KARYA PELAYANAN KEUSKUPAN (BAGIAN V)
BAGIAN KE LIMA
Karya Pelayanan Keuskupan
Diinspirasikan dan didorong oleh semangat Konsili Vatikan II, melalui kevikepan, dekanat dan paroki-paroki, serta lingkungan, semua pihak ( hirarki dan umat) digugah untuk menghadirkan Allah dan cinta kasih-Nya serta mewujudkan kesejahteraan umat manusia dan keutuhan ciptaan, dengan bekerja yang baik dan jujur dan bekerja sama dengan banyak pihak yang berkehendak baik. Dasar dan arah kegiatan yang dilakukan Keuskupan bagi masyarakat yang sedang bingung akan arti hidup ini adalah pertama, menegaskan bahwa manusia adalah mahkluk ciptaan Allah yang tertinggi, dan kedua, memberikan harapan dan mendorong mereka untuk tetap bekerja keras agar perubahan dan taraf kehidupan yang lebih baik itu dapat tercapai.
Telah lama dibangun komunikasi dan kerja sama antara KAME, umat Allah, lembaga masyarakat adat dan pemerintah. Beberapa kali pihak keuskupan diundang untuk turut menyusun program-program pembangunan dan mengurangi resiko bencana yang dihadapi oleh masyarakat, lebih-lebih masyarakat lokal. Melalui kegiatan itu Gereja berusaha untuk mewartakan kerahiman Allah, misteri keselamatan kepada semua orang, dan memulihkan semua di dalam Kristus (GE no.1). Bidang-bidang pelayanan yang dilaksanakan adalah sbb:
1. Bidang Kesehatan dan Pendidikan
Bidang ini merupakan bidang-bidang yang amat strategis untuk mendapatkan generasi yang sehat dan cerdas. Ada 140-an sekolah keuskupan yang dikelola oleh YPPK (Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik – Merauke) yang tersebar di wilayah KAME. Sampai dengan tahun 2004, semua sekolah itu dikelola oleh PNS sehingga mutunya sulit untuk dikontrol, dana bos tidak jelas penggunaannya, bangunan sekolah banyak yang rusak dan kebersihan lingkungan kurang terjamin.
Melalui pendidikan di sekolah-sekolah dan pembinaan di asrama-asrama, telah banyak anak sekolah dan generasi muda yang mengalami “wajib belajar guna meraih masa depan yang lebih cerah”. Telah banyak bidan, perawat, guru, pegawai swasta dan PNS yang dulu mendapatkan pembinaan di sekolah-sekolah katolik dan pelayanan kesehatan di poliklinik-klinik katolik. Mereka yang bertugas di bidang-bidang lainnya, juga di bidang pemerintahan sebagai bupati atau wakil bupati, adalah lulusan dari sekolah-sekolah tersebut.
Sejak tahun 2005 keuskupan mulai melakukan pembenahan, dan telah memilih 11 sekolah untuk diperhatikan secara serius. Kami menyadari benar-benar tugas yang mahaberat, yaitu menyelenggarakan dengan tekun pendidikan moral dan agama kepada generasi muda (bdk. GE. No: 7). Saat ini mutu murid-murid dan para guru sekolah-sekolah di kota Merauke, sungguh amat membanggakan.
Keuskupan mempunyai sebuah rumah sakit yang bernama “Bunda Pengharapan” dalam kerja sama dengan RSUD Merauke. Pasien-pasien yang tidak bisa ditangani sendiri, dirujuk ke RSUD. Di pinggiran dan di beberapa kampung terpencil, KAME mempunyai beberapa poliklinik. Ada 3 Tarekat Religius yang sudah turut berperan untuk pelayanan kesehatan di daerah pinggiran kota Merauke, dan di pedalaman ( di Semangga, Kurik dan Mindiptana ).
Selain itu, guna menambah tenaga perawat yang berkualitas, KAME menyekolahkan putra-putri asli Papua di AKPER “Gunung Maria” Tomohon, dan di Akper Elisabeth – Semarang, AKBID – Madiun. Yang sedang studi di Tomohon berjumlah 9 orang. Yang di Akper Semarang telah lulus tahun 2010, dan yang di Akbid, telah lulus pada bulan November 2012.
