LARANTUKA
PEMBACA YANG BUDIMAN
SAYA MENGUNJUNGI ANDA PADA
KESEMPATAN INI, DENGAN MENYAJIKAN SEBUAH OLEH-OLEH PERJALANAN SAYA KE LARANTUKA
– FLORES TIMUR. TIDAK BANYAK YANG SAYA CERITAKAN, NAMUN SEMOGA ANDA
MENEMUKAN BUTIR-BUTIR INSPIRASI DI DALAMNYA.
Larantuka adalah nama suatu kota
di pulau Flores bagian timur. Kota ini
dapat dijangkau dari Kupang dengan naik kapal laut selama 6 – 7 jam atau
pesawat terbang selama kurang lebih 35 menit. Bila cuaca cerah selama
penerbangan, para penumpang dapat melihat pemandangan yang indah dari jendela
pesawat, pulau-pulau kecil yang berbukit-bukit, dan pantai-pantai panjang di
sekeliling pulau. Pulau-pulau itu masih
sangat alamiah, bersih dan tidak tampak bangunan-bangunan, atau villa-villa
yang didirikan untuk menampung para turis.
Saya dan ibu Suzanna tiba di Larantuka,
dalam rangka memberikan pembekalan dan pelatihan bagi para penggerak gender dan
pemberdayaan perempuan. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 29 April sampai
dengan 2 Mei 2017, dibuka dengan misa yang dipimpin oleh Mgr
Niko Adi MSC ( Moderator dari kantor Sekretariat Gender dan Pemberdayaan
Perempuan KWI), didampingi oleh Mgr. Frans Kopong Kung, dan 6 imam. Apa saja yang diselenggarakan pada pelatihan
itu ?
Para peserta diberi penjelasan
tentang “Apa itu Gender dan penerapannya dalam kehidupan masyarakat”. Dengan adanya pengertian yang benar, para
penggerak gender diyakinkan bahwa gender bukanlah sekedar pengertian, atau
kegiatan, atau emansipasi, atau kesetaraan, atau sekedar sebutan terhadap jenis kelamin
tertentu. Gender adalah suatu pengertian
tentang kondisi manusia (laki-laki dan perempuan) sebagai citra Allah yang
bermartabat, sehingga manusia itu dapat hidup dan berperan dalam pembangunan
masyarakat. Kondisi adalah syarat-syarat yang dibutuhkan supaya manusia itu
dapat hidup, bergerak dan berkembang.
Syarat-syarat yang dibutuhkan itu
sangat banyak, dan meliputi unsur-unsur ini:
• BADAN : Sandang, pangan, papan cukup
• JIWA :
damai, tentram, bahagia, dicintai, dihargai, dll sehingga dapat
membedakan mana yang baik dan yang tidak baik
• ROH : dapat
berkomunikasi dirinya, sesama & Tuhan sehingga mendasari manusia untuk
mengarahkan diri pada hal-hal yang bersifat misteri
• PIKIRAN: dilatih dan dikembangkan, dipakai sehingga
makin tajam, terarah dan bisa membedakan mana yang pokok dan mana yang sampingan
• MENTAL:
dilatih, dikembangkan dan dipakai sehingga makin kuat dan bisa
diandalkan
• KEUTAMAAN: diakui, diterima, dikembangkan sehingga
hidup ini menjadi makin indah
• KETERLIBATAN: dengan dilibatkan, akan terjadi saling
memperkaya, memperdalam
• JANGKAUAN: makin banyak dan meluas
• MITRA KERJA: lokal, nasional, internasional
• FASILITAS:
memadai sehingga memungkinkan orang untuk bisa bekerja dengan lebih
mantap
• KETERANGAN DIRI:
akte kelahiran, KTP, surat nikah dan keterangan-keterangan yang diperlukan,
terpenuhi sehingga dia tidak mengalamni kesulitan untuk mengembangkan diri.
Peserta yang ikut sekitar 50
orang. Mereka adalah wakil-wakil dari paroki-paroki se Regio Nusa
Tenggara. Memang kebanyakan yang datang
adalah kaum ibu ( kaum perempuan ), hanya 3 orang bapa-bapa. Hal ini pada umumnya disebabkan karena
pengertian tentang gender belum dipahami dengan baik. Gender disamakan dengan
gerakan perempuan, atau bahkan dipersempit menjadi “jenis kelamin”. Yang berurusan dengan gender adalah kaum
perempuan. Karena itu yang diutus untuk datang ke kegiatan sosialisasi dan pembekalan
bagi para penggerak gender adalah kaum perempuan. Diharapkan pada masa-masa mendatang, para
penggerak gender makin banyak juga dari kalangan kaum laki-laki.
Para fasilitator kali ini adalah
Mgr Niko Adi MSC, ibu Suzanna Suryati dan ibu Agnes Witin. Ketiga fasilitator gender
ini adalah pengurus dari Kantor Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan
KWI. Mereka datang untuk membekali dan membina para penggerak awal, agar makin
banyak orang dan lembaga yang terlibat dalam memasyarakatkan kegiatan
pemberdayaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Memang banyak kali kaum perempuan
ditinggalkan atau dianggap kelas dua, karena itu kaum perempuan memang diberi
perhatian lebih banyak, supaya mereka dapat semakin mandiri.
Tujuan kegiatan ini selain
memberikan pengertian yang benar dan tepat tentang gender, mengajak banyak
pihak untuk turut serta dalam kegiatan pemberdayaan manusia (laki-laki dan
perempuan), juga memberikan bekal ketrampilan menjahit, memasak dan membuat
kebun dengan memanfaatkan lahan-lahan sempit. Moga-moga para penggerak gender
makin bertambah besar jumlahnya, dan
mereka makin hidup sejahtera.
Kegiatan ini adalah kegiatan
kemanusiaan yang didasarkan pada semangat cinta kasih. Laki-laki dan perempuan
mempunyai martabat yang sama di hadapan Allah. Karena itu, mereka wajib saling
membantu dan layani agar hidup mereka makin sejahtera, bahagia dan dapat
berkembang sesuai dengan martabatnya. Melalui mereka Allah turut bekerja dan
menyempurnakan kehidupan manusia. Manusia dilibatkan dalam karya Tuhan untuk
membangun dan mengembangakan sesamanya.
Dalam iman kepada Kristus, kegiatan yang dilakukan ini adalah karya
keselamatan Tuhan bagi umat-Nya di wilayah mereka masing-masing.
Komentar