KRISMA DI KEPI DAN MUR

PEMBACA SETIA BLOG INI

SYALOOM....

Menjelang akhir bulan Juli ini, saya menghadirkan 1 cerita tentang pelaksanaan penerimaan sakramen krisma di Kepi dan Mur.  Kedua tempat ini letaknya di pedalaman. Untuk mencapai tempat ini, kita perlu terbang dengan pesawat twin-otter selama 1 jam dan kemudian dari Kepi ke Mur naik speed boat selama 2 jam. Inilah cerita yang saya suguhkan untuk anda:


Prosesi panjang dari gedung Soska ( sosial katolik ) menuju ke gereja, mengawali perayaan syukur umat Allah hari ini. Mereka berarak secara rapih diiringi bunyi kendara (tifa) dan nyanyian lagu-lagu adat masyarakat Mappi – Kepi. Mereka yang berarak itu, sebagian berpakaian di atas putih di bawah hitam, dan sebagaian lain berpakaian adat Mappi. Di kiri-kanan mereka, ada banyak keluarga, kakak adik, sahabat dan kenalan yang turut berjalan mengantarkan rombongan itu. Di bagian depan dari  rombongan itu, adalah  barisan para putera dan puteri altar, sedangkan di bagian belakang adalah para imam dan uskup yang diikuti oleh umat Allah. Perarakan dimulai pada jam 08.00 wit. 
 

Siapakah mereka itu ?  Mereka adalah rombongan para calon krisma. Jumlah mereka 93 orang. Peserta yang berasal dari stasi Soba berjumlah 53 orang, dari stasi Kilo 6 dan pusat paroki Kepi berjumlah  40 orang. Soba adalah sebuah stasi di luar kota Kepi, jaraknya kira-kira 15 km dari Kepi. Penduduknya sekitar 1.000 jiwa. Stasi Kilo 6, letaknya 6 kilometer dari pusat kota. Di sana ada 200 jiwa umat katolik. Ada kemungkinan beberapa tahun kemudian, stasi Kilo 6 akan menjadi pusat paroki baru. Umat Kepi sudah memikirkan kemungkinan pengembangan ini, karena jumlah umat di wilayah itu makin bertambah. Kebanyakan umat di wilayah ini adalah para pendatang / pencari kerja di kabupaten Mappi sebagai kabupaten yang baru mekar tahun 2000 yang lalu.


Persiapan selama 3 bulan telah memungkinkan para pembina untuk  menghantar para calon pada pemahaman yang lebih mendalam tentang “sakramen krisma, doa-doa harian, dan kekayaan rohani dalam gereja katolik, khususnya dalam liturgi dan sakramen-sakramen”. Pada awalnya para peserta jumlahnya mendekati angka 150 orang, namun selama pembinaan, ada calon-calon yang sering membolos, atau ada yang mempunyai halangan tetap (belum menikah) sehingga mereka ini ditunda sampai tahun depan.  Selain untuk pembinaan, waktu 3 bulan juga dipergunakan untuk membereskan urusan administratif, sehingga para calon jelas-jelas bebas dari halangan yuridis dalam menerima krisma, tetapi juga sudah terdata dengan jelas paroki asal dari masing-masing calon.

Mereka masuk ke dalam gereja diiringi lagu pembukaan yang amat meriah, “Saudara mari semua hadaplah altar Tuhan kita, sambut Tubuh dan Darah, dari Putera Allah. Allelu Allelu Allelu Alleluia”. Lagu itu mempersatukan umat beriman (hati dan pikiran) sehingga tercipta suasana doa, suasana syukur dan hormat kepada Tuhan yang telah menyatukan umat-Nya. Suasana di dalam gereja hari itu memang berbeda dengan hari minggu yang lain, karena yang memimpin misa adalah Uskup Agung Merauke, didampingi pastor Gerry Ohoiduan MSC, Igo Sarkol MSC, P. Jack Java pr.   Mereka duduk dengan tertib dan rapih di bangku-bangku gereja yang telah disiapkan untuk mereka.  Sedangkan umat beriman lainnya memenuhi bangku-bangku di sayap kiri dan kanan, serta di bagian luar yang sudah disiapkan oleh Panitia.

“Jaman sekarang adalah jaman hp. Masyarakat  baik yang di kota maupun yang di pedalaman, sudah banyak yang punya hp. Anak-anak kecil pun  sudah biasa menggunakan hp, mengambil foto dan membunyikan musik lewat hp. Hp itu akan bergetar / berbunyi kalau ada pihak lain yang mengontak. Dia akan diam ketika kontak itu diputuskan kembali”. Seseorang telah mengontak rekannya melalui hp itu.

“Ketika orang melihat / menemukan sebuah dompet yang tertinggal di kios atau di kelas, hp di dalam batin kita bergetar. Hp itu mengingatkan kita “Jangan ambil, jangan ambil. Itu bukan milikmu. Itu bukan milikmu”.  Ketika orang itu nekad mengambil, setiap kali memakainya hp itu akan berseru “itu bukan milikmu, itu bukan milikmu”.  Siapa yang menggerakkan hp batin itu ?  Yang menggerakkan hp batin, tidak lain adalah Allah sendiri. Dia mampu menggerakkan hati orang dari segala tempat, dan mengingatkan orang untuk hidup  dalam damai dan mengalami kebahagiaan.

Di paroki St. Kristoforus Mur, tanggal 16 Juli 2013 telah dilaksanakan penerimaan kepada 273 orang. Mereka telah dipersiapkan selama 2 bulan, oleh para guru dan dewan stasi. Bahkan ada beberapa pasang di antara mereka yang menerima pemberkatan nikah lebih dulu, sebelum menerima krisma. Pada saat kedatangan, tanggal 15 Juli siang, uskup dijemput oleh umat dari 8 stasi yang semuanya sudah berkumpul di pusat paroki di Mur ( jarak Mur dari Kepi adalah 2 jam dengan speed boat ). Yang disambut pada kesempatan itu adalah uskup, Pst. Gerry, Pst. Paul Fangohoi, Pst. Jack Java dan Sr. Sophia PBHK.  Sore harinya, past. Domi OFM dan Pst. Brury OFM tiba di Mur.

Betapa meriahnya sambutan kepada uskup dan rombongan. Anak-anak, remaja dan dewasa tumpah ruah di jalan, sambil menari-nari seirama dengan bunyi tifa (tambur) yang ditabuh oleh para penabuh tifa. Semakin mendekati tempat kegiatan, semakin banyak masyarakat yang tumpah ruah di jalan.  Bahkan umat non katolik pun banyak yang turut dalam kegiatan itu. Kegiatan yang demikian ini, ternyata merupakan “kegembiraan dan hiburan bagi masyarakat banyak”.  Para petugas medis yang non katolik pun dengan sukacita memberikan pelayanan.

Melalui krisma, Tuhan mempersatukan umat-Nya. Kegembiraan dan kebersamaan itu bukan hanya milik umat katolik, tetapi milik umat Allah. Kegembiraan dan kebersamaan dibutuhkan agar hidup itu terasa damai dan membahagiakan. Pesta krisma adalah pesta umat Allah yang rindu mengumpulkan anak-anak-Nya. Maka, buah-buahnya semoga dialami dan diteruskan dalam kehidupan sehari-hari. Buah-buah roh yang baik itu berasal dari Allah. Ketika dan di mana ada damai, sukacita, kebaikan, kesetiaan, kemurahan hati dll sesungguhnya Allah hadir di sana. 

Komentar

Postingan Populer