasi tentang kegiatan itu. Dulu, beberapa kali saya membeli parang, pacul dan bibit-bibit tanaman / sayuran. Sekarang kegiatan itu tampaknya tinggal kenangan.

Apakah dengan demikian bidang pelayanan yang dulu pernah dilakukan betul-betul ditinggalkan ?   atau  ada “di lemari es” sehingga sewaktu-waktu bila diperlukan, bidang itu tinggal “dicairkan kembali” ?   Ataukah minat / strategi yang diambil oleh Yasanto sungguh-sungguh telah berubah / berbeda dengan yang diputuskan oleh para pendahulunya

Masyarakat biasa sulit sekali mengikuti perkembangan dan tuntutan masyarakat moderen yang serba cepat, rutin, terjadwal, ekonomis, bertarget dan berskala dunia, sedangkan masyarakat sudah terbiasa berpikir lokal, dan hidup tak berjadwal dan tak bertarget. Ini bukan karena masyarakat lokal yang salah, tetapi karena ada perbedaan besar antara 2 pihak, di pola berpikir, kebutuhan hidup, apa yang menjadi target dan apa yang bisa dipasarkan / diperdagangkan. Masyarakat adalah petani/perambah hutan sedangkan pihak lain adalalah pedagang/pengusaha besar (investor).

3.  Di ruang tertentu di kompleks kantor Yasanto ada alat-alat dan bibit-bibit yang bisa dibeli oleh masyarakat.  Sekarang ini, tampaknya semuanya makin sulit didapat. Kalau memang benar, bahwa alat-alat dan bibit itu tidak ada, itu indikator bahwa:
-         Bibit-bibit dan alat-alat tradisional itu memang sudah tidak ada di Merauke atau di Indonesia, karena diganti oleh bibit-bibir jenis baru, dan alat-alat moderen
-         Tidak ada minat lagi, karena lebih suka kerja komputer atau tidak suka kotor karena pegang-pegang alat sadap karet, kena getah dan tanah /lumpur


4.  Banyaknya voluntir dari luar negeri menunjukkan jaringan kerja dan bidang pelayanan Yasanto dikenal dan diminati oleh mereka untuk dibantu dan diperkaya. Saat ini, para voluntir tidak ada.  Hal ini patut dilihat dan dievaluasi lagi. Apakah tuntutan perijinan tinggal di Indonesia yang menyulitkan mereka untuk datang ke Merauke ?

Kesatuan dengan Keuskupan

1.  Visi dan Misi yang diemban oleh Gereja Katolik ( Gereja Universal ) harus tetap menjiwai semua lembaga dan unit-unit kerja yang membawa nama / bendera katolik yaitu membela kehidupan dan hak-hak azasi manusia, serta mengembangkannya seturut teladan Yesus dan Ajaran resmi Gereja.
2.  Ada komunikasi dan relasi yang baik, lancar dan rutin dengan pihak Keuskupan ( uskup atau wakilnya) sebagai tanda ikatan kasih dan persaudaraan dengan Kepala Gereja Lokal.
3.  Arah dasar Keuskupan yang tertuang dalam Keputusan-keputusan Muspas atau pra sinode atau Sinode Keuskupan, juga menjadi bagian dari lembaga-lembaga katolik yang berkarya di keuskupan ini.
4.  Tentang Harta Benda, berlaku
-         kanon 1265, ayat 1: ..orang perorangan atau badan hukum privat manapun dilarang mengumpulkan uang untuk lembaga atau tujuian saleh maupun gerejawi apa pun, tanpa ijin yang diberikan secara tertulis dari Ordinaris wilayahnya sendiri serta ordinaris wilayah”
-         kanon 1267, ayat 1: “ Jika tidak jelas kebalikannya, sumbangan-sumbangan yang diberikan kepada Pemimpin-pemimpin atau pengelola badan hukum gereja mana pun, juga yang privat, diandaikan diberikan kepada badan hukum itu sendiri.
-         .......ayat 2       ....dibutuhkan ijin ordinaris (uskup) juga untuk menerima sumbangan-sumbangan yang disertai beban untuk dipenuhi atau bersyarat
-         Kanon 1269..... “jika benda-benda itu milik suatu badan hukum gerejawi publik, maka hanya dapat diperoleh menjadi milik oleh badan hukum gerejawi publik lain”...

Dalam hal ini:
Bila pada suatu hari, Yayasan katolik karena alasan tertentu “tidak bisa lagi melanjutkan pelayanannya lagi, seluruh aset Yayasan, diserahkan seluruhnya kepada Keuskupan Agung Merauke, sebagai badan publik gerejawi yang lain (seturut norma-norma dalam hukum gereja tsb)

Penegasan berdasarkan hukum gereja ini, disampaikan agar diketahui bahwa 1) tujuan mulia para pendiri Yayasan patut untuk diperhatikan dan dilanjutkan, 2) segala sesuatu yang berkaitan dengan aset, sudah ada aturan hukumnya, 3) keluarga / saudara / ikatan-ikatan kekeluargaan lainnya, menjadi paham tentang kepemilikan aset dari suatu Yayasan.

BUTIR-BUTIR PEMIKIRAN KE DEPAN:

1.  Adanya Tim Pembina bagi kaum muda di pinggiran dan di pedalaman
2.  Kaderisasi tenaga-tenaga terampil di bidang pertanian dan pertukangan
3.  Menumbuhkan kelompok-kelompok yang mempunyai penghasilan tetap lewat usaha penanaman jahe, karet, pisang, dan buah-buahan baik buah-buah jangka pendek, maupun jangka panjang
4.  Membantu pemasaran hasil panen masyarakat, sehingga harga jual hasil panen tetap baik dan kesejahteraan masyarakat makin meningkat
5.  Yasanto memulai usaha Bank Perkreditan Rakyat

Penutup:

Karya yang dimulai berdasarkan kasih dan untuk mengembangkan manusia agar hidup bahagia, meskipun tampaknya kegiatan manusiawi belaka, sesungguhnya adalah karya Allah.  Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya hendak mengucapkan proficiat, dirgahayu Yayasan Santo Antonius – Merauke. Maju terus dan sukses selalu.


Merauke, 25 November 2015 

Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC
Uskup Agung Merauke 

Komentar

Postingan Populer