KRISMA DI KEPI
Pembaca yang budiman......
Lama nian saya absen. Dalam 1 bulan terakhir, saya mengunjungi
beberapa wilayah keuskupan untuk menerimakan sakramen krisma. Itulah sebabnya,
banyak waktu tersita, termasuk untuk menulis pun tidak sempat. Inilah oleh-oleh
pertama untuk anda, setelah saya sekian minggu tidak menjumpai anda. Selamat
menikmati.
Hari itu, minggu 24 Agustus 2014 gereja paroki Kristus Raja
Kepi tampak semarak dan meriah. Ratusan orang berkumpul di gedung soska, hendak
menghantar 138 orang muda menuju ke gereja. Ada apa gerangan sehingga mereka
itu dihantar dengan tariat adat ?
Mereka yang berpakaian rapih dan berjumlah besar itu adalah
para calon krisma. Mereka telah
dipersiapkan / menerima pembekalan selama 3 bulan oleh para katekis, frater
pembina dan pastor paroki, agar mantap menjadi orang dewasa dalam iman, harap
dan kasih. Para calon yang berjumlah 138
orang itu berasal dari pusat paroki Kepi, dari stasi Wairu, Muin, Toba dan
Dagimon. Maka yang datang untuk turut bergembira dalam pesta iman itu, bukan
hanya orangtua tetapi juga umat dari stasi-stasi itu pun tidak mau ketinggalan.
Itulah sebabnya pada hari itu, gereja penuh sesak, bahkan ada banyak yang
menduduki kursi-kursi dan bangku-bangku di luar gedung gereja.
Misa dimulai dengan perarakan panjang dari gedung soska ke
gereja yang berjarak kira-kira 400 meter. Di sepanjang perjalanan, para penari
adat menyanyi dan menari dengan diiringi pukulan tifa (= kendang) sampai di
depan pintu gereja. Kemudian, ketika rombongan misdinar memasuki pintu utama
gereja, koor menyambut mereka dengan lagu pembukaan “Saudara mari semua, hadaplah
altarTuhan kita, sambut Tubuh dan Darah.....”.
Homili
Umat dari para calon krisma diingatkan kembali tentang 7
sakramen. Sakramen adalah tanda kasih Tuhan kepada umat-Nya. Karena begitu
besar kasih Allah kepada manusia, Ia memberikan sakramen yang berjumlah 7
supaya manusia tetap ingat bahwa ke mana pun dan di dalam situasi apa pun Tuhan
Allah tidak pernah melupakan / meninggalkan mereka. Sakramen krisma disebut sakramen kepenuhan
inisiasi, karena merupakan satu dari 4 sakramen awal yang diterima oleh setiap
orang katolik. 4 sakramen awal tersebut adalah sakramen permandian,
sakramen tobat, sakramen ekaristi dan
sakramen krisma. Dengan menerima sakramen ke 4, genaplah / lengkaplah sudah
tahap awal orang itu, sehingga dia sudah dianggap dewasa.
Itulah sebabnya, sakramen krisma juga disebut sakramen
kedewasaan. Mereka yang menerima krisma diakui sebagai orang-orang yang sudah
dewasa imannya, dan dengan demikian dapat diutus untuk menjadi saksi Tuhan /
Yesus Kristus dan kasih-Nya kepada semua orang. Mereka dapat ambil bagian dalam
karya-karya pelayanan kepada umat Allah, baik di keluarga, di lingkungan, di
masyarakat luas. Sakramen krisma disebut
juga sakramen penguatan, karena semua bakat, talenta, kemampuan dan
karunia-karunia yang telah diberikan Allah kepada orang itu diteguhkan /
dikuatkan supaya makin berkembang dan menghasilkan buah yang berlimpah.
