KEKERINGAN
Pembaca yang budiman
Pada pertengan Mei ini, kembali saya menjumpai anda. Tulisan saya di blog ini, sudah cukup lama tersendat-sendat. Mohon maaf atas ketidaklancaran ini. Selamat menikmati tulisan saya kali ini.
Kekeringan
yang saya lihat sejak dari Phnom Phen sampai di Battambang, sungguh mencolok
mata saya. Pertama, daerah itu dataran yang amat luas dan panjang. Di sepanjang
perjalanan itu, saya tidak melihat sebuah gunung pun baik di kiri maupun di
kanan jalan. Dengan mudah saya melihat pemandangan yaitu tanah garapan,
sungai-sungai, persawahan, perkebunan, lahan kosong, dan perumahan penduduk
yang pada umumnya diliputi debu.
Kedua,
udara amat panas, hingga mencapai 39 derajat. Tidak tampak orang-orang yang
bekerja di sawah-sawah yang memang tidak berair, tidak banyak orang yang lalu
lalang di jalanan. Memang, arus lalu lintas tetap berjalan seperti biasa. Sapi,
domba atau kerbau pun sangat jaang kelihatan di persawahan, atau lahan
peternakan. Sulit untuk mendapatkan pakan di tempat-tempat kering kerontang
itu.
Ketiga,
saya mendapat informasi bahwa permulaan musim panas sudah mulai. Ketika musim
panas sudah tiba, pada puncak musim itu, suhu udara bisa mencapai 42 derajat
pada siang hari. Bagi para lansia, suhu yang amat panas ini amat merepotkan
mereka. Maka, banyak di antara mereka yang meninggal karena tidak tahan panas
dan mengalami gangguan kesehatan.
Sesungguhnya
daerah Battambang adalah daerah pertanian yang amat luas dan bagus. Air
diperoleh dari dua sumber yaitu hujan dan danau yang amat besar dan luas untuk
wilayah itu. Bila hujan tiba, masyarakat tidak mengalami kesulitan air. Namun,
karena mereka tergangung hujan, pada saat kemarau, mereka pun tidak punya
sumber air yang lain.
Sebaliknya,
masyarakat di daerah yang dekat danau masih tetap bisa bertani, dengan membayar
air yang didatangkan dari danau melalui saluran-saluran irigasi. Semakin jauh
dari danau, semakin sulit mendapatkan air, dan harga air pun semakin
mahal. Dengan demikian, pada saat musim kemarau,
hasil panen menurun. Pada gilirannya, pendapatan petani makin menurun, tingkat
kesehatan pun menurun, dan angka kekurangan gizi juga meningkat.
Kekeringan
punya dampak yang luas dan besar bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat di pedesaan, di pinggiran kota dan
mereka yang tidak punya cadangan pangan, tidak punya dana untuk masa depan, adalah
orang-orang yang kehidupannya terganggu. Terlebih kaum perempuan, anak-anak dan
lansia, adalah orang-orang yang amat sering menderita / menjadi korban dari
keadaan yang tidak menguntungkan itu.
Kekeringan
bukan hanya terjadi di Cambodia. Di banyak negara, termasuk di Indonesia,
kekeringan sering terjadi. Masyarakat pedesaan, dan pinggiran kota sering kali
mengalami kesulitan air pada musim kemarau, dan mengalami kebanjiran ketika
musim hujan tiba. Menurut pengamatan saya, kemarau dan banjir yang terjadi pada
10 tahun terakhir ini makin parah dampaknya.
Ada pelbagai faktor penyebab,
misalnya:
1. Pembabatan dan penggundulan hutan yang
tidak terkendali
2. Tidak ada penanaman kembali pohon-pohon di
hutan-hutan gundul secara terencana dan seimbang
3. Pembongkaran bukit-bukit tanpa
memperhatikan lingkungan
4. Pendangkalan sungai-sungai karena
macam-macam penyebab
5. Bangunan-bangunan menutup aliran air
6. Banyak tanah-tanah resapan telah disemen
7. Kurang / tidak ada saluran-saluran air yang
cukup besar
8. Rencana Induk kota dan RTRW tidak berjalan mulus
9. Alih fungsi persawahan dan perkebunan
menjadi perumahan amat mudah
10.
Begitu mudah
untuk mendapatkan IMB di tempat-tempat yang sebetulnya mengganggu lingkungan /
alam
Manusia
diciptakan Tuhan dan ditempatkan di dunia ini untuk mengelola (menggarap) alam
dan isinya, memeliharanya dan melestarikannya agar mereka dan anak-cucu mereka
dapat hidup sejahtera. Dengan
ditemukannya pengetahuan-pengetahuan baru, teknologi dan fasilitas baru,
semestanya bumi dan segala isinya justru makin meningkat hasilnya, makin indah
suasananya, makin lancar gerak dan pelayanannya, serta makin bahagia dan
sejahtera para penghuninya.
Kenyataannya,
masih ada begitu banyak orang yang menderita pada abad ke 21 ini. Masih ada
ratusan juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, sementara itu yang
menikmati kelimpahan hasil kemajuan dan fasilitas yang bagus ini, baru sekian juta.
Ada ratusan juta orang yang tidak jelas besok
pagi mau makan apa, apalagi tentang masa depannya.
Kekeringan
merupakan simbol bahwa ada kekurangan besar yang harus dijawab. Kekurangan itu
bukan ada di luar diri manusia. Kekurangan itu ada di dalam diri manusia, yaitu
kekurangan kasih yang terwujud dalam solidaritas, berani berbagi secara
terus-menerus, dan kesediaan untuk memajukan sesamanya.
Komentar