MINTA MAAF DAN MEMAAFKAN


PEMBACA BLOG YANG BUDIMAN.....

 

SELAMAT BERJUMPA LAGI.  Telah sekian minggu saya absen, di blog ini. Maklum ada banyak kegiatan di luar kota. Di tempat-tempat itu, no signal. Karena itu, ada banyak cerita yang sebenarnya bisa dimuat di blog, namun karena keterbatasan tenaga dan waktu, cerita-cerita itu “tidak sempat ditulis”. Kali ini saya hadir kembali untuk anda dengan menyuguhkan “renungan saya tentang MINTA MAAF / MINTA PENGAMPUNAN”.  

 

Ada 5 hal penting yang kiranya baik untuk didalami maknanya. 1) Minta maaf / memaafkan adalah tindakan dari dari seseorang ( satu pihak ). Tindakan seseorang ( 1 pihak ) ini, telah memberikan kelegaan batin kepada yang melakukannya, sedangkan pihak lain yang tidak minta maaf / tidak memaafkan, tidak akan pernah mengalami kelegaan. Dia mendapatkan anugerah dan rahmat Allah, sedangkan yang lain tidak. 2) Saling memaafkan adalah tindakan dari kedua pihak.  Keduanya mengalami kelegaan batin. Keduanya mengalami “kedamaian penuh” dan mereka bisa bercakap-cakap lagi, malah sering terjadi “persahabatan mereka menjadi semakin dalam”. Terjadi saling pengertian dan penghargaan yang main mantap. Keduanya saling memberikan rahmat dan menjadi penyalur rahmat. 3) Permintaan maaf itu, sungguh memberikan kelegaan karena di dalam diri orang itu ada “penyesalan”. Ia menyadari bahwa tindakannya itu (meskipun mungkin tidak disengaja / karena ketidaktahuan) telah merugikan / mencederai / mengganggu ketenangan pihak lain. 4) Pihak yang memaafkan pun menyadari bahwa tindakan memaafkan itu “telah mengutuhkan kembali relasi yang telah terganggu, memulihkan kerugian / cedera / ketidaktenangan yang terjadi. Tindakan itu memungkinkan dimulainya lagi “babak / periode baru yang lebih baik dan  menenteramkan kedua belah pihak”. 5) Orang-orang lain, terlebih sahabat-sahabat kita, keluarga dan komunitas kita bahkan masyarakat luas akan turut bergembira dan berbangga atas “pulihnya ketenteraman itu”. Mereka turut mengalami buah-buahnya.  

 

Minta maaf dan memaafkan, ternyata tidak mudah dan “harus diajarkan, dipelajari dan dilatihkan”. Sekian  ribu tahun yang silam, kedua hal itu telah ditanyakan ( menjadi pergumulan batin) salah seorang murid Yesus (mungkin sekali mewakili teman-temannya) bagaiman memaafkan dan minta maaf.  Mari kita simak kutipan itu.

 

Pada waktu itu,  datanglah Petrus dan bertanya kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"  Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. ( Mat 18: 21-22).

 

Hermawan Kartajaya, penulis setia di kolom “Marketing Series” di koran Cendrawasih Pos” mengungkapkan penyesalan dan minta maaf atas kekeliruan / kekhilafan yang telah dilakukannya. Mari kita ikuti sharing beliau itu:

Saya senang joging, pernah ikut Bali   10K tiga kali, dan Borobudur 10 K sekali. Dua kali bikin HK 10 K di Jakarta untuk memperingati hari ulang tahun saya. Tetapi saya harus stop joging lanaran dilarang dokter. Dkkhawatirkan back pain say akambuh setelah lari.

Sejak berangkat dari Jakarta, saya sudah katakan bahwa saya tidak akan kuat ikut lari maraton sejauh 42, 195 kilometer itu. Bisa mampus saya. Saya kan joging saja sekitar lima sampai sepuluh kilometer, lalu balik naik kendaraan umum. Sesampai di New york, saya bersama para petinggi Kementriaan Parekraf dan lebih dari 20 pelari Indonesia, termasuk Sandiaga Uno, diterima KBRI New York. Saya jelaskan baahwa keikutsertaan tim Indonesia bertujuan untuk charity dan menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang hebat.

Saya dikenalkan kepada Annie, panitia penyelenggara yang memberi saya nomor line subway, kapan saja saya keluar dari lintasan nanti, supaya cepat menuju garis finis di Central park. Karena di situlah, di balkon VIP Konjen RI bersama pejabat Kementrian Parekraf menunggu para pelari Indonesia masuk garis finis.

