RENDRA

Nama Rendra, saya kenal, saat saya duduk di bangku SMP. Dia lahir di Solo. Nama lengkapnya adalah Willibordus Surendra Broto. Dia telah menulis banyak sekali puisi dan membacakannya di depan umum. Penampilannya memukau, bahkan menggetarkan hati dan nurani para pendengarnya. Dia juga membentuk teater yang di Yogya, yang kalau tidak salah, disebut "Bengkel Rendra". Telah banyak muridnya, dan telah banyak puisi dan drama yang "dilahirkannya".

Seingat saya, dia menjelang kepergiannya, telah memberikan sejengkal tanah untuk makam mbah Surip, seniman yang tiba-tiba melejit dan tiba-tiba pula meninggal. Orang menjadi penasaran, siapakah mbak Surip. Lagunya "TAK GENDONG KE MANA-MANA" dicari banyak orang dan cd yang memuat lagu itu dalam waktu singkat ludes karena diserbu pembeli. Rendra memberikan "tempat istirahat" kepada sahabatnya itu, sebagai ungkapan persahabatan dan tali kasih di antara sesama seniman.

Saya tidak bisa menyebut sebuah puisi pun yang pernah ditulisnya, karena saya tidak punya buku / kumpulan puisinya. Syukurlah, salah seorang rekan mengirimkan sebuah puisi karya Rendra yang kiranya bagus sekali untuk direnungkan, khususnya pada masa puasa (bagi umat katolik).

Renungan Indah - W.S. Rendra, yg dibuat di rumah sakit sebelum Beliau meninggal
( puisi terakhir Rendra yang dituliskannya di atas ranjang RS ):


Seringkali aku berkata, ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan.

Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yg hrs kulakukan utk milik-Nya itu ?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?

Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah ?
Kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka?
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita..

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku.......

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika

Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih.

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku.

Gusti, Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana & keberuntungan sama saja."

Rendra telah bertemu dengan Sang Khalik........................
Benar di sana langit dan bumi bersatu..... Bersatu di dalam kasih Tuhan. Karena itu, di sana tidak ada bencana. Tidak ada keberuntungan seperti yang dialami manusia di dunia ini. Di sana, yang ada adalah damai dan bahagia abadi bersama Tuhan Pencipta dan Penguasa segala sesuatu.

Komentar

Postingan Populer