PESTA PELINDUNG PAROKI KRISTUS RAJA, KEPI
PEMBACA YANG BUDIMAN...
SYALOOM...
Selamat bertemu kembali dengan cerita yang saya
dapatkan dari seorang calon imam, yang sedang bertugas di pedalaman. Cerita ini
saya paparkan untuk anda “apa adanya”. Pertama-tama untuk menghargai hasil
tulisan pengirimnya, tetapi juga “membiarkan Roh Allah menyapa anda sesuai
dengan gaya penulisnya”. Semoga bukan
hanya yang ditulis yang anda lihat dan anda rasakan, tetapi sebuah karya Allah
yang dituangkan dalam bahasa manusia. Mari kita ikuti dan kita simak isinya:
PESTA PELINDUNG PAROKI KRISTUS
RAJA KEPI
Sebuah Cara Baru Hidup
Menggereja Menuju Kesejatian Hidup Anak-anak Allah
“Gelar Raja, yang diberikan
kepada Yesus, bukanlah sebuah kuasa untuk memerintah dengan semaunya, bahkan
membunuh orang dengan semaunya, tetapi ungkapan raja Ia dapatkan ketika harus
mati di salib demi keselamatan umat manusia”
Pada hari minggu pagi,
bertepatan dengan perayaan Kristus Raja Alam Semesta, lapangan Olahraga Komplek
krida kepi, dipadati oleh hampir ribuan umat paroki yang datang dari 6 himpunan
ditambah 1 stasi yang ada dalam paroki kepi. Perayaan misa puncak diawali
dengan perarakan arcah Kristus raja dari lapangan olahraga Krida menuju gereja
katolik paroki Kristus raja Kepi. Tak lupa pula dalam perarakan itu hadir Bupati kabupaten Mappi bersama rombongan dan
hadir pula kelompok tari yang memeriahkan perarakan itu.
Perarakan begitu terasa meriah
bahkan membuat semua orang terharu melihat arca Kristus Raja yang menggunakan
busana adat Yakai, dikepalanya dibalut dengan burung mas, (cendrawasih) yang
menggambarkan Yesus sebagai raja. Sungguh sangat meriah ditambah lagi koor dari
Cor Jesu yang membuat perayaan ini
menjadi berhikmat. Bertindak sebagai selebran utama, Pastor Gerardus Ohoduan,
MSC didampingi oleh Frater Christ,
Pr. “Ungkapan Raja, yang diberikan kepada
Yesus, bukanlah sebuah kuasa untuk memerintah dengan semaunya, bahkan membunuh
orang dengan semaunya, tetapi ungkapan raja Ia dapatkan ketika harus mati di
salib demi keselamatan umat manusia” demikian ungkap Pastor Paroki, Pastor Gery Ohoduan,MSC dalam Kotbahnya.
Di saat persembahaan, semua mata tertuju pada sekelompok orang yang memikul
Tumpeng khas Jawa, dan diantar oleh misdinar dan kelompok tari anak-anak.
Kelompok yang menamai diri mereka dengan kelompok Jawa itu, ternyata hanya 2
orang yang berasal dari jawa, sisanya adalah orang asli suku Yakai.
Setelah perayaan misa syukur, dilanjutkan dengan acara resepsi di depan
gereja. Hadir para tamu undangan dan semua umat paroki. Acara resepsi diawali
dengan pertunjukan dari anak-anak sekami dan PPA (Putra/I Altar) kemudian
dilanjutkan dengan sambutan-sambutan oleh Pastor paroki, bupati dan ketua
panitia disusul dengan pembagian hadiah kepada para pemenang dari berbagai
himpunan yang telah mengikuti lomba selama beberapa hari sebelumnya hingga hari
puncak. Jenis mata lomba yang dilombakan adalah; Koor, tari dan gerak, futsal,
Volly, doa spontan OMK, tari Kreasi baru, Renungan Oleh Bapa-Bapa dan
Menggambar untuk Anak-anak sekami. Dan yang menjadi juara umum adalah stasi
Yakobus Rasul kilo Enam. Dan setelah itu dilanjutkan dengan jamuan makan siang
bersama.
Biodata Singkat
Nama : Fr. Christoforus Rifeleli, Pr
TTL : Saumlaki, O5 Oktober 1987
Sekolah : STFT Fajar Timur Abepura -
Jayapura
Bagi saya, memaparkan apa adanya mempunyai beberapa alasan:
1. Menghargai karya orang lain
2. Memberikan dukungan dan
kesempatan kepada generasi muda untuk mengembangkan bakatnya
3. Memberikan kesempatan kepada
anda untuk menikmati karya orang muda yang mungkin tidak akan pernah dinikmati
saudara-saudari bila tidak dimasukkan dalam blog ini.
4. Yang lebih mendalam dari
semuanya itu, adalah sebuah indikator kerendahan hati, bahwa saya pun perlu
diisi / disemangati oleh “buah karya orang muda”.
Kerendahan hati itu sebuah nilai yang sangat mulia, dan dibutuhkan oleh
semua orang agar hidup ini menjadi lebih indah. Namun yang sangat mulia tidak
bisa dibeli di toko atau di mall atau di hypermart yang terkomplit sekali pun.
Yang satu ini ( kerendahan hati ) dapat dipelajari dan dihidupi, sehingga
menjadi “darah daging dan semangat hidup” yang dijamin akan membawa
sukacita.
Komentar