KEMBALI KE JAKARTA




Setelah minum kopi bersama dengan para pastor dan bruder MSC di ruang minum Notre Dame, kami dihantar ke Bandara Schiphol oleh Br. Kees Vergouwen MSC. Perjalanan amat lancar, hanya di beberapa jalan ketika memasuki kota Utrech, agak lambat sedikit, namun untuk selanjutnya semuanya lancar. Dengan mengucapkan banyak terima kasih atas penerimaan dan semua pengalaman manis di Nederland, kami memasuki ruang keberangkatan untuk cek in.
Ada langkah maju yang telah dilaksanakan oleh beberapa penerbangan, termasuk KLM. Para penumpang sudah bisa mengurus boarding pas mereka sendiri melalui mesin “cek in”. Syukurlah kami dibantu oleh seorang petugas pelayanan boarding pas di mesin itu. Bagian passport yang ada fotonya, ditempelkan di mesin, lalu dimasukkan data-data yang diminta, misalnya: nama kota tujuan dan kode tiket. Sesudah itu, secara otomatis boarding pass keluar. Sebenarnya mudah, namun bagi yang belum biasa, bantuan dari para petugas tetap diperlukan.
Setelah mendapatkan boarding pas, barulah kami menuju ke loket cek in. Di loket ini koper-koper kami ditimbang. Syukurlah semuanya ok dan kami tidak mengalami kesulitan apa pun. Waktu untuk boarding masih lama, karena itu kami mempergunakan waktu untuk cuci mata sambil mencari oleh-oleh untuk para kenalan di tanah air. Kami tidak berani pergi jauh-jauh karena waktu boarding sudah dekat dan penumpang yang harus antri berjumlah banyak sekali.
Akhirnya tibalah saat boarding, kami antri satu per satu, mulai dengan mereka yang duduk di bagian paling belakang. Giliran berikutnya adalah kami yang duduk di deret 30 – 43. Saya duduk di kursi 33D ( persis di pinggir gang) dan Hengky Kariwop di kursi 33E. Ternyata duduk di pinggir tidak enak, karena pramugari atau penumpang lainnya kadang-kadang lewat dan “menyenggol” saya yang sedang nyenyak tidur. Terpaksa badan saya, saya miringkan ke dalam sehingga kalau ada orang yang lewat, saya tidak lagi tersenggol.
Arloji di tangan saya menunjukkan jam 03.00 dini hari waktu Amsterdam. Ketika itu, pesawat sudah terbang sekitar 5 jam. Mungkin pesawat sudah berada di sekitar Italia. Kaca jendela pesawat semuanya tertutup, namun dari celah-celahnya dapat saya ketahui bahwa di luar sana terang benderang, sementara di dalam pesawat suasananya redup dan gelap, karena semua penumpang memang masih dalam keadaan mengantuk / tertidur. Saya tidak tahu apakah ada perbedaan waktu yang cukup besar antara Belanda dan Itali. Yang jelas, pesawat KLM terbang menuju ke timur. Setahu saya, makin ke timur, keadaan di luar semakin terang, namun di dalam pesawat suasana tetap diatur supaya para penumpang tetap nyaman menikmati istirahat.
Sekitar jam 05.00 para pramugari sudah berkeliling menawarkan kopi dan teh hangat. Saya bergegas ke toilet dulu agar lebih segar dan kemudian menikmati teh hangat. Para penumpang yang lain ada yang mulai bangun, dan menikmati kopi atau teh hangat. Amat ramah para pramugari melayani kami. Apakah mereka juga tidur / istirahat ketika para penumpang terlelap beberapa jam, saya tidak tahu. Namun mereka tetap gesit dan bersemangat melayani kami semua.
Pesawat melaju dengan kecepatan 978 km per jam, dengan ketinggian 37 000 kaki dan suhu di luar – 57 derajat C. Namun semua terasa aman dan tenang. Kami semua dapat menikmati kehidupan dan kegiatan ringan-ringan seakan-akan kami berada di darat. Mesin yang hebat, dengan tenaga yang kuat, design pesawat dan peralatan lainnya yang canggih telah memungkinkan penerbangan selama 12 jam non-stop Amsterdam – Kuala Lumpur berlangsung, dan pilot / copilot dapat bekerja dengan baik.
Terima kasih kepada semua pihak, khususnya para penemu dan pengembang mesin pesawat, dan alat-alat bantu lainnya yang memungkinkan para penumpang terbang dengan nyaman. Terima kasih kepada semua pihak, khususnya para penyedia jasa penerbangan, para penumpang yang menghargai penumpang lainnya, yang telah membuat kami tiba dengan selamat di tempat tujuan, tanpa gangguan teroris atau ketakutan apa pun. Terima kasih kepada pilot dan copilot yang telah menerbangkan kami dari Amterdam ke Jakarta. Di tangan anda keselamatan dan kenyamanan perjalanan kami.
Tentu, terima kasih kepada Tuhan yang telah menyelenggarakan perjalanan melalui mereka yang telah memungkinkan kami berangkat dan tiba kembali di tanah air. Terima kasih kepada konfrater, sahabat dan kenalan yang telah mendoakan perjalanan kami dan mendukung kegiatan kami di Belanda.

Komentar

Postingan Populer