2. Pelayanan Pastoral
Pelayanan untuk keselamatan jiwa-jiwa tetap dilaksanakan secara periodik oleh para pastor paroki, para petugas pastoral, terlebih oleh “katekis-katekis kampung”. Dalam LG no: 10 ditegaskan: “Oleh sakramen penguatan mereka diikat lebih sempirna lagi dengan Gereja, dan dianugerahi kekutan Roh Kudus yang khusus. Dengan demikian mereka diwajibkan lebih ketat lagi untuk menyebarkan dan membela iman sebagai saksi-saksi Kristus, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan”. Mereka ini adalah warga setempat yang merelakan diri untuk “menjadi terang dan garam” bagi umat sekampungnya. Pastor paroki menjangkau mereka 2 bulan sekali, namun mereka ini setiap hari ada di antara umat Allah. Maka, selain diberikan pembinaan secara berkala, mereka juga mendapatkan bahan-bahan tertulis sebagai sumber bacaan rohani, dan pengetahuan iman.
3. Katekese dalam rangka penerimaan sakramen baptis, komuni pertama, nikah dan krisma
Sebelum menerima sakramen-sakramen gerejawi, semua calon mendapatkan persiapan yang cukup ( katekese ). Pada umumnya yang memberikan pengajaran adalah “katekis-katekis kampung”. Mereka telah mendapatkan pembekalan yang cukup. Mereka juga mendapatkan buku-buku panduan tentang apa yang harus dan perlu diajarkan selama masa pembinaan / persiapan penerimaan sakramen. Beberapa di antara mereka menjadi ketua stasi atau anggota dewan stasi.Mereka yang menyiapkan banyak hal, termasuk administrasi yang diperlukan, sehingga pastor / petugas pastoral tinggal memberikan persiapan terakhir dan pengecekan administrasi. Pembekalan ini bertujuan agar mereka makin mengimani bahwa mereka diciptakan menurut citra Allah, dicintai oleh-Nya dan mampu untuk mengenal dan mencintai Dia (bdk LG no: 12).
4. Kegiatan pengembangan sosial ekonomi (PSE)
Kegiatan pse ini sudah sejak puluhan tahun yang lalu diprakarsai oleh KAME. Pada waktu itu, KAME membeli tanah yang cukup luas, kemudian dikapling-kapling dan ditawarkan kepada umat yang belum punya tanah dengan cara mengangsur. Tanah itu setelah lunas, menjadi milik mereka dengan sertifikat atas nama mereka.
Komisi PSE mendorong masyarakat untuk menanam pohon karet, menyediakan bibit karet, alat sadap, mangkok penampung getah, asam semut, dan mesin pengepres (mesin giling supaya lembaran karet menjadi sheet yang tipis). Di beberapa desa, usaha ini maju dan menghasilkan karet berkualitas baik, karena dibina dan didampingi selama 15 tahun. Di tempat lain, karena kurangnya SDM pembina, kualitas dan kuantitas karet, kurang menggembirakan.
Usaha untuk peternakan ikan, peternakan bebek dan ayam sedang dihidupkan oleh kelompok-kelompok kecil, dengan bantuan dana dari APP Nasional. Dalam 5 tahun terakhir, tenaga pembina di Komisi PSE KAME memasuki pensiun, sehingga kegiatan ini agak mundur, karena dilaksanakan oleh tenaga paruh waktu.
5. Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP)
SKP lahir tahun 2000 untuk memberikan jawaban (menyerukan dan menyuarakan hak-hak azasi manusia) atas situasi politik yang memanas di seluruh Papua. Masyarakat asli menuntut merdeka, sehingga terjadi konflik vertikal dengan Pemerintah yang didukung tentara dan polisi. Banyak korban jiwa baik yang luka-luka maupun yang tewas dalam aksi protes dan aksi kekerasan pada waktu itu. Perlindungan bagi yang terancam dan mengalami kekerasan fisik, mencari fakta, advokasi dan investigasi juga dilaksanakan agar SKP mendapatkan data dan berita akurat atas peristiwa yang sedang terjadi.
Kini situasi sudah berubah dan lebih damai. SKP tidak lagi memfokuskan diri pada konflik-konflik atau tindakan kekerasan, tetapi melakukan penguatan dan pemberdayaan organ masyarakat agar makin mengetahui dan menyadari hak-hak mereka, akan masa depan mereka, dan menjadi kekuatan pembangunan di daerah mereka sendiri. Mereka diberi pembinaan dan pelatihan secara berkelanjutan, dlatih berjejaraing dengan banyak instansi sehingga tidak mudah dihasut atau ditipu oleh pihak-pihak yang hendak mencari keuntungan.
