TANGGAL 3 OKTOBER

Pembaca yang budiman....

Syaloom....

Hari ini, misa pagi di Kapel Santa Marta (di tempat para uskup menginap) dipersembahkan oleh Mgr Silvester San, uskup Denpasr. Bacaan yang diambil adalah bacaan tentang orang muda yang ingin menjadi sempurna. Ia bertanya kepada Jesus:"Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat supaya memperoleh hidup abadi ?". Jesus memberikan perumpamaan kepada orang muda itu tentang "siapakah sesamaku manusia?".

Diungkapkan bahwa Imam yang melewati jalan itu, tidak mau menolong orang yang setengah mati itu, karena dia harus mempersembahkan kurban di altar Tuhan. Memegang orang sakit dan kena darah adalah najis. Di tempat itu tidak ada air. Ada banyak hal yang harus diurus. Itu berarti dia akan repot dan terlambat. Nanti dia dianggap tidak bertanggung jawab dan tidak setia. Maka, ia mengambil keputusan berjalan terus.

Orang Lewi yang lewat, juga hanya melihat orang itu dan berjalan terus,malah melewati jalan lain. Dia takut kalau ikut jalan yang sama, mungkin dia akan dirampok juga.

Orang Samaria, adalah orang yang mau repot. Dia tidak peduli orang yang dirampok itu siapa, apa agamanya, dari mana asalnya, dan dari suku apa. Yang paling diutamakan adalah menolong orang itu dan segera membawa dia ke rumah sakit. Nyawa dan kehidupan lebih penting dari segalanya. Karena itu, dia merelakan semuanya untuk menolong orang yang sakit itu. Sikap dan tindakan demikianlah yang dibutuhkan orang manusia jaman sekarang ini.

Sesudah itu, kami sarapan. Seperti biasanya, sarapan dan makanan harian kami adalah roti, dan hidangan khas Italy. Pagi hari kami mengambil sendiri makanan yang sudah disediakan. Sedangkan untuk makan siang dan makan malam, selalu ada petugas yang melayani. Untuk hidangan sup, atau pasta ada piringnya sendiri, dan sesudah makan kentang atau daging dan sayur, piring itu juga diambil dan diberi yang baru. Makanan terakhir adalah salah dan buah. Begitulah menu setiap hari.

Kalau lagi kangen makanan Indonesia, dan bersama dengan beberapa rekan romo, suster dan kenalan lainnya, kami kadang-kadang pergi ke restoran cina. Hidangan pas dan sesuai dengan selera Indonesia, dan harganya pun ok juga.

Jam 09.00 kami semua dijemput dan dihantar menuju ke Komisi-komisi di Kuria Romana - Vatikan. Kami pergi ke Komisi Keadailan dan Perdamaian, Imigran dan Perantau serta pengungsi. Mereka benar-benar mempunyai staf yang lengkap dan solid. Masing-masing bagian ditangani oleh orang yang mampu di bidang itu. Pelayanan kepada para pelaut, mereka yang transit dan mengalami masalah di bandara-bandara Internasional, kelompok Gipsi (penganggur yang berasal dari pelbagai negara dan tidak tahu harus bagaimana) di Itali dan kelompok sirkus juga mendapat perhatian.

Mereka ingin tahu berapa banyak pengungsi yang ada di Indonesia. Para bapa uskup yang bertugas di bidang ini memberikan jawaban di Indonesia tidak ada pengungsi,dari bangsa lain. Mereka hanya transit dan melanjutkan perjalanan ke Australia atau ke negara yang lebih makmur. Bila tertangkap oleh pihak keamanan, mereka dipulangkan ke negara asal mereka, juga dibantu bekal agar bisa meneruskan perjalanan.

Pengungsi dari Dili, akibat peristiwa Timor timur, kini sudah menjadi warga negara Indonesia. Mereka bukan lagi pengungsi. Memang pengungsi akibat bencana alam adalah pengungsi sementara. Pemerintah dan lembaga sosial telah memberikan bantuan kepada mereka.

Pada malam hari, kami dijemput oleh pengurus San Egidio. San Egidio adalah gerakan spiritual kaum awam yang telah mendunia. Mereka adalah gerakan anti kekerasan, anti hukuman mati, cinta lingkungan dan cinta damai, melalui doa dan kegiatan sosial. Mereka melanjutkan kegiatan damai yang dimulai oleh Paus Johanes Paulus II di Asisi.

Pada tahun 1986, tanggal 3 Oktober di Asisi, Paus Johanes Paulus mengundang tokoh-tokoh agama dari seluruh dunia untuk berdoa bersama dan menciptakan damai bagi semua orang, dalam semangat Fransiskus Asisi. Semangat dan kegiatan itu berlanjut dan telah berlangsung di banyak kota. Dari mana-mana orang datang dan berkumpul, berdoa dan saling menyemangati untuk menciptakan damai. Orang-rang katolik mempunyai kekuatan moral yang besar untuk mengumpulkan mereka.

Di Gereja yang biasanya dipakai untuk berkumpul dan berdoa, pada malam itu telah dihadiri oleh ribuan umat. Mereka berasal dari pelbagai tempat dan rela berdoa dan bernyanyi demi perdamaian di dunia. Setiap bulan kegiatan itu tetap dilaksanakan oleh kaum awam sendiri. Mereka didampingi oleh para ahli dogmatik dan ahli spiritual, dan banyak uskup dan imam juga terlibat dalam kegiatan ini.

Di dalam Gereja, bila kaum awam bergerak, kekuatan itu sungguh luar biasa dan dapat menjangkau amat banyak jiwa. Melalui mereka, Tuhan bekerja dengan amat mengagumkan dan kekuatan dahsyat itu sungguh nyata.

Komentar

Postingan Populer