28 TAHUN IMAMAT
PEMBACA YANG BUDIMAN,
selamat berjumpa lagi.... Inilah sharing khusus saya. Selamat membaca.
Tanggal 1 Februari 1989, jatuh pada hari rabu. Hari itu, fr Hans Susilo, fr. Priyo Susanto, fr. Adi Seputra, fr. Sani
saliwardaya, dan fr Heru Jati ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. Alexander
Djajasiswaja ( Uskup Bandung ). Tahbisan itu dilaksanakan di gereja katedral
Purwokerto yang baru saja diberkati. Kelima frater tsb adalah orang-orang
pertama (pembuka / yang mengawali) yang ditahbiskan di gereja yang baru itu. Mereka
yang hendak ditahbiskan itu adalah frater-frater MSC.
Tahbisan
dilaksanakan pada sore hari, jam 4 sore. Karena uskup Purwokerto pada waktu itu
sedang berhalangan, tugas beliau itu
digantikan oleh Mgr. Djaja. Upacara
pentahbisan berjalan lancar, meskipun sebenarnya hari-hari itu adalah hari-hari
hujan. Uskup pentahbis didampingi oleh Romo Sukmana MSC dan Romo Wignyo Sumarto
MSC. Hadir pada kesempatan itu puluhan imam baik dari Tarekat MSC, para imam
projo, romo-romo tamu dari banyak tempat. Seingat saya hadir juga 1 orang imam
MSC dari Jepang yaitu Romo Makino.
Salah
satu dari frater yang ditahbiskan ini adalah penulis. Dia ingin mengenang peristiwa yang telah terjadi 28
tahun yang silam. Meski peristiwa itu telah berlangsung begitu lama, namun
rasanya baru saja terjadi dan merupakan kenangan yang tidak pernah akan bisa
dilupakan. Waktu itu, para frater yang hendak ditahbiskan pada umumnya didampingi
oleh kedua orangtuanya. Hanya frater Heru, karena ayahnya sudah meninggal,
didampingi ibunya dan pamannya.
Upacara tersebut
berlangsung dengan khidmat, meriah dan sederhana. Lagu “Di Sanggar Mahasuci”
mengiringi prosesi panjang. Para penari memperagakan hormat bakti dan sujud
seluruh umat Allah pada penyelenggaraan Ilahi dan kasih-Nya yang begitu besar
kepada umat manusia. Peristiwa yang mengesankan penulis adalah ketika meminta
restu kepada orangtua, tiarap sebagai tanda penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah,
dan penumpangan tangan, dan pengurapan dengan minyak krisma.
Sesudah
pentahbisan, kelima imam baru dengan didampingi oleh orangtua masing-masing,
berdiri di pelataran panti imam dan menerima salam dari umat, sahabat dan para
undangan. Kemudian, ada resepsi di aula katedral. Mgr P.S.Hardja-Soemarta MSC
hadir pada kesempatan itu, seraya memberikan ucapan selamat kepada para imam
baru. Tidak ada acara ramah tamah pada malam itu, sehingga para tamu dan
undangan yang berasal dari luar kota, bisa langsung pulang.
Syukuran
atas pentahbisan, dirayakan di Novisiat MSC – Karanganyar / Kebumen, di paroki
St. Petrus Pekalongan, di Gombong, dan di Kalikotak ( rumah Rm. Hans Susilo),
di Samigaluh ( rumah Rm. Priyo), dan di Jomblang ( rumah Rm. Adi Seputra
). Misa syukur juga diadakan di SMP Pius
Tegal karena penulis dulu bersekolah di TK, SD, dan lulus dari SMP Pius Tegal. Satu
bulan setelah menerima tahbisan, dua Romo diutus ke Jepang ( Romo Priyo dan
Romo Sanny), Romo Heru diutus ke keuskupan Amboina, dan Romo Susilo dan Romo
Adi diutus ke Irian Jaya.
Tgl 4
Maret 1989, Romo Yos Suwatan MSC (provinsial) dalam misa sederhana di kapel
provinsialat MSC di Jakarta mengutus 3 imam muda ke tempat tugas masing-masing.
Tanggal 5 Maret 1989, Rm Hans Susilo dan Rm Adi Seputra terbang menuju
Jayapura, dan bermalam selama beberapa hari di biara St. Antonius Sentani. Tgl.
10 Maret 1989, kedua imam ini tiba di Merauke dengan menumpang pesawat Merpati.
Di Bandara, mereka dijemput oleh Pater Anton de Grow MSC, Sr. Chatrine Tati
PBHK, P Alo Batmyanik MSC dan P Sugun MSC.
28 tahun
adalah kurun waktu yang cukup panjang. Sakramen Imamat yang saya terima telah
menjadi berkat besar bagi diri saya sendiri dan umat Allah dan banyak orang
dari pelbagai bangsa dan agama. Tidak terhitung lagi berapa kali saya merayakan
ekaristi, membaptis orang, meneguhkan nikah, atas nama Tuhan mengampuni dosa,
dan mengurapi orang-orang sakit. Tidak terhitung lagi berapa banyak berkat melalui
orang-orang yang membantu pelayanan saya, turut serta hadir dalam perjalanan
dan pekerjaan sulit di pedalaman-pedalaman.
Tidak terhitung juga betapa banyak orang yang telah mendoakan saya dan
meneguhkan panggilan saya.
Maka,
pada kesempatan ini, saya hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu
saya, yang saat ini sudah berusia 80th namun masih tetap mendoakan saya. Juga kepada
kakak adik, ipar dan kemenakan yang menunjukkan persaudaraan dan keakraban
setiap kali saya berlibur. Kepada umat, sahabat kenalan yang tersebar di seluruh
nusantara, maupun di luar negeri. Juga kepada konfrater MSC, rekan-rekan
setahbisan dan rekan-rekan pembaca blog ini, saya ucapkan banyak terima kasih.
Komentar