Sebelum menerima krisma, para calon telah menerima 3 sakramen
( permandian, pertobatan dan ekaristi). Mereka dapat diibaratkan sudah duduk di
tingkat 3. Dengan menerima krisma, mereka naik 1 tingkat, sehingga secara resmi
duduik di tingkat 4. Kenaikan ini
lambang kenaikan tingkat dalam kebaikan dan aneka keutamaan lainnya, agar makin
hari makin serupa dengan Kristus, atau makin sempurna sebagaimana Bapa di surga
sempurna adanya. Kenaikan tingkat ini,
selain hasil usaha manusia, serentak juga merupakan karunia Allah. Allah
berperan dan mengundang manusia untuk menjadi semakin sempurna, dan dengan
demikian semakin “mantap sebagai saksi kebaikannya di tengah masyarakat”.
Bapa dan Kunci
Menurut nabi Yehezkiel, Allah memberikan jabatan-jabatan
kepada raja-raja untuk melayani umat-Nya. Dia menentukan orang-orang yang
dikehendaki-Nya, dan berwenang pula mencabut jabatan itu setiap saat dari
orang-orang yang menyalahgunakan jabatan / kekuasaannya, dan menyerahkannya
kepada orang lain. Ditegaskan bahwa jabatan itu tidaklah kekal, dan bukanlah
milik pribadi orang itu, tetapi sungguh-sungguh anugerah Allah. Maka, mereka
yang diangkat menjadi raja harus bekerja dan melaksanakan amanat yang diberikan
Allah kepadanya. Raja-raja itu tidak boleh bertindak semaunya sendiri, dan
melupakan / menyingkirkan Allah. Dia harus bekerja atas nama Allah dan demi
kesejahteraan / kebahagiaan masyarakat /
para warga yang dipercayakan kepadanya.
Karena kedekatannya dengan Allah, para raja menjadi “bapa”
bagi masyarakatnya. Peran raja adalah melindungi rakyatnya dari bahaya atau
serangan musuh, dan mengusahakan keamanan dan ketenteraman mereka. Raja harus tahu apa yang menjadi kebutuhan
dan harapan masyarakatnya. Itulah sebabnya amat baik dan bijaksana bila mereka
turun ke desa-desa, ke wilayah-wilayah terpencil untuk bertemu dengan mereka,
melihat situasi dan kehidupan mereka, mendengarkan secara langsung suara dan
harapan mereka.
Dengan tinggal di wilayahnya dan turun ke tengah-tengah
masyarakatnya, raja menjadi lebih peka dan mengerti kekuatan, kelemahan,
harapan dan hambatan masyarakat di masing-masing wilayah. Ia dapat memikirkan,
merundingkan atau memutuskan jalan keluar yang tepat dan cepat bagi mereka yang
membutuhkannya. Sebaliknya dengan sering
pergi ke tempat lain, dalam waktu yang lama, dan tidak jelas apa yang
dikerjakannya, rakyat bisa makin menderita. Raja malah menjadi orang asing bagi
masyarakatnya sendiri. Persoalan-persoalan yang ada bisa menjadi lebih besar,
karena tidak dipecahkan dan makin bertumpuk sehingga menjadi “bumerang bagi
semua pihak”.
Raja yang dekat dengan Allah menjadi “kunci yang amat
penting”, karena Allah mempercayakan banyak karunia kepadanya untuk dibagikan
kepada rakyatnya. Di tangannya ada berkat. Dia menjadi penyalur berkat itu bagi
rakyat yang dia pimpin. Lewat dia, Allah menyapa, melindungi, menghibur,
menyembuhkan, memberikan harapan, menguatkan dan membimbing mereka ke tempat
yang aman. Rakyat dipimpin untuk
mengenal dan membalas kasih-Nya serta bersatu dengan Nya di dalam kebahagiaan
yang sempurna.
Maka raja / pemimpin yang menutup pintu rahmat Allah,
bertindak sewenang-wenang dan menyengsarakan rakyatnya sesungguhnya telah
melawan amanat yang diberikan Allah. Ketika mereka pergi ke wilayah lain,
kunci-kunci sudah seharusnya ditinggalkan / dipercayakan kepada orang-orang
yang telah disiapkan untuk membagikan rahmat Allah, sehingga ketenteraman tetap
terjamin. Kepergiannya justru akan membuat
kasih karunia makin berlimpah, karena banyak pihak dari daerah lain yang
dilibatkan untuk menjadi saluran kasih karunia bagi rakyatnya.
