PENGALAMAN KECIL

PEMBACA YANG BUDIMAN

Kali ini saya menyapa anda melalui pengalaman kecil yang saya dapatkan ketika berada di Thailand. Tampaknya hanya sederhana, namun bisa direnungkan tokh ada makna yang baik, yang dapat dipetik. Silakan anda menikmatinya.

Ketika saya berada di Thailand, saya mengirim sms ke beberapa rekan di Indonesia. Sesudah beberapa waktu, pengiriman sms gagal terus. Lalu saya cek cadangan pulsa saya. Ternyata jumlah pulsa sudah tidak mencukupi. Sesudah saya periksa lebih teliti, saya mendapatkan informasi dari telkomsel sbb:

Biaya kirim 1 sms dari Bangkok tanah air Rp. 17.000 ,- begitu pula kalau terima sms juga membayar dengan biaya yang sama. Padahal biaya pengiriman sms di dalam negeri umumnya Rp. 100,-. Begitu besar perbedaannya, sehingga terasa mahal sekali. Hal ini bisa dimengerti karena ketika warga Indonesia sedang berada di luar negeri dan mengirim sms ke Indonesia, mereka meminjam satelit / jalur komunikasi negara lain. Biaya meminjam alat komunikasi negara lain memang amat mahal, sehingga semua dibebani biaya itu. Sementara itu, bila menggunakan nomor telepon negara tersebut dengan membeli nomor baru di sana, biayanya menjadi lebih ringan, yaitu sekitar Rp. 3000,- per sms.

Mengapa orang asing harus membayar mahal ?  Saya berpendapat bahwa orang ketika berada di negara lain adalah orang asing dan dianggap punya banyak uang. Dia / mereka siap untuk membayar apa saja yang diperlukan. Orang asing juga harus membayar pajak di negara yang dikunjungi. Negara itu memperoleh pendapatan dari kunjungan orang asing. Maka, semakin banyak menerima kunjungan orang asing, negara itu semakin banyak mendapat uang. Itulah sebabnya, banyak negara membuka pintu bagi para turis / wisatawan asing agar makin banyak uang mengalir ke negara itu. Dengan kata lain, turis membawa rejeki, dan memungkinkan pemerintah / pihak swasta negara itu untuk membuka lapangan kerja bagi warga negaranya.

Saat ini di banyak tempat orang dengan mudah mendapatkan apa yang dibutuhkan. Di bandara-bandara internasional, juga dengan mudah orang dari pelbagai negara membeli kebutuhan saat itu, atau oleh-oleh untuk orang-orang terkasih di tanah air. Saat itu, saya butuh air minum dan roti karena belum makan siang. Di sekitar ruang tunggu di kompleks bandara, ada banyak toko yang menyediakan keperluan itu. Meski harus terlebih dahulu menukarkan mata uang, keperluan ini pun dengan mudah dijawab. Tidak jauh dari tempat itu, ada tempat penukaran uang.

Meski di luar negeri, kemudahan itu disediaka, sehingga orang merasa nyaman, sekan-akan ada di negeri sendiri. Orang dari pelbagai negara, mengalami “kesatuan, kenyamanan, dan perlakuan yang layak” agar kehidupan yang amat berharga itu dapat berlangsung terus. Kesan dan pengalaman yang baik ini, akan menjadi buah percakapan, dan akan memberikan nilai tambah / nilai baik kepada negara yang menyiapkan kebutuhan sesamanya.

Keamanan dan rasa diperlakukan sepantasnya, merupakan kebutuhan dasar bagi  setiap orang. Saya mengalami bahwa meski ada perbedaan dalam bahasa, bangsa, budaya, dan juga agama, semua perbedaan itu telah dijembatani oleh “kasih, pengorbanan, dan pelayanan dan kesama-manusiaan”. Di sisi ini, tampak nyata bahwa manusia dari bangsa manapun ada sesama manusia seperti dirinya, yang pantas diperlakukan dengan baik dan cara yang bermartabat.

Meski tidak diungkapkan dengan kata-kata, semua tindakan / perbuatan baik itu adalah tindakan Allah yang hendak dan selalu memelihara dan melindungi anak-anak-Nya. Di mana ada cinta kasih, di situ Allah hadir dan bekerja melalui umat-Nya. 

Komentar

Postingan Populer