6. Kesatuan dengan Paus dan Gereja Indonesia
Sebagaimana diajarkan oleh Konsili Vatikan II yang mengacu pada iman Gereja sepanjang sejarah, Sri Paus “menjadi azas dan dasar yang kekal dan kelihatan bagi kesatuan para uskup maupun segenap kaum beriman” (LG no.23). Bersama Bapa Suci dan di bawah pimpinannya, kita semua, dari seluruh dunia, menjadi Gereja yagn satu ( lembaran lepas: SS.Petrus dan Paulus, Katedral Jakarta – 29 Juni 2012).
Wujud kesatuan ini ditunjukkan dengan banyaknya / foto Paus yang dipasang di rumah-rumah mereka. Beberapa di antara mereka yang telah mengabdi lebih dari 25 tahun, 40 tahun, juga mereka yang merayakan pesta 25 th atau 40 th pernikahan mereka, rindu mendapatkan berkat dari Sri Paus. Kerinduan itu telah dipenuhi dan berkat Sri Paus itu, mereka pasang di ruang tamu keluarga. Harapan mereka, berkat itu bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi mereka yang mengunjungi keluarga itu. Dalam ekaristi, bersama dengan seluruh gereja, mereka juga mendoakan kesatuan itu dalam ungkapan iman yang lebih istimewa.
Ketika Nuncio (Duta Besar Vatikan untuk Indonesia) datang berkunjung ke KAME, Perayaan Ekaristi dan pertemuan dengan umat diselenggarakan di Merauke, Tanah Merah dan Kepi. Umat dengan penuh kegembiraan menyambut kedatangan beliau dengan tarian adat dan pengalungan bunga. Di sepanjang jalan mereka melambaikan tangan dan bendera Vatikan, ketika Duta melalui jalan itu. Dengan menyambut beliau, umat menyambut dan bersatu dengan Paus.
Setiap tahun ada begitu banyak aksi gerejani yang dirayakan bersama dan oleh umat Alah, misalnya: Hari Pangan Sedunia, Hari Komunikasi, Hari Panggilan, Bulan Kitab Suci Nasional, Karya Kepausan Indonesia, gerakan nasional APP dll. Umat KAME dengan sukacita mewujudkan solidaritas dan kesatuan dengan Gereja Indonesial dengan cara ambil bagian pada aksi-aksi itu, dan kolektenya yang mereka kumpulkan sebagai bentuk solidaritas, cukup besar jumlahnya. Bahkan mereka juga turut andil dalam membiayai perjalanan Sri Paus melalui aksi St. Peter’s Pence.
7. mengumpulkan lagu-lagu daerah
Untuk perayaan liturgi, baik perayaan sabda tanpa imam maupun perayaan ekaristi, umat telah mempunyai perbendaharaan lagu-lagu dalam bahasa daerah, misalnya, lagu pembukaan, lagu antar bacaan dan lagu persembahan. Sampai hari ini telah terkumpul 5 lagu dalam bahasa Kimaam, 16 lagu dalam bahasa Auwyu (dibaca: auyu), 12 lagu dalam bahasa Yaghay dan Asmat. Lagu-lagu yang terkumpul menunjukkan betapa kayanya budaya lokal. Selain itu, mereka menyanyikan lagu-lagu yang ada di buku “Madah Bakti” dan “Umat Bersyukur Kepada Bapa” (terbitan Nusa Indah – Flores).
Misa hari minggu dan Ibadat Sabda hari minggu, telah mengikuti aturan Tata Perayaan Ekaristi (TPE) dan Tata Perayaan Sabda (TPS) yang diterbitkan sesuai dengan aturan yang dituntut oleh Roma. Ketua Komisi Liturgi KAME telah memberikan pelatihan dan keterangan baik kepada para Imam maupun pemuka-pemuka umat akan adanya TPE dan TPS yang baru itu.
8. penguburan secara katolik oleh umat awam
Meskipun tanpa kehadiran imam atau petugas pastoral, umat beriman yang sakit, dikunjungi dan didoakan oleh katekis kampung / ketua stasi atau anggota dewan stasi. Mereka yang meninggal tetap mendapatkan pelayanan (doa-doa, dimasukkan ke dalam peti secara terhormat) dan dihantar ke makam secara terhormat pula. Pelayanan ini mencerminkan bahwa iman mereka kepada Kristus dan Gereja katolik tetap kokoh, meskipun para imam tidak berada di tengah-tengah mereka. Dalam situasi ini menjadi amat nyata bahwa ”kaum awam dipanggil untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja di tempat-tempat dan dalam keadaan-keadaan, di mana Gereja tidak bisa menjadi garam dunia terkecuali dengan perantaraan mereka” (LG no. 33).
Komentar