Saya diberi tanda pengenal VIP supaya bisa masuk ke balkon. Sebelum start, saya pun sibuk membuat wawancara dan gamvbar serta video dari komentar beberapa pelari Indonesia untuk Radio Internet Marketeers. Termasuk dengan Duber Dino Patti Djalal. Hati saya sangat gembira bisa joging lagi. Lagu I’ve Got a Feeling mengiringi ribuan orang yang mulai berlari itu.

Suasana begitu menyenangkan karena bukan hanya pemandangan indah yang dilalui. Melainkan juga sambutan berbagai kumunitas di kanan dan kiri jalan. Ada yang bermain band, ada yang memberi minum gratis, bahkan ada yang mengajak give me five di pinggir jalan.

Ternyata saya hanya bisa joging sejauh lima mil karena alas sepatu  sisi kiri saya yang sudah butut njeplak Saya mencopotnya sekalian, tapi saya paksakan untuk terus lari sampai ketemu  stasiun sabway. Di situ saya cari nomor line yang diberi Annie. Ternyata keretanya lagi tak jalan. Sialnya, say alupa bawa uang koin sehingga tidak bisa beli tiket.

Untung, ada orang baik hati yagn membayari saya 1 dolar 25 sen lewat line beda dengan tujuan Central Park. Sampai di tujuan,  saya ternyata tiba  bisa memasuki tempat finis. Ribuan orang ada di pinggir jalan menjelang garis finis. Semua jalan ke sana pun ditutup. Sementara itu, saya ditelepon terus karena ditunggu bergabung di balkon. Tanda pengenal VIP yang saya tunjukkan kepada polisi tidak laku. Polisi justru memperbolehkan saya kembali masuk lintasan karena saya juga pakai tanda peserta.

Saya masuk lintasan lagi, jalan santai sampai finis sambil foto-foto. Stelah masuk garis finis, saya bertemu Annie. Waktu dia tanya (apakah semuanya lancar dan tidak ada masalah - red), saya jawab bahwa saya naik sub-way yang lain dan sepatu saya jebol. Dia tanya apakah saya sudah  dapat medali ? saya jawab, saya tidak melaopor ke meja panitia karema memang pulangnya naik sub-way. Annie pergi dan balik dengan memberikan bungkusan kepada saya. Dia juga mengantar say ake balkon untuk bergabung dengan rombongan.

Saya buka bungkusan tadi dan ternyata isinya air minum, makanan, dan medali. Saya surprise ! Teman-teman senang dan memotret saya bersama sepatu jebol dan medali. Ternyata foto itulah yang beredar di internet dan tersiar ke mana-mana. Tanpa saya tahu, Komunitas Pelari Indonesia online marah karena saya dianggap tidak punya karakter. Bahkan, beritanya dimuat di koran Tempo.

Walaupun telat karena tidak tahu, saya menulis surat elektronik kepada komunitas itu via “Face-book untuk minta maaf. Saya khilaf. Saya tidak membaca aturan bahwa peserta tidak boleh balik masuk lintasan.  Semua terekam di internet karena ada chip di nomor peserta. Saya juga menulis surat kepada Kementerian Parekraf untuk mengembalikan medali yang tidak pernah saya minta. Kementrian Parekraf mengembalikannya kepada panitia New York Marathon. Tetapi, panitia justru menjelaskan bahwa itu bukan kesalahan saya karena medali tersebut diberikan sebagai suvenir bukan sebagai tanda finis.

Saya tidak di-ban seperti yang ditulis di peraturan, tetapi malah diundang ke New York Marathon berikutnya. Sekarang kaki kiri saya sakit permanen akibat joging  dengan sepatu jebol itu. Sampai sekarang pun kaki ini masih sering terasa ngilu. Saya sempat sakit hati karena dihakimi banyak orang, sementara saya sendiri tidak tahu kesalahan saya. ( cuplikan dari tulisan: Hermawan Kertajaya,  MARKETING SERIES, no: 96, Cendrawasih Pos, Sabtu 8 Desember 2012).

Minta maaf dan memaafkan bukan hanya berlaku untuk para murid Yesus dan Hermawan, tetapi untuk kita juga. Kita semua adalah orang-orang yang punya talenta, bakat atau keistimeaan dan keunikan, tetapi juga punya kekurangan dan kelemahan. Kita juga pernah berbuat salah ( sebagai orang beriman, kita pun pernah berdosa). Karena itu, minta maaf dan memaafkan adalah bagian hidup kita yang mengarahkan kita untuk hidup makin sempurna dan makin kudus sebagaimana “Bapa di surga sempurna dan kudus adanya”.

Komentar

Postingan Populer