KONTROL
SAYA HATURKAN TULISAN INI UNTUK ANDA. MOGA-MOGA ANDA DAPAT MEMETIK BEBERAPA ASPIRASI DI DALAMNYA. SELAMAT MEMBACA...
Tanggal 2 Juni 2017, kami tiba di Merauke dengan menumpang pesawat Batik. Kami bertiga ( saya, G dan M) memilih naik
Batik supaya bisa melanjutkan perjalanan
ke Kepi, pada pagi itu juga. Tiket untuk ke Kepi sudah diusahakan oleh rekan
kami, di Merauke. Kami juga telah mohon berkat Tuhan agar semua rencana kami
ini berjalan dengan baik. Ketika berada di ruang tunggu di bandara Cengkareng
Jakarta, saya sudah membayangkan perjalanan ke Kepi dan tempat-tempat yang akan
dikunjungi. Dengan menunjukkan peta perjalanan, saya menerangkan kepada 2 rekan
saya, tempat-tempat yang menjadi tujuan perjalanan kami.
Perjalanan
dari Jakarta hingga Merauke, dengan transit di Makasar sungguh amat lancar,
sehingga kami tiba di tempat di Merauke tepat pada waktunya. Saya melihat 4 pesawat jenis Grand-Caravan
parkir di sebelah kiri pesawat Batik yang baru saja mendarat. Serombongan orang
bersama-sama berjalan menuju ke pesawat-pesawat itu. Di antara mereka ada 2
orang pilot. Itulah pesawat-pesawat yang
melayani daerah pedalaman.
Sesudah
mengambil beberapa foto kenangan di Bandara Merauke, saya segera mencari rekan
yang membawa tiket kami untuk ke Kepi. Rekan kami itu sudah menunggu kami di
pintu kedatangan. Ketika saya mendapatkan dia, tiket segera saya minta. Dan
kami bertiga bergegas menuju ke tempat cek in. Ternyata di sana hanya ada 1
orang petugas, karena para petugas lain telah pergi menuju ke dekat pesawat. Loket
sudah ditutup.
Saya
berusaha untuk mencari petugas, supaya masih bisa dapat ikut penerbangan ke
Kepi pada menit-menit terakhir itu. Saya mendapatkan petugas di kantor, namun
mereka kebingungan. Saya kemudian ke ruang tunggu lagi, dan mengajak kedua
rekan untuk menuju ke pesawat. Namun sayang, dua pesawat sudah bergerak dan
siap terbang, dan pesawat yang ketiga pintunya sudah ditutup. Kami bertiga ketinggalan pesawat. Dengan amat
menyesal dan kecewa, saya kembali ke ruang kedatangan dan pulang ke rumah.
Memang kesalahan dan kekurangan ada pihak kami (penumpang). Rekan yang mengurus tiket kami untuk ke pedalaman, tidak
cek in lebih dulu. Tiket dititipkan ke
orang lain tanpa pesan apa pun. Maka, meskipun dia sudah berada di bandara,
dengan tenang dia menunggu kedatangan kami.
Kurang
komunikasi dan kurang penjelasan yang memadai membuat rencana dan aktivitas
yang sudah didepan mata batal total. Tiket yang sudah kami beli juga hangus.
Yang tersisa adalah penyesalan. Peristiwa itu makin memberikan keyakinan kepada
saya, bahwa komunikasi dan penjelasan yang baik itu penting. Hal ini akan
memungkinkan orang lain yang akan membantu kelancaran pekerjaan / rencana dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu, cek dan ricek itu juga
penting. Kadang kala terjadi bahwa
komunikasi itu hanya satu arah, dan orang juga mengandaikan bahwa apa yang
sudah disampaikan itu pasti akan terlaksana dengan aman dan lancar. Komunikasi
dua arah, cek dan ricek dianggap tidak penting. Padahal, sebagaimana yang
terjadi, karena tidak ada pengecekan kembali, terjadilah kegagalan itu.
Saya
sering mengalami bahwa orang tidak berani membuat cek dan ricek karena “takut
mengganggu” kegiatan / waktu dari orang yang memberikan mandat. Maka
“orang-orang itu lebih baik menunggu dan menunggu” dan lebih memilih diusik oleh “keraguan”
daripada mencari sebuah kepastian yang muncul dari “keberaniannya untuk
menggangu kenyamanan dan aktivitas” pemberi mandat. Ketakutan dan keraguan yang banyak kali
terjadi ini, sering menjadi faktor penghambat atas rencana atau keberhasilan,
dan mengakibatkan kerugian yang besar: kerugian moril, materiil, waktu, dan
target.
Makna
lain / hikmah lain yang dapat saya petik dari semuanya itu adalah bahwa kontrol
dan tanggung jawab untuk mengongtrol kegiatan tetap berada di tangan bos /
pemberi mandat, bila rencana / program itu dikehendaki 100 persen terlaksana,
atau paling tidak diperkecil tingkat kegagalannya. Pada menit-menit terakhir pun hal itu perlu
dilakukan. Juga perasaan “takut dan ragu-ragu” dari orang-orang yang membantu
pekerjaan itu, harus ditangani dengan baik supaya mereka pun menjadi
orang-orang yang percaya diri, dan berani bertanya. Petunjuk yang jelas harus diberikan kepada
mereka, agar mereka tahu dengan pasti apa yang mereka lakukan. Bagaimana pun pentingnya semuanya itu, bila
relasi dengan orang-orang kepercayaan itu tidak baik / terganggu, hasil yang
akan diperoleh pun tidak / kurang
maximal. Maka, relasi yang baik dengan
mereka tetap perlu dijalin dan dijaga dengan baik meskipun mereka adalah
bawahan / karyawan.
Komentar