OLEH-OLEH HARI MINGGU
PEMBACA YANG BUDIMAN...... salam dan jumpa lagi dengan anda. Saya suguhkan cerita kecil untuk anda. Selamat menikmati.
Hari itu, minggu, 10 November 2019 bersama Cha dan Lena, jalan-jalan ke pasar dan
mall. Kami tidak punya rencana yang besar-besar. Hanya ingin menikmati hari minggu, kami rileks sebentar dengan berjalan kaki. Dengan bantuan "google map", kami melangkah.... ternyata, kami salah arah, karena yang kami pasang adalah rute untuk sepeda motor, sehingga harus melewati jalan lingkar. Setelah kami stel kembali, kami berbalik arah dan dalam waktu 14 menit, kami sudah sampai di tempat tujuan.
Kedua saudari senang sekali, bisa belanja keperluan
mereka dengan harga yang terjangkau. Memang
kalau belanja di pasar ( kayak Pasar Tanah Abang Jakarta ), pembeli harus
berani menawar, supaya bisa mendapatkan barang dengan harga yang sesuai. Para pedagang itu sudah sangat lihat menarik
hati dari mereka yang hendak berbelanja. Mereka begitu cekatan, dan pandai
membujuk calon pembeli. Ternyata ada banyak juga yang bisa berbahasa melayu.
Mereka hidup berdesak-desakan di los-los yang cukup sempit dan padat. Memang Tuhan memberikan rejaki kepada
umat-Nya yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Di sekitar itu, ada juga penjahit yang menawarkan jasa
“memendekkan celana panjang yang ukurannya terlalu panjang, sehingga pas ketika
dipakai oleh pembeli”. Ketika sudah di rumah pembeli tidak lagi repot-repot
menjadi penjahit (tukang vermak), semuanya sudah beres. Mereka tinggal di
lorong kecil dan tersembunyi, namun di tempat itulah mereka juga ikut ambil
bagian terhadap kepuasan selera, dan kebahagiaan hidup para pelanggannya.
Di tempat kecil dan tersembunyi, ada para penjual jasa. Mereka dikenal dan terus dipakai karena ada kepercayaan, kerja sama, saling pengertian, kesetiaan, menyuguhkan dan menjaga kualitas, siap melayani permintaan, dan siap menerima koreksi / masukan. Juga mereka itu harus berani berkorban dan menyiapkan aneka macam dan warna benang, men-servis dan merawat mesin jahit agar kapan saja siap untuk dipakai. Mereka bukan hanya butuh duit, namun "berjuang tiap hari untuk memupuk relasi dengan para rekan kerja" yang memberi rejeki kepada mereka. Mungkin sekali, mereka juga siap untuk "mengalah" (mendapat rejeki sedikit daripada biasanya) agar para pemberi rejeki itu tetap setia bekerja sama dengan mereka. Relasi yang baik itulah yang akan terus-menerus mendatangkan rejeki.
Maka, kalau kita berdoa kepada Tuhan: " Berilah kami rejeki pada hari ini", tanpa membangun relasi yang baik dan terus menerus dengan Dia, rejeki itu lama-lama akan hilang. Bukan karena Tuhan tidak memberi, tetapi karena kita tidak meminta. Dia "merasa diri" sudah cukup kuat dan kaya. Syukurlah bahwa Tuhan Allah kita bukan Allah yang pilih kasih dan mudah tersinggung.... sehingga kapan saja kita kembali, Dia dengan penuh sukacita menerima kita.
Siang itu....... setelah dari pasar, kami jalan-jalan di mall Takashimaya – Saigon. Di sana
kami beli 1 cangkir coklat panas, kue dan the hijau, serta es krim. Bangunannya baru dan bersih. Banyak orang yang berbelanja, namun banyak juga yang ke resto, dan tentu banyak juga yang hanya cuci mata.
Dari Takashimaya, kami kembali lagi ke sekitar pasar. Di sana ada toko-toko sepatu..... kualitasnya bagus, dan harganya cukup murah, bila dibandingkan dengan harga sepatu di Indonesia. Saya beli 1 pasang sepatu kulit buatan
Inggris, harganya 500.000 dong atau ( Rp. 250.000 ). Kualitasnya bagus. Warnanya juga manis. Itu untuk kenang-kenangan bahwa saya pernah berlibur di Saigon.
Komentar