AMA kembali ke Merauke

AMA (Associated Mission Aviation), penerbangan milik 5 Keuskupan di tanah Papua, akan membuka kembali pelayanannya di wilayah selatan Papua. AMA berdiri sejak 23 Maret 1959 dan melayani bagian utara, dan kemudian ke seluruh wilayah Papua. Sejak thn 1980 an pelayanan di bagian selatan, agak berkurang karena adanya pelayanan dari Pesawat Merpati Perintis dan kemudian Musamus (Twin Otter milik Pemda Merauke th 2005 ) telah beroperasi. Juga 2 tahun berselang, telah ada pelayanan dari penerbangan MAF (penerbangan milik Zending= Protestan). Kebutuhan Keuskupan Agung Merauke, dan Keuskupan Agats telah dilayani oleh ketiga armada itu.

Sehubungan dengan adanya pemekaran kabupaten di wilayah selatan: Merauke, Boven Digoel, Mappi dan Asmat, kebutuhan transportasi udara menjadi semakin meningkat. Banyak pegawai dan masyarakat yang terpaksa harus antri, dan menunggu beberapa hari bahkan lebih dari 2 minggu untuk mendapatkan kesempatan untuk berangkat ke tempat tugas / melaksanakan tugas. Penerbangan yang dulu hanya 1 minggu sekali, telah ditingkatkan menjadi 2 x, namun hal ini belum mengatasi permintaan. Jumlah penumpang jauh lebih banyak daripada armada yang tersedia.

Berdasarkan realita itulah, AMA akan melayani wilayah selatan. Menjelang Ulang Tahun ke 50, AMA memutuskan untuk membuka jalur penerbangan di Selatan. Merauke ditetapkan sebagai base baru. Sebagai tindak lanjut dari keputusan itu, Badan Pengurus AMA telah meninjau bandara di wilayah selatan: Merauke, Tanah Merah, Bade, Kepi dan Ewer. Mereka juga telah minta ijin kepada Pemerintah Daerah (Bupati) tentang rencana pelayanan penerbangan di wilayah mereka. Para Bupati menyambut dengan gembira dan antusias rencana AMA tyersebut. Dan penerbangan perdana dijadwalkan akan mulai pada pertengahan Mei 2009 ini.

Pesawat yang digunakan adalah pesawat jenis PAC, pesawat baru buatan Selandia Baru tahun 2009. Kapasitas penuh pesawat ini adalah 10 penumpang dan 2 orang awak pesawat. Total 12 orang. Namun karena lapangan di selatan umumnya pendek, kapasitas penumpang hanya 10 orang saja. Pesawat PAC membutuhkan landasan sepanjang 750 meter untuk tinggal landas, sementara panjang landasan di Kepi, Bade dan Ewer hanya 600 meter. Maka, bila kelak landasan di 3 bandara itu telah diperpanjang, PAC dapat memuat penumpang 10 orang (tidak termasuk pilot dan co pilot).

Dalam perjalanan penijauan itu, Pesawat PAC telah melintasi: Sentani, Wamena, Tanah Merah, Bade, Kepi, Ewer dan kemudian langsung kembali ke Sentani. Ikut dalam perjalanan peninjauan itu: Bpk Hardus Desa (Direktur), Bpk Paulus Arfayan (Bendahara), Br. Henk van Mastright OFM, Bpk Norbert, Pilot Erick , copilot Michael, dan Mgr Niko Adi MSC.

Komentar

Postingan Populer