Misa krisma dipimpin oleh Mgr Niko Adi MSC dan didampingi
oleh P. Gerry Ohoduan MSC dan P Paulus Fanghoy MSC. Umat yang hadir
diperkirakan 1500 orang. Mereka memenuhi semua tempat duduk baik di dalam
maupun di luar gereja, bahkan ada banyak yang berdiri di luar. Bapak Ricky dan
ibu Wineke Bolang menjadi wali krisma bagi ke 138 orang krismawan-krismawati.
Mereka berdua berdiri di sebelah kiri dan di sebelah kanan para calon ketika
menerima pengurapan minyak krisma dari tangan uskup. Namun tugas mereka sebagai
wali, tidak berakhir pada saat penerimaan sakramen itu. Mereka justru mulai
berperan lebih besar ketika anak-anak asuhnya menjalani tugas perutusan sebagai
saksi-saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat. Atas kerelaan dan kesediaan mereka berdua
untuk menjadi wali krisma, pantaslah diucapkan banyak terima kasih.
Menjadi saksi Kristus pada jaman sekarang ini tidak mudah.
Ada banyak tawaran yang menyenangkan dan amat mudah didapat, bahkan di daerah
terpencil sekalipun. Dengan masuknya listrik, alat-alat elektronik makin
merambah mempercepat perkembangan masyarakat. Mereka dapat mengikuti berita,
melihat perkembangan dan perubahan di banyak belahan dunia ini. Mereka yang mempunyai bekal pendidikan yang
lumayan, amat terbantu untuk membuat pilihan dengan mengikuti dan mendapatkan
informasi via siaran tv.
Di sisi lain, alat-alat hiburan elektronik, hp, miras, narkoba
dan gambar-gambar porno telah masuk ke kampung-kampung terpencil dan sering
sulit dilacak. Anak-anak jalanan yang tidak sekolah pun tahu “aibon” yang
dihidup-hirup dan membuat pikiran melayang-layang jauh....untuk melepaskan kepenatan / frustrasi dalam hidup. Mereka ini pun perlu dibantu agar mendapatkan
“ketenangan dalam hidup, dan mempunyai pilihan yang baik dan berguna bagi
kehidupan sekarang ini dan ke depan.
Berdasarkan pengalaman, membimbing mereka dengan kata-kata dan teladan
tokh tidak cukup. Mereka perlu dibantu untuk mempunyai pengalaman dicintai,
dilindungi, dibimbing dan dibekali agar menjadi manusia yang hidup sesuai
martabatnya.
Dibutuhkan para pembina dalam jumlah banyak yaitu orang-orang
yang komit untuk menjadi saudara mereka lahir batin dalam jangka waktu yang
amat panjang. Dibutuhkan pula tempat pembinaan dan fasilitas yang sungguh
menarik dan sekaligus menyiapkan mereka untuk meraih masa depan yang baik dan jelas. Dibutuhkan peran banyak pihak, termasuk
pemerintah untuk menyediakan dana dan perhatian yang cukup, sehingga pembinaan
ini sungguh-sungguh berkelanjutan dan akan menghasilkan anak-anak yang dewasa,
cerdas dan berkualitas.
Peran membina generasi muda bangsa (krismawan-krismawati),
ternyata bukan hanya tugas uskup/ pastor, atau wali krisma, tetapi tugas banyak
pihak. Masing-masing andil menurut talenta yang dimilikinya melalui bidang
pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Maka pantas pula kita mengucap terima
kasih kepada banyak orang yang telah turut andil “menjadikan diri kita” manusia
yang siap ambil bagian dalam pembangunan dan pengembangan generasi berikutnya. Mereka telah menjadi saluran rahmat dan kasih
Allah bagi kita.
Komentar